Kala Fitnah Pejabat Kerajaan Majapahit Berujung Pemecatan Menteri Era Jayanagara
Jum'at, 26 Januari 2024 - 07:34 WIB
Jayanagara merupakan raja Kerajaan Majapahit setelah Raden Wijaya yang mangkat pada 1231 tahun Saka. Konon tujuh tahun setelah ia menjabat sebagai raja, pemberontakan besar yang digawangi oleh Nambi terjadi.
Pemberontakan Mpu Nambi diceritakan dalam kitab Pararaton dengan tarikh yang sama dengan Negarakertagama. Dikisahkan Nambi sempat pamit kepada Raja Jayanegara untuk ke Lumajang lantaran ayahnya Pranaraja, sakit keras.
Alhasil, Raja Jayanegara pun mengizinkan kepulangan Nambi ke kampung halamannya. Sebagaimana ditulis dalam buku "Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit" karya Slamet Muljana. Di tengah perjalanan Nambi kemudian menerima kabar bahwa ayahnya telah meninggal dunia.
Alhasil mendengar adanya kabar kematian ayah Nambi, Raja Jayanegara mengirim utusan Majapahit ke Lumajang di antaranya Mahapati, Pawagal, Pamandana, Emban, Lasem, dan Jaran Lenong. Selama tinggal di Lumajang inilah Mahapati menghasut Mpu Nambi. Hasutan itu pun membuat Nambi terpengaruh.
Nambi pun meminta izin agar mengambil cuti lebih lama kepada Raja Jayanegara dengan perantara Mahapati. Mengingat ia masih dalam suasana duka akibat kematian ayahnya Pranaraja. Tetapi yang terjadi oleh Mahapati, izin cuti Nambi diselewengkan oleh Mahapati.
Kepada Raja Jayanegara, Mahapati menyebut Nambi meminta perpanjangan cuti dan tidak akan kembali ke Majapahit. Mahapati juga menyebut Nambi membuat benteng pertahanan dan sudah menyiapkan orang - orangnya. Padahal semua yang dikatakan Mahapati ke Raja Jayanegara tidaklah benar. Bahkan ia memperuncing kabar hoaks ke Raja Jayanegara bahwa menteri yang datang dicurigai akan bersekutu dengan Nambi.
Menerima informasi ini, tentu saja Jayanagara dibuat berang. Jayanegara kemudian memecat para menterinya yang ikut kunjungan ke rumah Nambi di Lumajang, tanpa izin. Para menteri seperti Pamandana, Mahisa Pawangal, Panji Anengah, Panji Samara, Panji Wiranagari, Jaran Bangkal, Jangkung, Teguh, Semi, Lasem, dan Patih Emban.
Jayanegara pun menginstruksikan mempersiapkan orang - orang Majapahit agar menyerbu Lumajang. Pada persiapan ini Mahapati memegang siasat penuh untuk penyerbuan. Penelusuran menunjukkan bahwa para menteri yang diberikan sanksi oleh Raja Jayanegara terbukti membelot ke Nambi. Para menteri ini sebenarnya cukup berjasa dalam peristiwa pemberontakan Ranggalawe dan Lembu Sora.
Mahapati menyusun strategi untuk menyerang pertahanan Parajakan terlebih dahulu. Selanjutnya tentara Majapahit bergerak menyerang Gading. Dari sini tentara Majapahit mengepung Lumajang. Siasat perang pun dijalankan dan terbukti bahwa siasat itu berhasil dalam pertempuran.
Peperangan terjadi di Lumajang antara pasukan Majapahit dengan Nambi yang juga merupakan Patih Kerajaan Majapahit. Bahkan Arya Wiraraja yang merupakan pembesar Majapahit sekaligus Raja Majapahit wilayah timur turut tidak lagi menghadap Jayanegara. Diketahui sang pejabat ini juga membelot ke Nambi.
Pemberontakan Nambi pada 1316 Masehi ini berhasil dipadamkan oleh Raja Jayanegara. Namun rentetan pemberontakan di bawah pemerintahan Raja Jayanegara perlu diselidiki sebabnya. Mengingat selama menjabat raja, sudah ada dua kali pemberontakan yakni Pemberontakan Lembu Sora dan Nambi.
Pemberontakan Mpu Nambi diceritakan dalam kitab Pararaton dengan tarikh yang sama dengan Negarakertagama. Dikisahkan Nambi sempat pamit kepada Raja Jayanegara untuk ke Lumajang lantaran ayahnya Pranaraja, sakit keras.
Alhasil, Raja Jayanegara pun mengizinkan kepulangan Nambi ke kampung halamannya. Sebagaimana ditulis dalam buku "Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit" karya Slamet Muljana. Di tengah perjalanan Nambi kemudian menerima kabar bahwa ayahnya telah meninggal dunia.
Alhasil mendengar adanya kabar kematian ayah Nambi, Raja Jayanegara mengirim utusan Majapahit ke Lumajang di antaranya Mahapati, Pawagal, Pamandana, Emban, Lasem, dan Jaran Lenong. Selama tinggal di Lumajang inilah Mahapati menghasut Mpu Nambi. Hasutan itu pun membuat Nambi terpengaruh.
Nambi pun meminta izin agar mengambil cuti lebih lama kepada Raja Jayanegara dengan perantara Mahapati. Mengingat ia masih dalam suasana duka akibat kematian ayahnya Pranaraja. Tetapi yang terjadi oleh Mahapati, izin cuti Nambi diselewengkan oleh Mahapati.
Kepada Raja Jayanegara, Mahapati menyebut Nambi meminta perpanjangan cuti dan tidak akan kembali ke Majapahit. Mahapati juga menyebut Nambi membuat benteng pertahanan dan sudah menyiapkan orang - orangnya. Padahal semua yang dikatakan Mahapati ke Raja Jayanegara tidaklah benar. Bahkan ia memperuncing kabar hoaks ke Raja Jayanegara bahwa menteri yang datang dicurigai akan bersekutu dengan Nambi.
Menerima informasi ini, tentu saja Jayanagara dibuat berang. Jayanegara kemudian memecat para menterinya yang ikut kunjungan ke rumah Nambi di Lumajang, tanpa izin. Para menteri seperti Pamandana, Mahisa Pawangal, Panji Anengah, Panji Samara, Panji Wiranagari, Jaran Bangkal, Jangkung, Teguh, Semi, Lasem, dan Patih Emban.
Jayanegara pun menginstruksikan mempersiapkan orang - orang Majapahit agar menyerbu Lumajang. Pada persiapan ini Mahapati memegang siasat penuh untuk penyerbuan. Penelusuran menunjukkan bahwa para menteri yang diberikan sanksi oleh Raja Jayanegara terbukti membelot ke Nambi. Para menteri ini sebenarnya cukup berjasa dalam peristiwa pemberontakan Ranggalawe dan Lembu Sora.
Mahapati menyusun strategi untuk menyerang pertahanan Parajakan terlebih dahulu. Selanjutnya tentara Majapahit bergerak menyerang Gading. Dari sini tentara Majapahit mengepung Lumajang. Siasat perang pun dijalankan dan terbukti bahwa siasat itu berhasil dalam pertempuran.
Peperangan terjadi di Lumajang antara pasukan Majapahit dengan Nambi yang juga merupakan Patih Kerajaan Majapahit. Bahkan Arya Wiraraja yang merupakan pembesar Majapahit sekaligus Raja Majapahit wilayah timur turut tidak lagi menghadap Jayanegara. Diketahui sang pejabat ini juga membelot ke Nambi.
Pemberontakan Nambi pada 1316 Masehi ini berhasil dipadamkan oleh Raja Jayanegara. Namun rentetan pemberontakan di bawah pemerintahan Raja Jayanegara perlu diselidiki sebabnya. Mengingat selama menjabat raja, sudah ada dua kali pemberontakan yakni Pemberontakan Lembu Sora dan Nambi.
(hri)
tulis komentar anda