Perubahan Iklim Disebut Komnas HAM Jadi Krisis Terberat usai Covid-19

Minggu, 10 Desember 2023 - 19:06 WIB
Pemerhati Masyarakat Adat, Abdon Nababan, yang pada Climate Action Day 2023 itu membawakan materi "Peran Masyarakat Adat Dalam Resiliensi Terhadap Perubahan Iklim", mengatakan Indonesia memiliki solusi atas krisis perubahan iklim yang tengah terjadi.

Menurut Abdon, ada tiga krisis yang membayangi krisis perubahan iklim, yakni krisis pangan, krisis air dan krisis energi. Indonesia dengan seluruh sumber dayanya, bisa menyelesaikan ketiga krisis itu. "Kalau kita serius, kita bisa tidak menjadi korban. Bahkan semestinya kita bisa menjadi solusi," terangnya.

Abdon menjelaskan, secara kebudayaan Indonesia kaya akan suku-suku yang memiliki identitas budaya yang sangat spesifik. Setiap budaya, karena perjalanan peradabannya yang panjang, membuat mereka sudah memiliki sistem pengetahuan dan praktik-praktis pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

"Kita punya sumber daya dan kearifan lokal yang cukup di kampung-kampung kita. Sungai-sungai kita berair deras, dan dengan teknologi sederhana bisa dijadikan sumber energi baru terbarukan. Itu salah satu solusi yang bisa kita Hadirkan untuk menjawab krisis perubahan iklim itu," jelasnya.



Menurut Abdon, sumber dari krisis perubahan iklim yang tidak terkendali selama ini adalah kota-kota yang terindustrialisasi terlalu tinggi. Sementara desa-desa ditinggalkan.

Di sisi lain, secara faktual kita yang masih punya solusi dari kearifan lokal itu, sering kali merasa solusi orang lain jauh lebih hebat daripada yang kita punya. "Ini soal jati diri. Ini soal kebanggaan menjadi bangsa Indonesia," tegasnya.

Abdon lebih lanjut mengatakan, solusi dari kearifan lokal belum dilirik oleh generasi muda dan para intelektual. Padahal solusi dari kearifan lokal itu yang paling mungkin untuk dilakukan.

"Pilihan kita tinggal itu yang tersedia dan kita kuasai. Mungkin ada pilihan lain dari Amerika atau China, tapi kita tidak kuasai. Justru kalau kita ambil pilihan dari sana, kita jadi dikuasai kembali. Lahan-lahan kita, air kita, energi terbarukan kita dikuasai lewat investasi yang mereka punya. Yang saya khawatirkan justru itu," tegas Abdon.

Abdon mencontohkan, kearifan lokal untuk mengatasi dampak krisis akibat perubahan iklim adalah implementasi metode lubuk larangan di wilayah Sumatera bagian Selatan. Metode itu sudah dilakuan sejak ratusan tahun lalu, dan masih berlangsung hingga saat ini.



"Jadi ada tempat-tempat yang penting secara ekologis, yang mereka sudah tahu sejak ratusan tahun dan praktik itu masih terjadi saat ini. Tapi sekarang, sungai-sungai kiri-kanan jadi sawit dan pestisida, racun-racun masuk ke sungai. Sistem itu kemudian hancur, karena bahkan di pinggir-pinggir sungai ditanami. Ini penting, kita punya, tapi kita merasa itu sesuatu yang penting, padahal solusinya ada di situ," ungkapnya.

"Memang untuk menjadikannya solusi, perlu diperluas lagi. Tapi bahwa itu bisa menjadi solusi, iya," tambahnya. Untuk mengatasi dampak krisis perubahan iklim, kata Abdon, perlu dilakuan rekonsiliasi antara kearifan lokal dengan teknologi yang berkembang saat ini. Teknologi harus mampu diselaraskan agar memperkaya pengetahuan yang sudah ada di masyarakat.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More