Gus Miftah Inisiasi Dialog Kebangsaan dengan Pemuda Papua, Maluku dan NTT
Kamis, 23 Maret 2023 - 17:06 WIB
"Mari kita bersepakat untuk membangun kebersamaan demi Yogyakarta yang berhati nyaman", bahwa, "jangan menilai masyarakat Indonesia Timur yang tinggal di Yogyakarta itu sama semua dengan kelakuan oknum-oknum anak Timur yang tidak bertanggung jawab," tegasnya.
Suasana sejuk dan ceria berlangsung dan semakin indah ketika Gus Miftah memulai materinya dalam dialog kebangsaan ini.
"Para Abang-abang yang saya hormati dari Papua dan Ambon Maluku, "Berangkat ke kebon menanam semangka jangan lupa minum susu, wahai Saudaraku Ambon dan Papua izinkan aku mengucapkan I Love You,"ujar Gus Miftah mengawali dengan pantun jenaka dan mengundang gelak tawa.
Gus Miftah bercerita dalam rasa syukur bahwa beliau tinggal di wilayah mayoritas Katholik, beli tanah untuk Pondok Pesantren Ora Aji dari seorang pendeta, bahkan di lahirkan di tengah-tengah perbedan kemajemukan dan pluralisme.
Dia menuturkan sahabat-sahabatnya banyak dari kalangan pendeta, pastor dan pemuka agama yang berbeda. Cerita Gus Miftah mencairkan suasana bahwa tidak ada sekat persaudaraan dengan saudara Papua, Maluku dan NTT.
Paparan kemajemukan ke-Indonesiaan yang disampaikan membuka cakrawala perjuangan bersama untuk satu persepsi saling menghargai dan menghormati kebersamaan di tanah air Indonesia dan khususnya di Yogyakarta.
Lebih lanjut Gus Miftah menyampaikan dengan memahami Pancasila sebagai idiologi dengan baik dan benar menjadikan anak bangsa lebih memahami arti perbedaan. Selan itu meneguhkan ke Indonesiaan dengan baik dan benar walaupun berbeda secara bahasa, suku, golongan, dan agama.
Untuk alasan itulah Gus Miftah membuat gerakan yang dinamai “Gerakan Moderasi”: berbangsa dan beragama yang hepi, asyik dan menyenangkan.
Suasana tak terasa larut dalam materi mendalam namun penuh gelak tawa sukacita.
Dilanjut dengan sesi tanya jawab yang sangat menyenangkan dengan anak-anak mahasiswa dari Indonesia Timur bersama Gus Miftah selalu ada pemanis gurauan canda tawa yang menyegarkan di tengah diskusi tersebut.
Suasana sejuk dan ceria berlangsung dan semakin indah ketika Gus Miftah memulai materinya dalam dialog kebangsaan ini.
"Para Abang-abang yang saya hormati dari Papua dan Ambon Maluku, "Berangkat ke kebon menanam semangka jangan lupa minum susu, wahai Saudaraku Ambon dan Papua izinkan aku mengucapkan I Love You,"ujar Gus Miftah mengawali dengan pantun jenaka dan mengundang gelak tawa.
Gus Miftah bercerita dalam rasa syukur bahwa beliau tinggal di wilayah mayoritas Katholik, beli tanah untuk Pondok Pesantren Ora Aji dari seorang pendeta, bahkan di lahirkan di tengah-tengah perbedan kemajemukan dan pluralisme.
Dia menuturkan sahabat-sahabatnya banyak dari kalangan pendeta, pastor dan pemuka agama yang berbeda. Cerita Gus Miftah mencairkan suasana bahwa tidak ada sekat persaudaraan dengan saudara Papua, Maluku dan NTT.
Paparan kemajemukan ke-Indonesiaan yang disampaikan membuka cakrawala perjuangan bersama untuk satu persepsi saling menghargai dan menghormati kebersamaan di tanah air Indonesia dan khususnya di Yogyakarta.
Lebih lanjut Gus Miftah menyampaikan dengan memahami Pancasila sebagai idiologi dengan baik dan benar menjadikan anak bangsa lebih memahami arti perbedaan. Selan itu meneguhkan ke Indonesiaan dengan baik dan benar walaupun berbeda secara bahasa, suku, golongan, dan agama.
Untuk alasan itulah Gus Miftah membuat gerakan yang dinamai “Gerakan Moderasi”: berbangsa dan beragama yang hepi, asyik dan menyenangkan.
Suasana tak terasa larut dalam materi mendalam namun penuh gelak tawa sukacita.
Dilanjut dengan sesi tanya jawab yang sangat menyenangkan dengan anak-anak mahasiswa dari Indonesia Timur bersama Gus Miftah selalu ada pemanis gurauan canda tawa yang menyegarkan di tengah diskusi tersebut.
tulis komentar anda