Kota Lama Semarang Resmi Jadi Cagar Budaya Nasional

Rabu, 19 Agustus 2020 - 21:12 WIB
Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengatakan perjuangan untuk menetapkan Kota Semarang Lama sebagai Cagar Budaya Nasional bukanlah kerja jam per jam melainkan kerja bertahun-tahun.

"Kami memasukkannya sejak 2017 lalu," kata Gunaryanti seraya menyebutkan, bahwa dulunya kawasan Kota Semarang Lama terkenal kumuh karena banjir rob hingga bangunan yang ditelantarkan oleh pemiliknya.(Baca juga : Gowes di Semarang, Artis hingga Politisi Terpesona Kota Lama )

Kota Semarang Lama terdiri dari empat situs yang mewakili perjalanan sejarah Kota Semarang sejak abad ke-15 hingga awal abad ke-20. Empat situs tersebut adalah Kampung Kauman, Kampung Melayu, Kampung Pecinan, dan Oudestad. Luas kawasan sebesar 70,07 hektare (Ha) terdiri dari Kampung Melayu seluas 6,89 Ha, Kampung Kauman seluas 15,49 Ha, Kampung Pecinan seluas 18,99 Ha, dan Oudestad seluas 28,70 Ha.

Kampung Kauman merupakan permukiman Muslim di mana terdapat Masjid Kauman, merupakan pengganti Masjid Semarang yang telah terbakar. Kampung Melayu merupakan permukiman masyarakat Melayu yang berkembang sebelum keberadaan Benteng de Viifhoek, benteng VOC pertama yang dibangun pada akhir abad ke-17.

Kampung Pecinan terbentuk sebelum Oudestad. Pemusatan permukiman orang-orang China dilakukan setelah terjadi Geger Pecinan pada 14 Juni sampai 13 November 1741 di Semarang. Tujuan pembentukan Kampung Pecinan sebagai upaya pembangunan sistem pertahanan dan perlindungan terhadap kepentingan VOC.

Oudestad merupakan Europeschebuurt atau tempat tinggal orang Eropa. Situs ini meliputi jaringan jalan raya, rel kereta api, pelabuhan termasuk Menara pengawas, mercusuar, kantor syahbandar, anjungan penumpang atau peron, dan pabean. Pada Oudestad juga terdapat Gedung pemerintahan, perkantoran dagang, keuangan, pabrik, bengkel, dan pergudangan berskala besar.

Keempat situs menjadi cikal bakal perkembangan Kota Semarang akibat dari kedatangan para pedagang asing mulai dari orang Arab, Melayu, Cina, hingga Belanda. Persilangan budaya tampak jelas dalam bentuk tata kota, bangunan secara fisik, dan atraksi budaya.(Baca juga : COVID-19, Tirakatan HUT RI Diganti Pembagian Nasi Kotak Door to Door )
(nun)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content