Jika PKM Gagal di Kota Semarang, PSBB Jadi Pilihan
Kamis, 30 April 2020 - 13:17 WIB
SEMARANG - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan Jabodetabek dan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) di Kota Semarang, dinilai memiliki kesamaan. Kesadaran masyarakat untuk tertib menjadi kunci keberhasilan PKM maupun PSBB.
"Kita belajar di PSBB Jabodetabek, mereka melakukan hal yang sama yakni pengetatan, tapi di daerah pinggiran masih ada kerumunan," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kamis (30/4/2020).
"Jadi intinya bukan PKM atau PSBB, tapi kesadaran dari masing-masing masyarakat untuk bisa mengerti, memahami dan disiplin jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, dan lainnya," tegasnya.
Dia pun menyampaikan, kalau masyarakat Kota Semarang taat, maka tidak perlu dilakukan PSBB. Namun apabila kebijakan PKM yang diterapkan Kota Semarang tidak berhasil dan masyarakat tetap tak disiplin, bukan tidak mungkin kebijakan PSBB akan diambil nantinya.
"Kalau sudah PSBB, semua pasti akan terasa sakit. Semuanya susah. Maka ayo jangan sampai kita menaikkan status menjadi PSBB dengan cara disiplin dan taat aturan," tandasnya.
Sekadar diketahui, Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menyebut tiga daerah yang berpotensi menjadi episentrum baru kasus Covid-19 di Indonesia yakni Kota Semarang, Kota Surabaya, dan Kota Makassar. Ketiga daerah itu mencatat tingginya kasus positif pasien Covid-19.
Kota Semarang menjadi salah satu daerah di Jateng yang tertinggi kasus covid-19. Dari laman siagacorona.semarangkota.go.id pada Kamis (30/4), jumlah kasus positif di Kota Semarang mencapai 117 kasus, orang dalam pemantauan (ODP) 629 kasus, pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 287.
"Kita belajar di PSBB Jabodetabek, mereka melakukan hal yang sama yakni pengetatan, tapi di daerah pinggiran masih ada kerumunan," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kamis (30/4/2020).
"Jadi intinya bukan PKM atau PSBB, tapi kesadaran dari masing-masing masyarakat untuk bisa mengerti, memahami dan disiplin jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, dan lainnya," tegasnya.
Dia pun menyampaikan, kalau masyarakat Kota Semarang taat, maka tidak perlu dilakukan PSBB. Namun apabila kebijakan PKM yang diterapkan Kota Semarang tidak berhasil dan masyarakat tetap tak disiplin, bukan tidak mungkin kebijakan PSBB akan diambil nantinya.
"Kalau sudah PSBB, semua pasti akan terasa sakit. Semuanya susah. Maka ayo jangan sampai kita menaikkan status menjadi PSBB dengan cara disiplin dan taat aturan," tandasnya.
Sekadar diketahui, Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menyebut tiga daerah yang berpotensi menjadi episentrum baru kasus Covid-19 di Indonesia yakni Kota Semarang, Kota Surabaya, dan Kota Makassar. Ketiga daerah itu mencatat tingginya kasus positif pasien Covid-19.
Kota Semarang menjadi salah satu daerah di Jateng yang tertinggi kasus covid-19. Dari laman siagacorona.semarangkota.go.id pada Kamis (30/4), jumlah kasus positif di Kota Semarang mencapai 117 kasus, orang dalam pemantauan (ODP) 629 kasus, pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 287.
(nun)
tulis komentar anda