Waspada Potensi Penularan COVID-19 Saat Idul Adha
Kamis, 30 Juli 2020 - 06:22 WIB
Syafri mengungkapkan, masih adanya kasus penularan COVID-19 di Sulsel, karena masih adanya warga yang tidak taat protokol kesehatan. Tingkat kepatuhan masih rendah. Jika hal ini terus berlanjut, puncak pandemi COVID-19 bakal sulit diprediksi. Baca Juga : Kasus Positif COVID-19 di Kabupaten Luwu Timur Bertambah 21
"Nah, puncak pandemi itu kita belum bisa prediksi. Karena kasus kita kelihatan masih ada laju insidensi yang masih tinggi, walaupun saat ini tidak lagi seperti pernah sewaktu di atas 200. Kita juga masih pada posisi belum signifikan turun. Makanya kita harus lebih ketat lagi. Itu kuncinya," tegasnya.
Data Gugus Tugas COVID-19 Sulsel, dilaporkan masih ada penambahan kasus positif baru sebanyak 131 orang, kemarin. Kemudian disusul dengan penambahan pasien sembuh sebanyak 38 orang, lalu bertambah 3 orang yang dinyatakan meninggal.
Penambahan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 itu tersebar di Kota Makassar sebanyak 76 orang, Luwu Timur 22, Gowa 10, dan Sidrap 5. Lalu Kabupaten Luwu dan Pangkep masing-masing penambahan 3 kasus. Selanjutnya di Kabupaten Tana Toraja ada penambahan 2 kasus positif. Sementara Bone, Bulukumba, Luwu Utara, dan Toraja Utara masing-masing berkontribusi penambahan satu kasus positif baru.
Dengan begitu, hingga per tanggal 29 Juli 2020, akumulasi kasus positif COVID-19 di Sulsel tercatat 9.249 orang. Dimana 6.324 diantaranya telah dinyatakan sembuh, dan 314 orang meninggal. Sementara 2.611 orang lainnya masih sementara dirawat.
Syafri menuturkan, masih adanya kemunculan kasus COVID-19, karena tranmisi virus antar komunitas masih terjadi. Itupun karena kontribusi tidak jalannya protokol kesehatan yang baik antar individu dalam suatu komunitas. "Jadi masyarakat belum sadar dan patuh sepenuhnya bahwa ini masalah individu, kesadaran, sehingga transmisi masih ada terus," tambahnya.
Untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan warga, Syafri menyebut perlu ada pengawasan dan sanksi yang membarenginya. Semua daerah, harus kompak. Misalnya, Kota Makassar sebagai episentrum utama COVID-19 Sulsel dengan kebijakan pembatasan pergerakan lintas wilayah, harus juga didukung dengan kabupaten/kota tetangganya.
Dia optimistis, jika semua warga secara sadar mengambil peran melaksanakan protokol kesehatan pencegahan COVID-19, maka akan memberi dampak pada melandainya kasus COVID-19. Puncak pandemi akan kelihatan dalam waktu dekat.
"Kita punya prediksi (puncak pandemi) awalnya kan Juli-Agustus. Tapi kalau melihat kondisi masyarakat yang masih banyak belum mengikuti protokol kesehatan, itu bisa memanjang waktunya. Jadi sangat tergantung dari kesadaran individu," jelas Syafri. Baca Lagi : Aktivitas di Pasar Meningkat, Protokol Kesehatan Harus Diperketat
Lihat Juga: Salat Iduladha Bareng Keluarga di Masjid Kampung Wedomartani Sleman, Ganjar: Suasananya Hangat
"Nah, puncak pandemi itu kita belum bisa prediksi. Karena kasus kita kelihatan masih ada laju insidensi yang masih tinggi, walaupun saat ini tidak lagi seperti pernah sewaktu di atas 200. Kita juga masih pada posisi belum signifikan turun. Makanya kita harus lebih ketat lagi. Itu kuncinya," tegasnya.
Data Gugus Tugas COVID-19 Sulsel, dilaporkan masih ada penambahan kasus positif baru sebanyak 131 orang, kemarin. Kemudian disusul dengan penambahan pasien sembuh sebanyak 38 orang, lalu bertambah 3 orang yang dinyatakan meninggal.
Penambahan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 itu tersebar di Kota Makassar sebanyak 76 orang, Luwu Timur 22, Gowa 10, dan Sidrap 5. Lalu Kabupaten Luwu dan Pangkep masing-masing penambahan 3 kasus. Selanjutnya di Kabupaten Tana Toraja ada penambahan 2 kasus positif. Sementara Bone, Bulukumba, Luwu Utara, dan Toraja Utara masing-masing berkontribusi penambahan satu kasus positif baru.
Dengan begitu, hingga per tanggal 29 Juli 2020, akumulasi kasus positif COVID-19 di Sulsel tercatat 9.249 orang. Dimana 6.324 diantaranya telah dinyatakan sembuh, dan 314 orang meninggal. Sementara 2.611 orang lainnya masih sementara dirawat.
Syafri menuturkan, masih adanya kemunculan kasus COVID-19, karena tranmisi virus antar komunitas masih terjadi. Itupun karena kontribusi tidak jalannya protokol kesehatan yang baik antar individu dalam suatu komunitas. "Jadi masyarakat belum sadar dan patuh sepenuhnya bahwa ini masalah individu, kesadaran, sehingga transmisi masih ada terus," tambahnya.
Untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan warga, Syafri menyebut perlu ada pengawasan dan sanksi yang membarenginya. Semua daerah, harus kompak. Misalnya, Kota Makassar sebagai episentrum utama COVID-19 Sulsel dengan kebijakan pembatasan pergerakan lintas wilayah, harus juga didukung dengan kabupaten/kota tetangganya.
Dia optimistis, jika semua warga secara sadar mengambil peran melaksanakan protokol kesehatan pencegahan COVID-19, maka akan memberi dampak pada melandainya kasus COVID-19. Puncak pandemi akan kelihatan dalam waktu dekat.
"Kita punya prediksi (puncak pandemi) awalnya kan Juli-Agustus. Tapi kalau melihat kondisi masyarakat yang masih banyak belum mengikuti protokol kesehatan, itu bisa memanjang waktunya. Jadi sangat tergantung dari kesadaran individu," jelas Syafri. Baca Lagi : Aktivitas di Pasar Meningkat, Protokol Kesehatan Harus Diperketat
Lihat Juga: Salat Iduladha Bareng Keluarga di Masjid Kampung Wedomartani Sleman, Ganjar: Suasananya Hangat
(sri)
tulis komentar anda