Agar Jadi Warganet yang Bijak di Media Sosial, Perlu Pahami Hal Ini

Sabtu, 18 Maret 2023 - 22:17 WIB
Media sosial kini menjadi ruang berekspresi sebebas-bebasnya hampir tanpa batasan. Kendati demikian, kebebasan harus digunakan sebijak mungkin agar tidak merugikan pihak lain. Foto dok/Kemenkominfo
TANGERANG - Media sosial kini menjadi ruang berekspresi sebebas-bebasnya hampir tanpa batasan. Kendati demikian, kebebasan harus digunakan sebijak mungkin agar tidak merugikan pihak lain. Agar memberikan dampak positif, pemanfaatan kebebasan itu hendaknya didasari dengan pemahaman budaya digital.

Herman Purba, Tutor Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan mengatakan, budaya digital merupakan sebuah landasan berperilaku di dunia digital.

"Dampak yang muncul jika tidak berlandaskan pada pemahaman budaya digital yang baik, membuat warganet tidak mampu membedakan misinformasi, disinformasi, dan malinformasi," kata Herman pada diskusi literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk komunitas digital Kota Tangerang, Sabtu (18/3/2023).



"Selain itu, tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital. Tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi yang mengarah pada segregasi sosial (perpecahan/polarisasi) di ruang digital,” sambungnya.

Menurutnya, menjadi netizen yang bijak di media sosial berarti harus mampu menerapkan budaya digital yang efektif.Warganet, kata dia, memiliki hak untuk melakukan apa pun di media sosial.

Namun, agar memberikan dampak positif, pemanfaatan kebebasan itu hendaknya didasari dengan pemahaman budaya digital. ”Karena, selain mempermudah pekerjaan, pemahaman budaya digital juga akan mampu memperluas jaringan dan menciptakan inovasi,” jelasnya.

Lebih lanjut Herman menegaskan, salah satu yang merusak tatanan hidup masyarakat adalah penyebaran hoaks, baik yang berupa misinformasi, disinformasi maupun malinformasi.

"Sementara akibat ketidakmampuan membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital, pengguna digital akan sembarangan menyebarluaskan informasi," jelas Herman dalam diskusi luring (offline) bertajuk ”Menjadi Netizen yang Bijak di Media Sosial” itu.

Contohnya, sambung Herman, menyebarluaskan informasi tentang anaknya dalam bentuk foto dan video melalui media digital, khususnya media sosial.

Musisi sekaligus influencer Ana Livian mengatakan, rata-rata tiap hari waktu menggunakan media sosial masyarakat Indonesia kini mencapai lebih dari tiga jam. Karenanya, ia berpesan agar warganet memastikan keamanan gadget atau komputer yang digunakan.

Selain itu, sambung Ana, jaga data pribadi kita agar tetap aman, waspadai tautan/link yang tak dikenal, waspadai wifi pubik, hati-hati saat berbelanja online, jangan membuat dan menyebarkan hoaks, gunakan anti virus, dan install aplikasi resmi.

”Sebaiknya, gunakan password yang sulit ditebak dan aktifkan two factor authentication. Lalu, jadikan ruang digital sebagai ajang kreativitas tanpa melanggar undang-undang, dan terapkan etika di dunia digital,” urai Ana Livian.
(don)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content