Kisah Letnan Achijat, Legenda Pertempuran Heroik Surabaya yang Menewaskan Jenderal Mallaby

Selasa, 13 Agustus 2024 - 16:24 WIB
Sejarah peristiwa terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby tertutup rapat karena ada sejumlah alasan yang tidak bisa diungkap pada saat itu.

Alki Kiraamim Bararah menuturkan bahwa kakeknya mengetahui bahwa terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby merupakan kejahatan perang.

"Saat itu ada genjatan senjata, sehingga lawan tidak boleh di serang. Itu merupakan hukum internasional yang mengatur peperangan. Sehingga oleh pejabat-pejabat pada saat itu sepakat menutup kasus ini,” ungkapnya dalam sebuah Storytelling berjudul Selayang Pandang, di TownHall Midtown Hotel Surabaya, dikutip dari iNews Surabaya.

Sedangkan penyebab kedua adalah rasa bersalah dari Letnan Achijat. Hal itu karena terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby merupakan pemicu utama perang 10 November 1945 dan menyebabkan ribuan korban berjatuhan.

“Sementara alasan ketiga adanya rasa malu dari Letnan Achijat karena niat awal hanya ingin mengambil mobil-mobil Jepang bersama rekannya almarhum Usman Aji. Saat itu Letnan Achijat dan Usman Aji suka menyerbu iring-iring Jepang, lalu diambil mobil-mobil yang terkenal itu pengeroyokan di Blauran sebelum adanya perang 10 November,” ungkapnya.

Letnan Achijat merupakan salah satu tokoh pejuang yang lahir di Simokerto, Surabaya. Sosok Letnan Achijat turut berjasa besar dalam perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, khususnya di Surabaya.

Diketahui pertempuran 10 November 1945 yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur menjadi dasar penetapan Hari Pahlawan. Perang perdana setelah Proklamasi Kemerdekaan RI itu yang berlangsung pada 27 Oktober hingga 20 November 1945 yang menyebabkan sekitar 20.000 rakyat Indonesia gugur.

Dalam pertempuran ini, Bung Tomo hadir sebagai tokoh penting yang mengobarkan semangat kepada pejuang kemerdekaan yang sedang melawan penjajah.

Dalam pidatonya, dia menggunakan bahasa yang emosional dan kuat untuk mendorong warga sipil dan tentara untuk mengambil sebuah tindakan bagi bangsanya.

"Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!" seru Bung Tomo membakar semangat rakyat Surabaya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content