Muliakan Kaum Safar, Masjid Raya Bang Haji di Rest Area Tol Cipali Tanpa Kotak Amal
Sabtu, 21 Desember 2024 - 12:24 WIB
MAJALENGKA - Masjid ikonik dengan kubah putih peci haji atau yang sering disebut Masjid Raya Bang Haji di Rest Area KM 164 B Tol Cipali di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat memiliki ciri khas tanpa kotak infak. Meski sudah mulai digunakan, namun proses pembangunannya sampai saat ini belum selesai sepenuhnya.
"Prosesnya baru 95% belum total di buka untuk umum, namun sudah nyaman digunakan salat bagi para musafir yang lewat dan istirahat di Rest Area KM 164 B ini," kata Ghassan Amanullah Wijaya, Ketua Yayasan Khasanah Masjid Madani selaku pemilik dan penanggung jawab pembangunan Masjid Raya Bang Haji, dikutip Sabtu (21/12/2024).
Ghassan menjelaskan bahwa luas masjid sekitar 750 meter persegi, 2 lantai, dan mezzanine. Sehingga kapasitas masjid Raya Bang Haji mampu menampung jamaah sebanyak 1.500 orang.
"Esensi kubah putih yang ada di masjid ini adalah memberikan makna bagi kita, bahwa bagi kita yang sudah pergi berhaji, dan saat pulang dikatakan haji yang mabrur salah satu indikasinya adalah meningkatnya ibadah kepada Allah SWT," ujarnya.
Nah, Masjid Raya Bang Haji ini terletak Rest Area dan bukan di lokasi pemukiman. Tempat singgah atau sarana istirahat bagi kaum safar atau yang sedang berpergian.
"Kita muliakan orang safar, karena Rest Area 164 B itu adalah titik lelah, selepas mudik dan kembali ke Jakarta, pasti istirahatnya di sana. Masjid Raya Bang Haji kita siapkan untuk tempat istirahatnya orang safar, maka masjidnya juga kita siapkan yang bagus, dan nyaman," sebutnya.
"Ada area bermain untuk anak-anak, kami sediakan pula tempat atau fasilitas untuk saudara kita, kaum difabel untuk istirahat,” sambungnya.
"Dan masjid ini kelak tidak menyediakan kontak infaq. Sebuah masjid yang didesain dengan tanpa kotak amal. Silakan para kaum safar berbelanja di kios-kios sekitar masjid," katanya.
Dengan berbelanja di kios-kios tersebut, maka kaum safar sudah berkontribusi untuk operasional masjid sekaligus mendukung secara penuh keberdayaan ekonomi umat.
"Dengan begitu, kita bisa menghidupkan ekosistem ekonomi sosial dan spiritual sekaligus. Uang yang kita belanjakan bisa digunakan untuk menghidupi para pedagang yang ada di sana," ujarnya.
"Prosesnya baru 95% belum total di buka untuk umum, namun sudah nyaman digunakan salat bagi para musafir yang lewat dan istirahat di Rest Area KM 164 B ini," kata Ghassan Amanullah Wijaya, Ketua Yayasan Khasanah Masjid Madani selaku pemilik dan penanggung jawab pembangunan Masjid Raya Bang Haji, dikutip Sabtu (21/12/2024).
Ghassan menjelaskan bahwa luas masjid sekitar 750 meter persegi, 2 lantai, dan mezzanine. Sehingga kapasitas masjid Raya Bang Haji mampu menampung jamaah sebanyak 1.500 orang.
"Esensi kubah putih yang ada di masjid ini adalah memberikan makna bagi kita, bahwa bagi kita yang sudah pergi berhaji, dan saat pulang dikatakan haji yang mabrur salah satu indikasinya adalah meningkatnya ibadah kepada Allah SWT," ujarnya.
Nah, Masjid Raya Bang Haji ini terletak Rest Area dan bukan di lokasi pemukiman. Tempat singgah atau sarana istirahat bagi kaum safar atau yang sedang berpergian.
"Kita muliakan orang safar, karena Rest Area 164 B itu adalah titik lelah, selepas mudik dan kembali ke Jakarta, pasti istirahatnya di sana. Masjid Raya Bang Haji kita siapkan untuk tempat istirahatnya orang safar, maka masjidnya juga kita siapkan yang bagus, dan nyaman," sebutnya.
"Ada area bermain untuk anak-anak, kami sediakan pula tempat atau fasilitas untuk saudara kita, kaum difabel untuk istirahat,” sambungnya.
Tanpa Kotak Infaq
Dia menegaskan bahwa memakmurkan masjid adalah hal utama yang jarang digaungkan dan dilakukan dengan serius dan dengan konsep yang benar-benar mengutamakan kebutuhan para kaum safar yang sedang butuh istirahat melepas penat setelah safar."Dan masjid ini kelak tidak menyediakan kontak infaq. Sebuah masjid yang didesain dengan tanpa kotak amal. Silakan para kaum safar berbelanja di kios-kios sekitar masjid," katanya.
Dengan berbelanja di kios-kios tersebut, maka kaum safar sudah berkontribusi untuk operasional masjid sekaligus mendukung secara penuh keberdayaan ekonomi umat.
"Dengan begitu, kita bisa menghidupkan ekosistem ekonomi sosial dan spiritual sekaligus. Uang yang kita belanjakan bisa digunakan untuk menghidupi para pedagang yang ada di sana," ujarnya.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda