TPN Ganjar-Mahfud Gelar Hajatan Rakyat Solo, Grebeg Ruwatan hingga Kirab Warisan Budaya
Jum'at, 09 Februari 2024 - 17:35 WIB
Karaniya menyampaikan tiga pesan penting, yang disampaikan pada Hajatan Rakyat, yaitu pentingnya kecintaan rakyat kepada pemimpinnya, menjaga dan merawat demokrasi sebagai budaya bangsa, serta merapatkan barisan untuk menegakkan kesakralan demokrasi ke seluruh negeri.
Salah satu rangkaian kegiatan Hajatan Rakyat yang menarik, jelas Karaniya, adalah meruwat Balai Kota Surakarta (Solo) sebagai simbol kekuasaan saat ini.
Acara ruwatan ini dimaksudkan sebagai simbol cinta rakyat Solo Raya kepada pemimpinnya, revolusi cinta dilakukan agar segala keburukan, serta gangguan di pusat kekuasaan kembali mendapatkan keselamatan, kewarasan, dan ketenteraman.
Ruwatan dalam tradisi masyarakat Jawa adalah sebuah permintaan tulus yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar terbebas dari segala bentuk bahaya dan bencana, serta untuk mendapatkan keselamatan dan kebaikan dalam menjalani kehidupan.
“Dalam ruwatan ada beberapa ritual pendukung seperti lakon wayang, sesajen, bunga, dan barang-barang lainnya yang dianggap dapat mendukung tercapainya maksud dari ruwatan,” ujar dia.
Meruwat Balai Kota, jelas Karaniya, berarti membersihkan Balai Kota, yang merupakan simbol kekuasaan dari segala macam bentuk kotoran, kesialan, bencana, dan bahaya. Dengan harapan dapat menjadikan kekuasaan kembali berpihak terhadap rakyat Solo.
Kirab juga menjadi bagian penting dalam acara ini, dengan menggelar berbagai pertunjukan yang meriah, dimulai dari Jalan Ngarsopuro menuju Benteng Vastenburg.
Kegiatan Hajatan Rakyat, Bukan Pesta Konglomerat akan dimeriahkan sejumlah seniman, musisi, penyanyi, dan selebritas lokal dan nasional. Di antaranya Butet Kartaredjasa, NDX AKA, Rara Lida, Lala Widhy, Mala Agatha hinga Vega.
Salah satu rangkaian kegiatan Hajatan Rakyat yang menarik, jelas Karaniya, adalah meruwat Balai Kota Surakarta (Solo) sebagai simbol kekuasaan saat ini.
Acara ruwatan ini dimaksudkan sebagai simbol cinta rakyat Solo Raya kepada pemimpinnya, revolusi cinta dilakukan agar segala keburukan, serta gangguan di pusat kekuasaan kembali mendapatkan keselamatan, kewarasan, dan ketenteraman.
Ruwatan dalam tradisi masyarakat Jawa adalah sebuah permintaan tulus yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar terbebas dari segala bentuk bahaya dan bencana, serta untuk mendapatkan keselamatan dan kebaikan dalam menjalani kehidupan.
“Dalam ruwatan ada beberapa ritual pendukung seperti lakon wayang, sesajen, bunga, dan barang-barang lainnya yang dianggap dapat mendukung tercapainya maksud dari ruwatan,” ujar dia.
Meruwat Balai Kota, jelas Karaniya, berarti membersihkan Balai Kota, yang merupakan simbol kekuasaan dari segala macam bentuk kotoran, kesialan, bencana, dan bahaya. Dengan harapan dapat menjadikan kekuasaan kembali berpihak terhadap rakyat Solo.
Kirab juga menjadi bagian penting dalam acara ini, dengan menggelar berbagai pertunjukan yang meriah, dimulai dari Jalan Ngarsopuro menuju Benteng Vastenburg.
Kegiatan Hajatan Rakyat, Bukan Pesta Konglomerat akan dimeriahkan sejumlah seniman, musisi, penyanyi, dan selebritas lokal dan nasional. Di antaranya Butet Kartaredjasa, NDX AKA, Rara Lida, Lala Widhy, Mala Agatha hinga Vega.
(shf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda