Harga Bawang Merah Turun, Jatim Deflasi 0,29 Persen
Selasa, 04 Agustus 2020 - 14:09 WIB
SURABAYA - Pada Juli 2020 Jawa Timur ( Jatim ) mengalami deflasi sebesar 0,29%. Yakni dari 104,38 pada bulan Juni 2020 menjadi 104,08 pada bulan Juli 2020.
Untuk tingkat inflasi tahun kalender Juli 2020 sebesar 0,85%. Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun atau Juli 2020 terhadap Juli 2019 sebesar 1,50%. (Baca juga: Deflasi Jadi Sinyal Daya Beli Masyarakat Kritis Akibat Pandemi )
Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya sebagian indeks kelompok pengeluaran. Di antaranya, makanan, minuman dan tembakau yang mengalami sebesar 1,22%.
“Komoditas yang dominan berkontribusi terhadap deflasi antara lain, bawang merah sebesar 0,10%, daging ayam ras sebesar 0,06% dan bawang putih 0,03%,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Satriyo Wibowo dalam rilisnya, Selasa (4/8/2020). (Baca juga: Gubernur Khofifah Ajak Masyarakat Belanja Produk Lokal )
Kelompok pengeluaran lain yang juga menyumbang deflasi pada Juli 2020 adalah transportasi sebesar 1,05%. Dari 104,75 pada Juni 2020 menjadi 103,65 pada Juli 2020. “Secara rinci, subsektor transportasi yang mengalami deflasi adalah angkutan udara sebesar 0,17%,” kata Satriyo.
Data BPS Jatim juga menunjukkan, penghitungan angka inflasi di delapan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim selama Juli 2020, empat kota mengalami inflasi dan empat kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Probolinggo yang mencapai 0,16%. Diikuti Malang sebesar 0,06%, Banyuwangi dan Jember masing-masing sebesar 0,01%. Kota yang mengalami deflasi Surabaya sebesar 0,41%, Sumenep 0,12%, Kediri 0,06% dan Madiun sebesar 0,04%.
Jika dibandingkan tingkat inflasi tahun kalender (Januari - Juli) 2020 di 8 kota IHK Jatim, sampai dengan bulan Juli 2020 Jember merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi. Yaitu mencapai 1,38%. Sedangkan kota yang mengalami inflasi tahun kalender terendah adalah Surabaya yang mengalami inflasi sebesar 0,75%.
Untuk tingkat inflasi tahun kalender Juli 2020 sebesar 0,85%. Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun atau Juli 2020 terhadap Juli 2019 sebesar 1,50%. (Baca juga: Deflasi Jadi Sinyal Daya Beli Masyarakat Kritis Akibat Pandemi )
Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya sebagian indeks kelompok pengeluaran. Di antaranya, makanan, minuman dan tembakau yang mengalami sebesar 1,22%.
“Komoditas yang dominan berkontribusi terhadap deflasi antara lain, bawang merah sebesar 0,10%, daging ayam ras sebesar 0,06% dan bawang putih 0,03%,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Satriyo Wibowo dalam rilisnya, Selasa (4/8/2020). (Baca juga: Gubernur Khofifah Ajak Masyarakat Belanja Produk Lokal )
Kelompok pengeluaran lain yang juga menyumbang deflasi pada Juli 2020 adalah transportasi sebesar 1,05%. Dari 104,75 pada Juni 2020 menjadi 103,65 pada Juli 2020. “Secara rinci, subsektor transportasi yang mengalami deflasi adalah angkutan udara sebesar 0,17%,” kata Satriyo.
Data BPS Jatim juga menunjukkan, penghitungan angka inflasi di delapan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim selama Juli 2020, empat kota mengalami inflasi dan empat kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Probolinggo yang mencapai 0,16%. Diikuti Malang sebesar 0,06%, Banyuwangi dan Jember masing-masing sebesar 0,01%. Kota yang mengalami deflasi Surabaya sebesar 0,41%, Sumenep 0,12%, Kediri 0,06% dan Madiun sebesar 0,04%.
Jika dibandingkan tingkat inflasi tahun kalender (Januari - Juli) 2020 di 8 kota IHK Jatim, sampai dengan bulan Juli 2020 Jember merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi. Yaitu mencapai 1,38%. Sedangkan kota yang mengalami inflasi tahun kalender terendah adalah Surabaya yang mengalami inflasi sebesar 0,75%.
(nth)
tulis komentar anda