Misteri Pernikahan Politik Raden Wijaya dengan 4 Putri Cantik Raja Singasari
Selasa, 26 September 2023 - 09:26 WIB
Arti dari kutiban tersebut adalah: "Adapun sang Parameswari Tribuana yang sulung cantik tanpa cela, tiada lain Dyah Duhita tersohor wanita rupawan tiada tara, Pradnya Paramita mengagumkan bagai menandingi Dewi Saci dalam kecantikan, yang bungsu Dyah Gayatri amat dikasihi sebagai permaisuri terkemuka".
Keterangan itu kemudian disokong oleh Prasasti Penanggungan (1296), dan prasasti berangka tahun 1305. Pada prasasti terakhir ini dijelaskan sifat-sifat dari empat putri Kertanagara tersebut. Putri tertua, Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari merupakan seorang putri yang ulung dalam permainan kata (mahalalita).
Hal ini bisa dimaklumi, sebagai seorang putri sulung dan putri mahkota Singasari. Dia merupakan janda dari Nararya Ardharaja turut pula dipersunting supaya tidak dapat dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik Wangsa Rajasa.
Putri kedua adalah Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, merupakan istri pertama Raden Wijaya, bahkan saat Kertanagara masih hidup dan memerintah. Sosoknya merupakan perempuan yang setia terhadap Raden Wijaya.
Putri ketiga Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamitha, merupakan seorang putri yang mempunyai sifat-sifat luhur. Sedangkan putri keempat atau si bungsu, yakni Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri merupakan seorang putri yang sangat cantik dan paling dikasihi oleh sang raja Raden Wijaya.
Hal ini kemudian memperkuat kedudukan sang raja Kertarajasa Jayawardhana, yang tidak ingin Wangsa Sinelir saingannya bangkit kembali. Sedangkan untuk tetap menjalin persahabatan dengan Raja Melayu Dharmacraya, sang raja mengambil istri bernama Dara Petak, yang merupakan putri dari Melayu, dan dibawa Senopati Kebo Anabrang ke tanah Jawa.
Namun sebagai akibat dari perkawinan lima orang putri utama ini, terjadi penentangan ketika sang raja meninggal dunia, dan telah menetapkan putranya yang bernama Sri Jayanagara untuk menjadi Raja Majapahit.
Jayanagara menjadi pewaris tahta Kerajaan Majapahit, usai Raden Wijaya mangkat. Jayanagara sendiri sudah diangkat sebagai putra mahkota yang dilakukan pada tahun 1296, sesuai dengan Prasasti Penanggungan.
Keterangan itu kemudian disokong oleh Prasasti Penanggungan (1296), dan prasasti berangka tahun 1305. Pada prasasti terakhir ini dijelaskan sifat-sifat dari empat putri Kertanagara tersebut. Putri tertua, Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari merupakan seorang putri yang ulung dalam permainan kata (mahalalita).
Hal ini bisa dimaklumi, sebagai seorang putri sulung dan putri mahkota Singasari. Dia merupakan janda dari Nararya Ardharaja turut pula dipersunting supaya tidak dapat dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik Wangsa Rajasa.
Putri kedua adalah Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, merupakan istri pertama Raden Wijaya, bahkan saat Kertanagara masih hidup dan memerintah. Sosoknya merupakan perempuan yang setia terhadap Raden Wijaya.
Putri ketiga Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamitha, merupakan seorang putri yang mempunyai sifat-sifat luhur. Sedangkan putri keempat atau si bungsu, yakni Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri merupakan seorang putri yang sangat cantik dan paling dikasihi oleh sang raja Raden Wijaya.
Hal ini kemudian memperkuat kedudukan sang raja Kertarajasa Jayawardhana, yang tidak ingin Wangsa Sinelir saingannya bangkit kembali. Sedangkan untuk tetap menjalin persahabatan dengan Raja Melayu Dharmacraya, sang raja mengambil istri bernama Dara Petak, yang merupakan putri dari Melayu, dan dibawa Senopati Kebo Anabrang ke tanah Jawa.
Baca Juga
Namun sebagai akibat dari perkawinan lima orang putri utama ini, terjadi penentangan ketika sang raja meninggal dunia, dan telah menetapkan putranya yang bernama Sri Jayanagara untuk menjadi Raja Majapahit.
Jayanagara menjadi pewaris tahta Kerajaan Majapahit, usai Raden Wijaya mangkat. Jayanagara sendiri sudah diangkat sebagai putra mahkota yang dilakukan pada tahun 1296, sesuai dengan Prasasti Penanggungan.
tulis komentar anda