Perang Paregreg Runtuhkan Kerajaan Majapahit Berdampak Meluasnya Ajaran Molimo Sekte Bhairawa Tantra
Selasa, 01 Agustus 2023 - 10:18 WIB
Kerajaan Majapahit usai meletusnya Perang Paregreg (1404-1406) terus mengalami kemunduran kehidupan sosial dan politik. Namun di tengah itu, sekte keyakinan yang dipengaruhi sinkretisasi Syiwa-Buddha justru meluas di masyarakat.
Salah satunya sekte Sakhta dan Bhairawa Tantra yang memiliki ajaran Yoga Tantra. Ajaran Yoga Tantra melahirkan falsafah Lingga Yoni yang disimbolkan sebagai alat kelamin laki-laki dan perempuan.
Bentuk dua kelamin yang ditafsirkan sebagai kesuburan atau penciptaan itu dimanifestasikan secara vulgar ke dalam arca atau prasasti. Jelang keruntuhan Kerajaan Majapahit, Yoga Tantra berkembang luas di kawasan pedalaman dan pesisir.
“Salah satu upacara Yoga Tantra yang lazim dilakukan masyarakat dewasa itu adalah upacara Pancamakara atau Ma lima (Molimo),” demikian dikutip dari buku Atlas Wali Songo (2016).
Berdasarkan catatan seorang muslim Cina yang mengikuti perjalanan ketujuh Cheng Ho ke Jawa (1431-1433 M) menyebut adanya tiga golongan penduduk di Jawa. Golongan pertama adalah penduduk Islam dari barat yang telah menjadi penduduk setempat.
Mereka memiliki tradisi berpakaian secara bersih dan pantas. Golongan kedua adalah orang-orang Cina yang kabur dari negerinya dan menetap di Jawa.
Sebagian besar dari mereka hijrah sebagai muslim. Mereka juga memperlihatkan cara berpakaian yang baik, termasuk makanan yang dikonsumsi.
Salah satunya sekte Sakhta dan Bhairawa Tantra yang memiliki ajaran Yoga Tantra. Ajaran Yoga Tantra melahirkan falsafah Lingga Yoni yang disimbolkan sebagai alat kelamin laki-laki dan perempuan.
Bentuk dua kelamin yang ditafsirkan sebagai kesuburan atau penciptaan itu dimanifestasikan secara vulgar ke dalam arca atau prasasti. Jelang keruntuhan Kerajaan Majapahit, Yoga Tantra berkembang luas di kawasan pedalaman dan pesisir.
“Salah satu upacara Yoga Tantra yang lazim dilakukan masyarakat dewasa itu adalah upacara Pancamakara atau Ma lima (Molimo),” demikian dikutip dari buku Atlas Wali Songo (2016).
Berdasarkan catatan seorang muslim Cina yang mengikuti perjalanan ketujuh Cheng Ho ke Jawa (1431-1433 M) menyebut adanya tiga golongan penduduk di Jawa. Golongan pertama adalah penduduk Islam dari barat yang telah menjadi penduduk setempat.
Mereka memiliki tradisi berpakaian secara bersih dan pantas. Golongan kedua adalah orang-orang Cina yang kabur dari negerinya dan menetap di Jawa.
Sebagian besar dari mereka hijrah sebagai muslim. Mereka juga memperlihatkan cara berpakaian yang baik, termasuk makanan yang dikonsumsi.
tulis komentar anda