Atasi Pencemaran, Ratusan Pengepul Sampah Plastik Jalin Kemitraan
Selasa, 16 Januari 2024 - 20:15 WIB
Debora Aritonang, Marketing Manager Plastic Bank Indonesia menjelaskan, data setiap kilogram plastik daur ulang yang dijual ke pihaknya tercatat dengan baik melalui aplikasi. Hal ini memastikan transparansi dan akurasi dalam pelacakan dampak positif dari setiap kontribusi pengepul.
"Harga plastik di setiap daerah berbeda, kalau di Bali antara Rp2.000 hingga Rp3.000 per kilogram. Mereka menggunakan aplikasi kami dan dicatat per kilogram, dan si pengepul akan dapat tujuh token senilai Rp 1.000," jelasnya.
Pada tahun 2023, lanjut Debora, pihaknya berhasil mendistribusikan insentif senilai Rp11,7 miliar kepada mitra pengepul. Sejak berdiri pada tahun 2019, total insentif yang telah disalurkan mencapai Rp50,5 miliar.
Debora menambahkan bahwa dari 230 mitra pengepul, sekitar 3.000 anggota aktif terlibat dalam pengumpulan plastik dan menerima token sebagai imbalan.
Country Manager Plastic Bank Indonesia, Frederick Ramadhani S, mengingatkan bahwa Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga dalam darurat sampah plastik di Asia Tenggara, setelah Filipina dan Malaysia. Di tingkat global, Indonesia menempati peringkat kelima.
Menurut data Bank Dunia, Indonesia menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya, dengan 4,9 juta ton tidak dikelola dengan baik sehingga mencemari lingkungan, terutama di lautan.
"Solusi untuk mengurangi dampaknya adalah dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle. Isu sampah plastik memang kompleks, membutuhkan berbagai solusi dari kebijakan hingga kontribusi swasta, sehingga kerjasama dari berbagai pihak sangat diperlukan," ungkap Frederick.
Organisasi ini memiliki jaringan yang melibatkan wilayah Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin untuk membantu meningkatkan perekonomian sekaligus mengurangi dampak negatif dari krisis plastik yang semakin memprihatinkan.
"Harga plastik di setiap daerah berbeda, kalau di Bali antara Rp2.000 hingga Rp3.000 per kilogram. Mereka menggunakan aplikasi kami dan dicatat per kilogram, dan si pengepul akan dapat tujuh token senilai Rp 1.000," jelasnya.
Pada tahun 2023, lanjut Debora, pihaknya berhasil mendistribusikan insentif senilai Rp11,7 miliar kepada mitra pengepul. Sejak berdiri pada tahun 2019, total insentif yang telah disalurkan mencapai Rp50,5 miliar.
Debora menambahkan bahwa dari 230 mitra pengepul, sekitar 3.000 anggota aktif terlibat dalam pengumpulan plastik dan menerima token sebagai imbalan.
Country Manager Plastic Bank Indonesia, Frederick Ramadhani S, mengingatkan bahwa Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga dalam darurat sampah plastik di Asia Tenggara, setelah Filipina dan Malaysia. Di tingkat global, Indonesia menempati peringkat kelima.
Menurut data Bank Dunia, Indonesia menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya, dengan 4,9 juta ton tidak dikelola dengan baik sehingga mencemari lingkungan, terutama di lautan.
"Solusi untuk mengurangi dampaknya adalah dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle. Isu sampah plastik memang kompleks, membutuhkan berbagai solusi dari kebijakan hingga kontribusi swasta, sehingga kerjasama dari berbagai pihak sangat diperlukan," ungkap Frederick.
Organisasi ini memiliki jaringan yang melibatkan wilayah Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin untuk membantu meningkatkan perekonomian sekaligus mengurangi dampak negatif dari krisis plastik yang semakin memprihatinkan.
(shf)
tulis komentar anda