Masker Dinilai Lebih Efektif Cegah Penularan COVID-19 saat Naik Ojol
loading...
A
A
A
SURABAYA - Peneliti virologi dari Universitas Airlangga (Unair) Prof. dr Chairul Anwar Nidom menyebut, masker tetap menjadi solusi terbaik saat beraktivitas, termasuk saat menggunakan ojek dan taksi online.
Menurut Nidom, karena virus penyebab COVID-19 kini dapat menular lewat udara seperti virus flu, penggunaan masker harus betul terstandar yang mampu menepis virus yang menempel di masker. Bukan masker biasa, minimal menggunakan masker bedah.
"Atau saat ini sudah ada bahan kain yang dilapisi dengan suatu bahan yang bisa menetralisir virus dan ukuran pori dari masker tidak boleh lebih dari 5 mikron," ujarnya Prof Nidom.
(Baca juga: Dapat Bantuan Ventilator Dari Yayasan BUMN, Ini Harapan Khofifah )
"Dengan ketaatan masyarakat menggunakan masker, Insya Allah virus bisa ditepis, apakah naik ojek atau taksi atau sedang kumpul dengan orang lain," tandasnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDONews, Jumat (7/8/2020)
Prof Nidom menambahkan, adanya transmisi virus melalui udara membuat jaga jarak jadi tidak banyak berpengaruh. Jaga jarak dengan minimal 1 meter diasumsikan penularan melalui droplet. Sebab lontaran droplet diperkirakan sejauh 1 meter. Untuk itu ia meminta masyarakat tidak meremehkan virus corona.
"Dengan diketahui penularanya bisa melalui udara, maka jarak berapapun akan bisa dijangkau oleh virus tersebut," ujarnya. (Baca juga: Launching Jatim Bermasker, Kapolda Targetkan Jatim Jadi Zona Hijau )
Hal ini juga ditegaskan Peneliti Mikrobiologi Institut Teknologi Sumatera (Itera). Muhammad Asril menegaskan virus corona tidak bertahan di udara dengan pertukaran udara yang bebas seperti saat mengendarai motor.
"Virusnya itu akan bertahan di udara yang aliran pertukarannya terbatas. Jika kondisinya di ruang terbuka resiko penularan cenderung rendah. Penularan melalui udara yang disampaikan oleh WHO adalah di dalam ruangan tertutup yang tidak memiliki sirkulasi udara yang baik," papar Asril.
Sehingga, menggunakan layanan ojek online dipastikan aman selama menggunakan masker. "Driver dan penumpangnya pakai masker pastinya sudah sangat aman untuk mengurangi penyebaran dan kontaminasi ke tubuh," ujar Asril.
Sama halnya saat menggunakan taksi online, Asril menyarankan tetap menggunakan masker. "Masker is the best solution, AC dimatikan dengan kaca dibuka, seharusnya pertukaran partikel virusnya dengan udara akan bagus, viral load-nya akan berkurang," paparnya.
Viral load sendiri, lanjut Asril, ibaratnya jumlah partikel virus yang siap untuk menginfeksi. Selama viral load-nya rendah, maka virus akan sulit menempel pada reseptornya yang ada di nasofaring (saluran pernafasan).
Selain itu, penggunaan sekat pada taksi online menurut Asril merupakan ide yang kreatif. Hal itu dapat mencegah penularan selama pertemuan langsung terjadi antara pengemudi dan penumpang. Namun agar lebih aman, ia menyarankan kendaraan didisinfeksi secara rutin.
Lebih lanjut, Asril menjelaskan airborne disease oleh WHO adalah bagian aerosol yang ukurannya sangat kecil yang memuat virus dan masih melayang di udara.
"Kalau droplet yang ukuran besar, karena ada gravitasi maka akan jatuh ke lantai, tanah atau lainnya. Nah aerosol ini ukurannya sangat kecil sehingga masih bisa melayang-layang di udara, akibat adanya sirkulasi udara yang sedikit maka ini bisa menyebar kemana-mana," tandas Asril.
Sekat Pelindung Ojol Bisa Membahayakan
Sekat pelindung pada ojek online (ojol) disarankan untuk dihindari. Menggunakan face shield lebih direkomendasikan karena selain memenuhi aspek keamanan, juga tetap menjaga protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19.
Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan penggunaan sekat pelindung berupa material sebentuk mika tidak efektif. Terlebih sekat yang membatasi antara pengemudi dengan penumpang itu berukuran cukup lebar.
"Selain karena kendaraan bergerak, tentu jadi mengganggu kerja pengemudinya. Memang untuk udara statis, sekat jadi efektif. Tapi kendaraan ini bergerak. Jadi tidak efektif,” ujar Sony melalui keterangannya.
Ia menilai, sapuan angin ketika sepeda motor berjalan, terlebih dalam kecepatan cukup tinggi, bisa membahayakan. Dengan demikian, aspek keamanan tidak terpenuhi dalam hal penggunaan sekat pelindung itu.
"Toh, droplet (cairan yang bisa menularkan virus) itu keluar dari depan dan bukan dari belakang. Sekat pelindung tidak efektif dan berbahaya untuk keseimbangan motor,” tegasnya.
Menurut Nidom, karena virus penyebab COVID-19 kini dapat menular lewat udara seperti virus flu, penggunaan masker harus betul terstandar yang mampu menepis virus yang menempel di masker. Bukan masker biasa, minimal menggunakan masker bedah.
"Atau saat ini sudah ada bahan kain yang dilapisi dengan suatu bahan yang bisa menetralisir virus dan ukuran pori dari masker tidak boleh lebih dari 5 mikron," ujarnya Prof Nidom.
(Baca juga: Dapat Bantuan Ventilator Dari Yayasan BUMN, Ini Harapan Khofifah )
"Dengan ketaatan masyarakat menggunakan masker, Insya Allah virus bisa ditepis, apakah naik ojek atau taksi atau sedang kumpul dengan orang lain," tandasnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDONews, Jumat (7/8/2020)
Prof Nidom menambahkan, adanya transmisi virus melalui udara membuat jaga jarak jadi tidak banyak berpengaruh. Jaga jarak dengan minimal 1 meter diasumsikan penularan melalui droplet. Sebab lontaran droplet diperkirakan sejauh 1 meter. Untuk itu ia meminta masyarakat tidak meremehkan virus corona.
"Dengan diketahui penularanya bisa melalui udara, maka jarak berapapun akan bisa dijangkau oleh virus tersebut," ujarnya. (Baca juga: Launching Jatim Bermasker, Kapolda Targetkan Jatim Jadi Zona Hijau )
Hal ini juga ditegaskan Peneliti Mikrobiologi Institut Teknologi Sumatera (Itera). Muhammad Asril menegaskan virus corona tidak bertahan di udara dengan pertukaran udara yang bebas seperti saat mengendarai motor.
"Virusnya itu akan bertahan di udara yang aliran pertukarannya terbatas. Jika kondisinya di ruang terbuka resiko penularan cenderung rendah. Penularan melalui udara yang disampaikan oleh WHO adalah di dalam ruangan tertutup yang tidak memiliki sirkulasi udara yang baik," papar Asril.
Sehingga, menggunakan layanan ojek online dipastikan aman selama menggunakan masker. "Driver dan penumpangnya pakai masker pastinya sudah sangat aman untuk mengurangi penyebaran dan kontaminasi ke tubuh," ujar Asril.
Sama halnya saat menggunakan taksi online, Asril menyarankan tetap menggunakan masker. "Masker is the best solution, AC dimatikan dengan kaca dibuka, seharusnya pertukaran partikel virusnya dengan udara akan bagus, viral load-nya akan berkurang," paparnya.
Viral load sendiri, lanjut Asril, ibaratnya jumlah partikel virus yang siap untuk menginfeksi. Selama viral load-nya rendah, maka virus akan sulit menempel pada reseptornya yang ada di nasofaring (saluran pernafasan).
Selain itu, penggunaan sekat pada taksi online menurut Asril merupakan ide yang kreatif. Hal itu dapat mencegah penularan selama pertemuan langsung terjadi antara pengemudi dan penumpang. Namun agar lebih aman, ia menyarankan kendaraan didisinfeksi secara rutin.
Lebih lanjut, Asril menjelaskan airborne disease oleh WHO adalah bagian aerosol yang ukurannya sangat kecil yang memuat virus dan masih melayang di udara.
"Kalau droplet yang ukuran besar, karena ada gravitasi maka akan jatuh ke lantai, tanah atau lainnya. Nah aerosol ini ukurannya sangat kecil sehingga masih bisa melayang-layang di udara, akibat adanya sirkulasi udara yang sedikit maka ini bisa menyebar kemana-mana," tandas Asril.
Sekat Pelindung Ojol Bisa Membahayakan
Sekat pelindung pada ojek online (ojol) disarankan untuk dihindari. Menggunakan face shield lebih direkomendasikan karena selain memenuhi aspek keamanan, juga tetap menjaga protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19.
Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan penggunaan sekat pelindung berupa material sebentuk mika tidak efektif. Terlebih sekat yang membatasi antara pengemudi dengan penumpang itu berukuran cukup lebar.
"Selain karena kendaraan bergerak, tentu jadi mengganggu kerja pengemudinya. Memang untuk udara statis, sekat jadi efektif. Tapi kendaraan ini bergerak. Jadi tidak efektif,” ujar Sony melalui keterangannya.
Ia menilai, sapuan angin ketika sepeda motor berjalan, terlebih dalam kecepatan cukup tinggi, bisa membahayakan. Dengan demikian, aspek keamanan tidak terpenuhi dalam hal penggunaan sekat pelindung itu.
"Toh, droplet (cairan yang bisa menularkan virus) itu keluar dari depan dan bukan dari belakang. Sekat pelindung tidak efektif dan berbahaya untuk keseimbangan motor,” tegasnya.
(msd)