Sejarah Raden Patah, Pendiri Kesultanan Demak Abad ke-15

Sabtu, 12 Agustus 2023 - 20:10 WIB
loading...
Sejarah Raden Patah, Pendiri Kesultanan Demak Abad ke-15
Raden Patah berperan penting dalam penyebaran ajaran Islam di Demak. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Raden Patah merupakan sosok yang memiliki peran penting dalam perkembangan Kesultanan Demak di abad ke-15. Dia sangat berperan penting dalam penyebaran ajaran Islam di Demak kala itu.

Sebagai Raja pertama Kerajaan Demak, Raden Patah sudah membawa Kerajaan Demak ke masa kejayaannya.

Dilansir dari berbagai sumber, SINDOnews telah merangkum sejarah Raden Patah beserta masa kejayaannya sebagai berikut.

Sejarah Raden Patah


Raden Patah yang merupakan sosok berpengaruh di Kerajaan Islam di Indonesia memiliki jejak keturunan Tionghoa. Ibu Raden Patah berasal dari garis keturunan Tionghoa dan merupakan seorang putri dari Dinasti Ming yang dikenal sebagai Siu Ban Ci.

Lahir pada tahun 1455 di Palembang, Raden Patah adalah anak dari Brawijaya V, raja terakhir dari Kerajaan Majapahit.



Di awal abad ke-14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming mengirimkan seorang putri sebagai tanda keakraban kepada Raja Brawijaya V di Kerajaan Majapahit, dengan tujuan untuk memperkuat hubungan antara dua negara tersebut.

Siu Ban Ci cukup cantik dan cerdas sehingga menarik perhatian Raja Brawijaya V. Walaupun kehadirannya menciptakan kesulitan di istana karena Ratu Dwarawati, istri Raja, merasa iri hati.

Perasaan cemburu ini mendorong Raja Brawijaya V untuk mengusir sang putri dari istana. Dalam keadaan sedang mengandung, sang putri akhirnya dikirim kepada adipati Palembang, Arya Damar.

Setelah melahirkan Raden Patah, Siu Bun Ci selanjutnya menikah dengan Arya Damar dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Raden Kusen. Selama dua dekade ia tinggal di istana Adipati Palembang, Raden Patah kemudian memilih untuk kembali ke Majapahit bersama saudaranya, Raden Kusen.

Sempat menolak tawaran untuk menggantikan Arya Damar sebagai Adipati Palembang, Raden Patah memutuskan untuk melarikan diri ke pulau Jawa bersama dengan Raden Kusen. Setibanya di Jawa, keduanya segera memutuskan untuk belajar dibawah bimbingan Sunan Ampel di Surabaya.

Setelah itu, Raden Kusen melayani di Majapahit. Sementara Raden Patah memutuskan untuk pindah ke Jawa Tengah dan mendirikan sebuah pesantren di daerah hutan Bintara yang dinamakan Pesantren Glagahwangi.

Seiring kemajuan pesantren dan agama Islam di sekitar Bintara, Raden Patah mengganti nama Glagahwangi menjadi Demak dengan ibu kota bernama Bintara.

Kemajuan Demak menimbulkan keprihatinan bagi Brawijaya alias Bhre Kertabhumi. Dia khawatir jika suatu saat Raden Patah mungkin akan merencanakan pemberontakan. Akibatnya, Raden Kusen yang pada saat itu sudah diangkat sebagai Adipati Terung, diinstruksikan untuk mengajak Raden Patah.

Raden Kusen pun menghadapinya di Majapahit. Brawijaya yang diidentifikasi sebagai Brawijaya V, merasa terkesan dengan tindakan yang dilakukan oleh pendiri Kesultanan Demak ini. Oleh karena itu, akhirnya ia bersedia mengakui Raden Patah sebagai putranya.

Menurut Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda, Raden Patah memiliki niat untuk menyerang Majapahit. Tujuannya adalah agar Majapahit menjadi kerajaan islam. Namun serangan ini dicegah oleh Sunan Ampel. Kemudian, sepeninggal Sunan Ampel, Raden Patah tetap menyerang Majapahit.

Masa Kejayaan dan Peningkatan Kekuatan


Kerajaan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah tumbuh dan berkembang pesat. Ia berhasil menaklukkan beberapa wilayah penting di Jawa, termasuk Majapahit yang pada masa itu sudah sangat lemah.

Pada tahun 1478, Raden Patah berhasil merebut ibu kota Majapahit, Trowulan, dan mengakhiri keberadaan kerajaan tersebut. Ini merupakan titik penting dalam sejarah Indonesia karena mengakhiri dominasi Majapahit yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Selama masa pemerintahan Raden Patah di Kerajaan Demak, Masjid Demak dibangun dengan kontribusi aktif dari para Wali.

Selaku raja pendiri Kerajaan Demak, Raden Patah berhasil menaklukkan Kerajaan Majapahit dan memindahkan segala perlengkapan upacara dan pusaka kerajaan tersebut ke Demak.

Wafatnya Raden Patah


Raden Patah meninggal pada tahun 1518 setelah memerintah selama puluhan tahun. Meskipun fisiknya telah tiada, warisannya tetap hidup melalui dinasti Demak dan perkembangan Islam di Jawa.

Setelah kematiannya, putra Raden Patah bernama Pati Unus melanjutkan perjuangan ayahnya dalam memperluas wilayah dan pengaruh Kesultanan Demak. Pati Unus dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor.

Kesultanan Demak kemudian menjadi basis bagi penyebaran Islam lebih jauh di Indonesia. Dinasti Demak sendiri melahirkan sejumlah penguasa-penguasa berpengaruh. Warisannya juga masih terasa dalam bentuk budaya Jawa dan ajaran agama Islam yang menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini.

Kematian Raden Patah bukanlah akhir dari cerita, tetapi awal dari sebuah legenda yang masih terus berkembang hingga kini.

Jejaknya yang kuat dalam mengokohkan Islam di Jawa dan warisannya dalam membentuk karakter Nusantara menjadikannya salah satu tokoh yang tak terlupakan dalam sejarah Indonesia.

Itulah ulasan mengenai sejarah Raden Patah, semoga dapat menambah wawasan para pembaca.
(okt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1417 seconds (0.1#10.140)