Sulap Lahan Timbunan Sampah Jadi Tempat Bercocok Tanam, Begini Caranya
Rabu, 06 Desember 2023 - 14:15 WIB
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berupaya untuk terus menciptakan masyarakat yang mandiri serta
peduli akan lingkungan melalui program nyata yang mampumendorong perbaikan serta kestabilan ekosistem lingkungan. Salah satu langkah tersebut yakni melalui Program BRInita atau 'Bertani di Kota'.
Program ini telah terlaksana di berbagai wilayah Indonesia dan mengusung konsep bertani dimana konsepnya yakni memanfaatkan lahan minim di wilayah padat pemukiman atau perkotaan. Salah satu contoh berada di Kelurahan Tuminting, Kecamatan Tuminting, Kota Manado.
Ketua Lingkungan 4 Kel Tuminting Max Pagamus mengatakan bahwa lahan yang dimanfaatkan tersebut sebelumnya merupakan lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga. Lantaran mengganggu lingkungan dari sisi kebersihan dan keindahannya, lahan tersebut pun dimanfaatkan untuk dijadikan tempat bercocok tanam atau urban farming.
"Dulunya tempat ini adalah lahan timbun, tempat masyarakat membuang sampah. Lalu sekarang dibangun menjadi tempat pembibitan," ujar Max pada Rabu (6/12/2023).
Ia juga menjelaskan bahwa program 'Lahan Ekosistem Urban Farming' yang ada di Kelurahan Tuminting saat ini pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat setempat.
"Jadi memang lahan ini ada karena dikelola oleh masyarakat. Tujuan pembangunan tempat ini agar masyarakat dapat menjalankan kegiatan bercocok tanam yang hasilnya nanti dapat disalurkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar," ucapnya.
Di lahan berukuran 10x30 meter di Tuminting Lingkungan IV tersebut, masyarakat membudidayakan tanaman hortikultura, seperti cabai rawit (rica), cabai merah keriting, tomat, hingga beraneka ragam sayuran diantaranya terong, timun, labu, dan pakcoy. Ada juga sereh, kunyit, kemangi, jahe dan tanaman bibit buah seperti kedondong, jeruk, dan alpukat.
Selain bercocok tanam, masyarakat juga telah membudidayakan ikan lele dan mujair. Khusus untuk lele, warga menempatkannya di wadah yang fleksibel dan ringkas seperti ember.
Max juga melanjutkan bahwa program BRInita di Lingkungan IV Tuminting, Manado sangat bermanfaat karena dapat membantu perekonomian masyarakat secara umum dan secara khusus dapat menjadi wadah bagi warga untuk bercocok tanam.
"Jadi memang dapat membantu perekonomian masyarakat, misalnya yang dulunya masyarakat ke pasar membawa uang Rp5-10 ribu untuk kebutuhan dapur, sekarang nggak perlu mengeluarkan setiap hari karena ada urban farming. Selain mendapatkan makanan sehat tanpa pestisida, Masyarakat juga dapat menghemat pengeluaran karena tidak perlu belanja," tuturnya.
peduli akan lingkungan melalui program nyata yang mampumendorong perbaikan serta kestabilan ekosistem lingkungan. Salah satu langkah tersebut yakni melalui Program BRInita atau 'Bertani di Kota'.
Program ini telah terlaksana di berbagai wilayah Indonesia dan mengusung konsep bertani dimana konsepnya yakni memanfaatkan lahan minim di wilayah padat pemukiman atau perkotaan. Salah satu contoh berada di Kelurahan Tuminting, Kecamatan Tuminting, Kota Manado.
Ketua Lingkungan 4 Kel Tuminting Max Pagamus mengatakan bahwa lahan yang dimanfaatkan tersebut sebelumnya merupakan lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga. Lantaran mengganggu lingkungan dari sisi kebersihan dan keindahannya, lahan tersebut pun dimanfaatkan untuk dijadikan tempat bercocok tanam atau urban farming.
"Dulunya tempat ini adalah lahan timbun, tempat masyarakat membuang sampah. Lalu sekarang dibangun menjadi tempat pembibitan," ujar Max pada Rabu (6/12/2023).
Ia juga menjelaskan bahwa program 'Lahan Ekosistem Urban Farming' yang ada di Kelurahan Tuminting saat ini pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat setempat.
"Jadi memang lahan ini ada karena dikelola oleh masyarakat. Tujuan pembangunan tempat ini agar masyarakat dapat menjalankan kegiatan bercocok tanam yang hasilnya nanti dapat disalurkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar," ucapnya.
Di lahan berukuran 10x30 meter di Tuminting Lingkungan IV tersebut, masyarakat membudidayakan tanaman hortikultura, seperti cabai rawit (rica), cabai merah keriting, tomat, hingga beraneka ragam sayuran diantaranya terong, timun, labu, dan pakcoy. Ada juga sereh, kunyit, kemangi, jahe dan tanaman bibit buah seperti kedondong, jeruk, dan alpukat.
Selain bercocok tanam, masyarakat juga telah membudidayakan ikan lele dan mujair. Khusus untuk lele, warga menempatkannya di wadah yang fleksibel dan ringkas seperti ember.
Max juga melanjutkan bahwa program BRInita di Lingkungan IV Tuminting, Manado sangat bermanfaat karena dapat membantu perekonomian masyarakat secara umum dan secara khusus dapat menjadi wadah bagi warga untuk bercocok tanam.
"Jadi memang dapat membantu perekonomian masyarakat, misalnya yang dulunya masyarakat ke pasar membawa uang Rp5-10 ribu untuk kebutuhan dapur, sekarang nggak perlu mengeluarkan setiap hari karena ada urban farming. Selain mendapatkan makanan sehat tanpa pestisida, Masyarakat juga dapat menghemat pengeluaran karena tidak perlu belanja," tuturnya.
(dsa)
tulis komentar anda