Masker Dinilai Lebih Efektif Cegah Penularan COVID-19 saat Naik Ojol
Jum'at, 07 Agustus 2020 - 14:09 WIB
SURABAYA - Peneliti virologi dari Universitas Airlangga (Unair) Prof. dr Chairul Anwar Nidom menyebut, masker tetap menjadi solusi terbaik saat beraktivitas, termasuk saat menggunakan ojek dan taksi online.
Menurut Nidom, karena virus penyebab COVID-19 kini dapat menular lewat udara seperti virus flu, penggunaan masker harus betul terstandar yang mampu menepis virus yang menempel di masker. Bukan masker biasa, minimal menggunakan masker bedah.
"Atau saat ini sudah ada bahan kain yang dilapisi dengan suatu bahan yang bisa menetralisir virus dan ukuran pori dari masker tidak boleh lebih dari 5 mikron," ujarnya Prof Nidom.
(Baca juga: Dapat Bantuan Ventilator Dari Yayasan BUMN, Ini Harapan Khofifah )
"Dengan ketaatan masyarakat menggunakan masker, Insya Allah virus bisa ditepis, apakah naik ojek atau taksi atau sedang kumpul dengan orang lain," tandasnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDONews, Jumat (7/8/2020)
Prof Nidom menambahkan, adanya transmisi virus melalui udara membuat jaga jarak jadi tidak banyak berpengaruh. Jaga jarak dengan minimal 1 meter diasumsikan penularan melalui droplet. Sebab lontaran droplet diperkirakan sejauh 1 meter. Untuk itu ia meminta masyarakat tidak meremehkan virus corona.
"Dengan diketahui penularanya bisa melalui udara, maka jarak berapapun akan bisa dijangkau oleh virus tersebut," ujarnya. (Baca juga: Launching Jatim Bermasker, Kapolda Targetkan Jatim Jadi Zona Hijau )
Hal ini juga ditegaskan Peneliti Mikrobiologi Institut Teknologi Sumatera (Itera). Muhammad Asril menegaskan virus corona tidak bertahan di udara dengan pertukaran udara yang bebas seperti saat mengendarai motor.
"Virusnya itu akan bertahan di udara yang aliran pertukarannya terbatas. Jika kondisinya di ruang terbuka resiko penularan cenderung rendah. Penularan melalui udara yang disampaikan oleh WHO adalah di dalam ruangan tertutup yang tidak memiliki sirkulasi udara yang baik," papar Asril.
Menurut Nidom, karena virus penyebab COVID-19 kini dapat menular lewat udara seperti virus flu, penggunaan masker harus betul terstandar yang mampu menepis virus yang menempel di masker. Bukan masker biasa, minimal menggunakan masker bedah.
"Atau saat ini sudah ada bahan kain yang dilapisi dengan suatu bahan yang bisa menetralisir virus dan ukuran pori dari masker tidak boleh lebih dari 5 mikron," ujarnya Prof Nidom.
(Baca juga: Dapat Bantuan Ventilator Dari Yayasan BUMN, Ini Harapan Khofifah )
"Dengan ketaatan masyarakat menggunakan masker, Insya Allah virus bisa ditepis, apakah naik ojek atau taksi atau sedang kumpul dengan orang lain," tandasnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDONews, Jumat (7/8/2020)
Prof Nidom menambahkan, adanya transmisi virus melalui udara membuat jaga jarak jadi tidak banyak berpengaruh. Jaga jarak dengan minimal 1 meter diasumsikan penularan melalui droplet. Sebab lontaran droplet diperkirakan sejauh 1 meter. Untuk itu ia meminta masyarakat tidak meremehkan virus corona.
"Dengan diketahui penularanya bisa melalui udara, maka jarak berapapun akan bisa dijangkau oleh virus tersebut," ujarnya. (Baca juga: Launching Jatim Bermasker, Kapolda Targetkan Jatim Jadi Zona Hijau )
Hal ini juga ditegaskan Peneliti Mikrobiologi Institut Teknologi Sumatera (Itera). Muhammad Asril menegaskan virus corona tidak bertahan di udara dengan pertukaran udara yang bebas seperti saat mengendarai motor.
"Virusnya itu akan bertahan di udara yang aliran pertukarannya terbatas. Jika kondisinya di ruang terbuka resiko penularan cenderung rendah. Penularan melalui udara yang disampaikan oleh WHO adalah di dalam ruangan tertutup yang tidak memiliki sirkulasi udara yang baik," papar Asril.
Lihat Juga :
tulis komentar anda