Festival Lek Nagroi, Tradisi Kearifan Lokal Warga Jambi dalam Kenduri Swarnabhumi 2024
Senin, 16 September 2024 - 11:40 WIB
Ketua Lembaga Adat Wilayah Depati Payung Pondok Tinggi Hendri Jaya menjelaskan bahwa prosesi Ajun Arah melibatkan tiga hierarki pemimpin adat, dimulai dengan permohonan restu dari pemangku adat sebelum acara besar dimulai.
Menurutnya, Ajun Arah bukan hanya seremonial biasa, tetapi memiliki nilai spiritual yang tinggi. ”Prosesi ini adalah wujud penghormatan kepada pemimpin adat dan leluhur, serta permohonan restu agar acara besar dapat berjalan dengan lancar,” jelas Hendri.
Kurator lokal Deki Syahputra menambahkan bahwaAjun Arahmengajarkan pentingnya menghargai restu dan persetujuan dari para tetua dalam setiap langkah kehidupan. Tantangan di era modern adalah menjaga keaslian prosesi ini di tengah perkembangan teknologi.
Meski begitu, Deki optimistis bahwa festival seperti ini akan terus menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini. Pada malam pembukaan Festival Lek Nagroi, penampilan tari kolosal tentang pembangunanMasjid Agung Pondok Tinggi.
Bangunan itu telah berdiri selama 150 tahun, berhasil memukau para penonton. Tarian ini disertai dengan prosesi tradisional lain, sepertiKaluhei Padua,Naheik Panau, danBacawih dan Mariwak.
Festival Lek Nagroi menjadi bagian dari 12 festival budaya yang diadakan dalam rangkaKenduri Swarnabhumi 2024, bertujuan untuk melestarikan budaya dan lingkungan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.
Festival ini diharapkan menjadi pengingat pentingnya menjaga warisan budaya nenek moyang serta lingkungan hidup untuk generasi mendatang.
Kenduri Swarnabhumi berlangsung di 10 kabupaten/kota di Provinsi Jambi serta satu kabupaten di Dharmasraya, Sumatera Barat, dengan fokus pada hubungan penting antara kebudayaan dan pelestarian lingkungan, terutama sungai sebagai sumber kehidupan.
Menurutnya, Ajun Arah bukan hanya seremonial biasa, tetapi memiliki nilai spiritual yang tinggi. ”Prosesi ini adalah wujud penghormatan kepada pemimpin adat dan leluhur, serta permohonan restu agar acara besar dapat berjalan dengan lancar,” jelas Hendri.
Kurator lokal Deki Syahputra menambahkan bahwaAjun Arahmengajarkan pentingnya menghargai restu dan persetujuan dari para tetua dalam setiap langkah kehidupan. Tantangan di era modern adalah menjaga keaslian prosesi ini di tengah perkembangan teknologi.
Baca Juga
Meski begitu, Deki optimistis bahwa festival seperti ini akan terus menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini. Pada malam pembukaan Festival Lek Nagroi, penampilan tari kolosal tentang pembangunanMasjid Agung Pondok Tinggi.
Bangunan itu telah berdiri selama 150 tahun, berhasil memukau para penonton. Tarian ini disertai dengan prosesi tradisional lain, sepertiKaluhei Padua,Naheik Panau, danBacawih dan Mariwak.
Festival Lek Nagroi menjadi bagian dari 12 festival budaya yang diadakan dalam rangkaKenduri Swarnabhumi 2024, bertujuan untuk melestarikan budaya dan lingkungan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.
Festival ini diharapkan menjadi pengingat pentingnya menjaga warisan budaya nenek moyang serta lingkungan hidup untuk generasi mendatang.
Kenduri Swarnabhumi berlangsung di 10 kabupaten/kota di Provinsi Jambi serta satu kabupaten di Dharmasraya, Sumatera Barat, dengan fokus pada hubungan penting antara kebudayaan dan pelestarian lingkungan, terutama sungai sebagai sumber kehidupan.
(ams)
Lihat Juga :
tulis komentar anda