Kisah Kesaktian Raja Majapahit Raden Wijaya, Buah Kelapa Muda Dibelah Isinya Nasi Putih
Minggu, 29 September 2024 - 07:23 WIB
Di saat pelariannya itu konon Raden Wijaya dan pasukannya tiba di Pandakan. Di sana mereka beristirahat di rumah tetua desa yang bernama Macan Kuping, dikutip dari buku "Pararaton : Biografi Para Raja Singhasari dan Majapahit".
Beberapa ahli berpendapat wilayah Pandakan yang ada di Pararaton itu kini menyerupai Desa Pandaan, yang ada di Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
Selanjutnya, Raden Wijaya meminta disediakan degan (kelapa muda). Kisah ini dikembangkan oleh penulis Kidung Rangga Lawe, bahwa Macan Kuping memerintah anaknya yang bernama Kancil Bang untuk memanjat pohon kelapa demi mewujudkan permintaan sang pangeran.
Setelah kelapa muda tersebut diterima dan diminum airnya, Raden Wijaya lalu membelahnya dan ternyata berisi nasi putih.
Rupanya penulis Pararaton (serta Kidung Rangga Lawe) berusaha menggambarkan kehebatan Raden Wijaya melalui adegan yang luar biasa.
Rombongan Raden Wijaya itu kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Pulau Madura untuk menemui Arya Wiraraja.
Pertimbangan menuju Madura karena ia dulu memperoleh kedudukan berkat ayah mertua Raden Wijaya tersebut.Nama ayah Raden Wijaya menurut Pararaton adalah Mahisa Campaka, atau Narasinghamsrti, sedangkan menurut Nagarakatagama dan Prasasti Kudadu, Narasinghamsrti adalah kakek Raden Wijaya, bukan ayahnya.
Arya Wiraraja pada awalnya mengabdi kepada Narasinghamsrti di Istana Singhasari. Karena kecerdasan dan bakatnya sebagai ahli siasat, ia pun memperoleh kedudukan tinggi.
Namun, setelah Narasinghamsrti meninggal, kecerdasan Arya Wiraraja justru dianggap sebagai ancaman oleh Sri Kertanagara. la kemudian dicopot dari jabatannya dan dimutasi menjadi adipati Madhura timur, jauh dari ibukota Tumapel.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
Beberapa ahli berpendapat wilayah Pandakan yang ada di Pararaton itu kini menyerupai Desa Pandaan, yang ada di Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
Selanjutnya, Raden Wijaya meminta disediakan degan (kelapa muda). Kisah ini dikembangkan oleh penulis Kidung Rangga Lawe, bahwa Macan Kuping memerintah anaknya yang bernama Kancil Bang untuk memanjat pohon kelapa demi mewujudkan permintaan sang pangeran.
Setelah kelapa muda tersebut diterima dan diminum airnya, Raden Wijaya lalu membelahnya dan ternyata berisi nasi putih.
Rupanya penulis Pararaton (serta Kidung Rangga Lawe) berusaha menggambarkan kehebatan Raden Wijaya melalui adegan yang luar biasa.
Rombongan Raden Wijaya itu kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Pulau Madura untuk menemui Arya Wiraraja.
Pertimbangan menuju Madura karena ia dulu memperoleh kedudukan berkat ayah mertua Raden Wijaya tersebut.Nama ayah Raden Wijaya menurut Pararaton adalah Mahisa Campaka, atau Narasinghamsrti, sedangkan menurut Nagarakatagama dan Prasasti Kudadu, Narasinghamsrti adalah kakek Raden Wijaya, bukan ayahnya.
Arya Wiraraja pada awalnya mengabdi kepada Narasinghamsrti di Istana Singhasari. Karena kecerdasan dan bakatnya sebagai ahli siasat, ia pun memperoleh kedudukan tinggi.
Namun, setelah Narasinghamsrti meninggal, kecerdasan Arya Wiraraja justru dianggap sebagai ancaman oleh Sri Kertanagara. la kemudian dicopot dari jabatannya dan dimutasi menjadi adipati Madhura timur, jauh dari ibukota Tumapel.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
(shf)
tulis komentar anda