Sejarah Raden Patah, Pendiri Kesultanan Demak Abad ke-15
Sabtu, 12 Agustus 2023 - 20:10 WIB
Perasaan cemburu ini mendorong Raja Brawijaya V untuk mengusir sang putri dari istana. Dalam keadaan sedang mengandung, sang putri akhirnya dikirim kepada adipati Palembang, Arya Damar.
Setelah melahirkan Raden Patah, Siu Bun Ci selanjutnya menikah dengan Arya Damar dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Raden Kusen. Selama dua dekade ia tinggal di istana Adipati Palembang, Raden Patah kemudian memilih untuk kembali ke Majapahit bersama saudaranya, Raden Kusen.
Sempat menolak tawaran untuk menggantikan Arya Damar sebagai Adipati Palembang, Raden Patah memutuskan untuk melarikan diri ke pulau Jawa bersama dengan Raden Kusen. Setibanya di Jawa, keduanya segera memutuskan untuk belajar dibawah bimbingan Sunan Ampel di Surabaya.
Setelah itu, Raden Kusen melayani di Majapahit. Sementara Raden Patah memutuskan untuk pindah ke Jawa Tengah dan mendirikan sebuah pesantren di daerah hutan Bintara yang dinamakan Pesantren Glagahwangi.
Seiring kemajuan pesantren dan agama Islam di sekitar Bintara, Raden Patah mengganti nama Glagahwangi menjadi Demak dengan ibu kota bernama Bintara.
Kemajuan Demak menimbulkan keprihatinan bagi Brawijaya alias Bhre Kertabhumi. Dia khawatir jika suatu saat Raden Patah mungkin akan merencanakan pemberontakan. Akibatnya, Raden Kusen yang pada saat itu sudah diangkat sebagai Adipati Terung, diinstruksikan untuk mengajak Raden Patah.
Raden Kusen pun menghadapinya di Majapahit. Brawijaya yang diidentifikasi sebagai Brawijaya V, merasa terkesan dengan tindakan yang dilakukan oleh pendiri Kesultanan Demak ini. Oleh karena itu, akhirnya ia bersedia mengakui Raden Patah sebagai putranya.
Menurut Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda, Raden Patah memiliki niat untuk menyerang Majapahit. Tujuannya adalah agar Majapahit menjadi kerajaan islam. Namun serangan ini dicegah oleh Sunan Ampel. Kemudian, sepeninggal Sunan Ampel, Raden Patah tetap menyerang Majapahit.
Kerajaan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah tumbuh dan berkembang pesat. Ia berhasil menaklukkan beberapa wilayah penting di Jawa, termasuk Majapahit yang pada masa itu sudah sangat lemah.
Setelah melahirkan Raden Patah, Siu Bun Ci selanjutnya menikah dengan Arya Damar dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Raden Kusen. Selama dua dekade ia tinggal di istana Adipati Palembang, Raden Patah kemudian memilih untuk kembali ke Majapahit bersama saudaranya, Raden Kusen.
Sempat menolak tawaran untuk menggantikan Arya Damar sebagai Adipati Palembang, Raden Patah memutuskan untuk melarikan diri ke pulau Jawa bersama dengan Raden Kusen. Setibanya di Jawa, keduanya segera memutuskan untuk belajar dibawah bimbingan Sunan Ampel di Surabaya.
Setelah itu, Raden Kusen melayani di Majapahit. Sementara Raden Patah memutuskan untuk pindah ke Jawa Tengah dan mendirikan sebuah pesantren di daerah hutan Bintara yang dinamakan Pesantren Glagahwangi.
Seiring kemajuan pesantren dan agama Islam di sekitar Bintara, Raden Patah mengganti nama Glagahwangi menjadi Demak dengan ibu kota bernama Bintara.
Kemajuan Demak menimbulkan keprihatinan bagi Brawijaya alias Bhre Kertabhumi. Dia khawatir jika suatu saat Raden Patah mungkin akan merencanakan pemberontakan. Akibatnya, Raden Kusen yang pada saat itu sudah diangkat sebagai Adipati Terung, diinstruksikan untuk mengajak Raden Patah.
Raden Kusen pun menghadapinya di Majapahit. Brawijaya yang diidentifikasi sebagai Brawijaya V, merasa terkesan dengan tindakan yang dilakukan oleh pendiri Kesultanan Demak ini. Oleh karena itu, akhirnya ia bersedia mengakui Raden Patah sebagai putranya.
Menurut Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda, Raden Patah memiliki niat untuk menyerang Majapahit. Tujuannya adalah agar Majapahit menjadi kerajaan islam. Namun serangan ini dicegah oleh Sunan Ampel. Kemudian, sepeninggal Sunan Ampel, Raden Patah tetap menyerang Majapahit.
Masa Kejayaan dan Peningkatan Kekuatan
Kerajaan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah tumbuh dan berkembang pesat. Ia berhasil menaklukkan beberapa wilayah penting di Jawa, termasuk Majapahit yang pada masa itu sudah sangat lemah.
tulis komentar anda