Di Kos Saat COVID-19, Mahasiswa ITS Dapat Kiriman Makan Sahur
Jum'at, 01 Mei 2020 - 15:49 WIB
SURABAYA - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) masih ada yang bertahan di sekitar kampus di tengah masa pandemi COVID-19. Untuk memenuhi kebutuhan mereka selama Ramadan, ITS memenuhi logistik mahasiswanya yang masih bertahan di berbagai rumah kos.
Setiap hari, sekitar 200-an paket nasi bungkus dan minuman diantarkan petugas relawan Covid-19 ITS ke tempat kos mahasiswa. Sejak pukul 02.30 WIB, mereka sudah mulai bergerak mendistribusikan makanan dan minuman dari dapur umum.
Direktur Kemahasiswaan ITS Dr Imam Abadi ST MT mengatakan, melihat kondisi mahasiswa ITS yang kesulitan mendapatkan makanan ketika waktu sahur, langkah membagi makanan sahur sangat tepat. Sebab, banyak warung atau penjual makanan yang tutup di waktu sahur imbas dari pandemi COVID-19 yang juga melanda Kota Surabaya.
“Sejak pukul 24.00, dapur umum telah disibukkan dengan memasak makanan untuk mahasiswa,” kata Imam, Jumat (1/5/2020).
Dia melanjutkan, setelah dua jam memasak dan proses pengemasan, baru paket tersebut mulai didistribusikan ke beberapa wilayah mahasiswa yang telah didata dan selalu diperbaharui setiap harinya.
“Sedangkan bagi mahasiswa yang tidak melakukan ibadah puasa atau nonmuslim, maka bantuan logistik akan didistribusikan pada pukul 08.00 pagi,” jelas dia.
Imam menjelaskan jika ITS juga turut membagikan minuman yang menyehatkan seperti jus buah dan jamu dari rempah-rempah. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kekebalan tubuh mahasiswa semakin baik.
Jika mahasiswa alergi terhadap makanan tertentu, mereka bisa langsung memberitahukan ke relawan COVID-19 ITS yang nantinya akan disiapkan makanan yang cocok. “Begitu pula dengan mahasiswa internasional yang belum terbiasa dengan makanan Indonesia,” ungkap dia.
Dosen Departemen Teknik Fisika tersebut juga mengakui, suksesnya program ini juga tidak terlepas dari bantuan dari banyak donatur baik itu dalam bentuk uang atau barang dan seluruh relawan baik dari dosen, tenaga kependidikan (tendik), maupun mahasiswa yang telah bekerja keras.
Anisah Amalia, salah satu mahasiswa Departemen Teknik Industri ITS yang mendapatkan bantuan, merasa sangat terbantu dengan adanya program ini. Secara tidak langsung, bantuan ini juga berdampak pada keamanan dari mahasiswa sendiri. "Mengingat kondisi saat ini harus serba hati-hati dalam melakukan aktivitas di luar," kata dia.
Setiap hari, sekitar 200-an paket nasi bungkus dan minuman diantarkan petugas relawan Covid-19 ITS ke tempat kos mahasiswa. Sejak pukul 02.30 WIB, mereka sudah mulai bergerak mendistribusikan makanan dan minuman dari dapur umum.
Direktur Kemahasiswaan ITS Dr Imam Abadi ST MT mengatakan, melihat kondisi mahasiswa ITS yang kesulitan mendapatkan makanan ketika waktu sahur, langkah membagi makanan sahur sangat tepat. Sebab, banyak warung atau penjual makanan yang tutup di waktu sahur imbas dari pandemi COVID-19 yang juga melanda Kota Surabaya.
“Sejak pukul 24.00, dapur umum telah disibukkan dengan memasak makanan untuk mahasiswa,” kata Imam, Jumat (1/5/2020).
Dia melanjutkan, setelah dua jam memasak dan proses pengemasan, baru paket tersebut mulai didistribusikan ke beberapa wilayah mahasiswa yang telah didata dan selalu diperbaharui setiap harinya.
“Sedangkan bagi mahasiswa yang tidak melakukan ibadah puasa atau nonmuslim, maka bantuan logistik akan didistribusikan pada pukul 08.00 pagi,” jelas dia.
Imam menjelaskan jika ITS juga turut membagikan minuman yang menyehatkan seperti jus buah dan jamu dari rempah-rempah. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kekebalan tubuh mahasiswa semakin baik.
Jika mahasiswa alergi terhadap makanan tertentu, mereka bisa langsung memberitahukan ke relawan COVID-19 ITS yang nantinya akan disiapkan makanan yang cocok. “Begitu pula dengan mahasiswa internasional yang belum terbiasa dengan makanan Indonesia,” ungkap dia.
Dosen Departemen Teknik Fisika tersebut juga mengakui, suksesnya program ini juga tidak terlepas dari bantuan dari banyak donatur baik itu dalam bentuk uang atau barang dan seluruh relawan baik dari dosen, tenaga kependidikan (tendik), maupun mahasiswa yang telah bekerja keras.
Anisah Amalia, salah satu mahasiswa Departemen Teknik Industri ITS yang mendapatkan bantuan, merasa sangat terbantu dengan adanya program ini. Secara tidak langsung, bantuan ini juga berdampak pada keamanan dari mahasiswa sendiri. "Mengingat kondisi saat ini harus serba hati-hati dalam melakukan aktivitas di luar," kata dia.
(nth)
tulis komentar anda