Jelang Hari Pahlawan, Anak Pejuang Kemerdekaan Ini Memilih Tempati Bunker Peninggalan Belanda
Sabtu, 09 November 2024 - 15:36 WIB
SURABAYA - Hari Pahlawan identik dengan Kota Surabaya. Saat penjajahan, rakyat Surabaya dengan berani mengusir sekutu. Bahkan komandan perang Inggris Brigadir AWS Mallaby tewas di tangan arek arek Suroboyo.
Tidak heran, jika Kota Surabaya terdapat banyak gedung bersejarah peninggalan Belanda. Salah satunya, bunker yang berada di Jalan Rajawali, Surabaya. Bunker tersebut masih kokoh berdiri dan hingga kini di tempati oleh anak-anak pejuang kemerdekaan 1945.
Salah satunya, Endang Supatmiati,68, anak seorang pejuang kemerdekaan bernama Kapten Mustamin. Endang lahir dan besar di bunker peninggalan zaman Belanda ini yang menurutnya sudah di tempati ayahnya sejak 1951.
“Bunker ini dahulu gudang senjata dan tempat persembunyian. Gedungnya sangat kokoh temboknya etebal 80 centimeter dan pintu terbuat dari besi baja,” katanya, Sabtu (9/11/2024).
Namun bunker ini dikamuflase menyerupai rumah jika dilihat dari atas karena ada genteng seperti rumah pada umumnya. Sebenarnya keluarga Pejuang 45 ini sudah mendapat rumah dari Pemkot Surabaya, namun rumah yang diberikan tersebut statusnya tidak jelas.
Rumah tersebut tidak ada surat- suratnya, hanya mendapat hak untuk menempati. Hal tersebut yang membuat Endang tidak bersedia pindah dari bunker. Selain dihuni oleh lima kepala keluarga anak-anak pejuang, bunker ini juga difungsikan sebagai Kantor Veteran Jawa Timur.
Lihat Juga: Komitmen Tuntaskan Permasalahan di Halmahera Tengah, Putra Daerah Edi Langkara Banjir Dukungan
Tidak heran, jika Kota Surabaya terdapat banyak gedung bersejarah peninggalan Belanda. Salah satunya, bunker yang berada di Jalan Rajawali, Surabaya. Bunker tersebut masih kokoh berdiri dan hingga kini di tempati oleh anak-anak pejuang kemerdekaan 1945.
Salah satunya, Endang Supatmiati,68, anak seorang pejuang kemerdekaan bernama Kapten Mustamin. Endang lahir dan besar di bunker peninggalan zaman Belanda ini yang menurutnya sudah di tempati ayahnya sejak 1951.
“Bunker ini dahulu gudang senjata dan tempat persembunyian. Gedungnya sangat kokoh temboknya etebal 80 centimeter dan pintu terbuat dari besi baja,” katanya, Sabtu (9/11/2024).
Namun bunker ini dikamuflase menyerupai rumah jika dilihat dari atas karena ada genteng seperti rumah pada umumnya. Sebenarnya keluarga Pejuang 45 ini sudah mendapat rumah dari Pemkot Surabaya, namun rumah yang diberikan tersebut statusnya tidak jelas.
Rumah tersebut tidak ada surat- suratnya, hanya mendapat hak untuk menempati. Hal tersebut yang membuat Endang tidak bersedia pindah dari bunker. Selain dihuni oleh lima kepala keluarga anak-anak pejuang, bunker ini juga difungsikan sebagai Kantor Veteran Jawa Timur.
Lihat Juga: Komitmen Tuntaskan Permasalahan di Halmahera Tengah, Putra Daerah Edi Langkara Banjir Dukungan
(cip)
tulis komentar anda