Anak-anak Pengungsi Korban Banjir di Wajo Mulai Terserang Penyakit
Jum'at, 24 Juli 2020 - 15:15 WIB
WAJO - Dua pekan tinggal di tenda-tenda pengungsian, puluhan anak-anak korban banjir di Kabupaten Wajo, Sulsel, mulai terserang penyakit. Kondisi ini terjadi karena minimnya fasilitas yang didapatkan para pengungsi di lokasi pengungsian.
Salah seorang pengungsi di Wajo, Suhaini, mengatakan selama berada di tenda pengungsian Kecamatan Tempe, mereka hidup seadanya. Anak-anak kerap kedinginan saat tidur karena keterbatasan selimut.
"Kami mengungsi sudah hampir dua pekan. Anak saya dua orang sakit, karena kedinginan," kata Suhaini, Jumat (24/7/2020).
Dia mengatakan sudah ada bantuan dari pemerintah. Namun kebutuhan warga yang mengungsi sangat banyak, sehingga tidak mencukupi semuanya untuk keluarga dan anak-anaknya.
Menurut Suhaeni, dua orang anaknya mengalami sakit diare dan demam. Kondisi ini dialami sebagian besar anak-anak yang mengungsi, karena memang kondisi cuaca dan minimnya fasilitas untuk mereka.
Dia berharap, selain memperhatian kondisi para pengungsi, pemerintah daerah (pemda) dapat mencari solusi agar banjir segera surut dan tidak terulang kembali setiap musim hujan.
"Mudah-mudahan pemerintah bisa mencari solusi banjir ini. Sebab kami para pengungsi menderita sekali," ujarnya.
Kondisi banjir di Kabupaten Wajo dinilai semakin parah setiap tahunnya. Ketinggian muka air sudah ada yang hampir delapan meter dan merendam keseluruhan rumah warga.
Belum lama ini Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyerahkan bantuan tanggap darurat sebanyak Rp1,4 miliar dan sejumlah sembako untuk penanganan banjir di Kabupaten Wajo.
Salah seorang pengungsi di Wajo, Suhaini, mengatakan selama berada di tenda pengungsian Kecamatan Tempe, mereka hidup seadanya. Anak-anak kerap kedinginan saat tidur karena keterbatasan selimut.
"Kami mengungsi sudah hampir dua pekan. Anak saya dua orang sakit, karena kedinginan," kata Suhaini, Jumat (24/7/2020).
Dia mengatakan sudah ada bantuan dari pemerintah. Namun kebutuhan warga yang mengungsi sangat banyak, sehingga tidak mencukupi semuanya untuk keluarga dan anak-anaknya.
Menurut Suhaeni, dua orang anaknya mengalami sakit diare dan demam. Kondisi ini dialami sebagian besar anak-anak yang mengungsi, karena memang kondisi cuaca dan minimnya fasilitas untuk mereka.
Dia berharap, selain memperhatian kondisi para pengungsi, pemerintah daerah (pemda) dapat mencari solusi agar banjir segera surut dan tidak terulang kembali setiap musim hujan.
"Mudah-mudahan pemerintah bisa mencari solusi banjir ini. Sebab kami para pengungsi menderita sekali," ujarnya.
Kondisi banjir di Kabupaten Wajo dinilai semakin parah setiap tahunnya. Ketinggian muka air sudah ada yang hampir delapan meter dan merendam keseluruhan rumah warga.
Belum lama ini Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyerahkan bantuan tanggap darurat sebanyak Rp1,4 miliar dan sejumlah sembako untuk penanganan banjir di Kabupaten Wajo.
(tri)
tulis komentar anda