Anak Belajar di Rumah, Konsentrasi Orang Tua Karier Terpecah
Jum'at, 17 Juli 2020 - 00:32 WIB
CIMAHI - Kebijakan belajar di rumah bagi siswa mulai awal tahun ajaran baru ini imbas dari COVID-19, membuat orang tua yang bekerja kelabakan.
Pasalnya mereka harus membagi konsentrasi antara mengerjakan pekerjaan kantor dengan tugas-tugas yang diberikan secara online dan harus dikerjakan anaknya. (BACA JUGA: Tahun Ajaran Baru dengan Suasana Baru )
Seperti diungkapkan Septi (32), staf perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik di Kota Bandung. Dia mengaku pekerjaan kantornya cukup terganggu karena harus membantu sang anak belajar di rumah. (BACA JUGA: Kembali Belajar Daring, Siswa dan Wali Murid Mengaku Kebingungan )
Ini dikarenakan tugas-tugas yang disampaikan secara online oleh guru disampaikan melalui WA grup orang tua. Akibatnya, saat bekerja di kantor harus sering-sering melihat WA grup sekolah.
"Saat anak saya belajar secara online di rumah, otomatis konsentrasi saya di kantor jadi terpecah. Di satu sisi harus menyelesaikan pekerjaan kantor, tapi juga harus menyampaikan tugas sekolah dan membimbing anak saya di rumah," kata Septi kepada SINDOnews, Kamis (16/7/2020).
Ibu dua anak ini mengaku itu menjadi konsekuensi karena dirinya dan sang suami bekerja, sehingga tidak bisa mendampingi anak-anak saat mengerjakan tugas sekolah secara online.
Dia pun mengakui selama belajar online di tahun ajaran baru ini atau pada akhir ajaran tahun lalu, cukup kesulitan untuk maksimal mendampingi putra-putrinya belajar di rumah.
"Sebagai orang tua yang bekerja, aktivitas belajar online seperti sekarang tidak ideal. Tapi karena COVID-19 ya mau gimana lagi," ujar Septi.
Hal senada disampaikan oleh Rohimat (42) yang bekerja sebagai staf distributor minuman. Selain konsentrasi pekerjaan yang harus dibagi dengan memperhatikan anaknya saat belajar online, dia pun harus mengeluarkan cost tambahan untuk biaya internet.
Sementara saat disinggung apakah dirinya setuju jika aktivitas sekolah dilakukan tatap muka, dia menyebutkan masih khawatir dengan penyebaran COVID-19 yang masih tinggi.
"Belajar online itu perlu akses internet makanya jadi nambah beli kuota dibanding kondisi normal. Jika normal biaya kuota hanya Rp200 ribu sebulan untuk saya dan istri, sekarang jadi nambah Rp100 ribu untuk anak belajar online," tutur Rohimat.
Pasalnya mereka harus membagi konsentrasi antara mengerjakan pekerjaan kantor dengan tugas-tugas yang diberikan secara online dan harus dikerjakan anaknya. (BACA JUGA: Tahun Ajaran Baru dengan Suasana Baru )
Seperti diungkapkan Septi (32), staf perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik di Kota Bandung. Dia mengaku pekerjaan kantornya cukup terganggu karena harus membantu sang anak belajar di rumah. (BACA JUGA: Kembali Belajar Daring, Siswa dan Wali Murid Mengaku Kebingungan )
Ini dikarenakan tugas-tugas yang disampaikan secara online oleh guru disampaikan melalui WA grup orang tua. Akibatnya, saat bekerja di kantor harus sering-sering melihat WA grup sekolah.
"Saat anak saya belajar secara online di rumah, otomatis konsentrasi saya di kantor jadi terpecah. Di satu sisi harus menyelesaikan pekerjaan kantor, tapi juga harus menyampaikan tugas sekolah dan membimbing anak saya di rumah," kata Septi kepada SINDOnews, Kamis (16/7/2020).
Ibu dua anak ini mengaku itu menjadi konsekuensi karena dirinya dan sang suami bekerja, sehingga tidak bisa mendampingi anak-anak saat mengerjakan tugas sekolah secara online.
Dia pun mengakui selama belajar online di tahun ajaran baru ini atau pada akhir ajaran tahun lalu, cukup kesulitan untuk maksimal mendampingi putra-putrinya belajar di rumah.
"Sebagai orang tua yang bekerja, aktivitas belajar online seperti sekarang tidak ideal. Tapi karena COVID-19 ya mau gimana lagi," ujar Septi.
Hal senada disampaikan oleh Rohimat (42) yang bekerja sebagai staf distributor minuman. Selain konsentrasi pekerjaan yang harus dibagi dengan memperhatikan anaknya saat belajar online, dia pun harus mengeluarkan cost tambahan untuk biaya internet.
Sementara saat disinggung apakah dirinya setuju jika aktivitas sekolah dilakukan tatap muka, dia menyebutkan masih khawatir dengan penyebaran COVID-19 yang masih tinggi.
"Belajar online itu perlu akses internet makanya jadi nambah beli kuota dibanding kondisi normal. Jika normal biaya kuota hanya Rp200 ribu sebulan untuk saya dan istri, sekarang jadi nambah Rp100 ribu untuk anak belajar online," tutur Rohimat.
(awd)
tulis komentar anda