ITS Selidiki Tawuran Mahasiswa
A
A
A
SURABAYA - Sukses menutup rapat tawuran mahasiswa antarfakultas yang terjadi pada Rabu (6/5) tidak lantas membuat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berdiam diri.
Sebaliknya, pihak rektorat yang dipimpin Prof Joni Hermana sebagai rektor baru membentuk Tim Penyelesaian Pelanggaran (TPP). Hingga kemarin, TPP terus memanggil mahasiswa lintas jurusan, terutama Fakultas Teknologi Kelautan; dan Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin, yang terlibat bentrok saat futsal antarfakultas berlangsung.
TPP berupaya mencari penyebab pasti tawuran, menyelesaikan sekaligus memberi sanksi bagi mahasiswa yang dinilai menjadi biang dalam kampus yang harusnya menjadi “rumah” kaum intelek itu. Pembentukan TPP disampaikan Rektor ITS Prof Joni Hermana, di sela-sela hari pertama pelaksanaan Marine Icon 2015 di Kalimas, area Monumen Kapal Selam (Monkasel) Surabaya, kemarin.
“Biasa (ribut) namanya anakanak, namanya keluarga. Sudah selesaikan itu, moga tak ada lagi,” kata Joni saat dikonfirmasi KORAN SINDO JATIM kemarin. Menurut dia, meski kerja TPP belum kelar, sanksi sudah pasti akan diberikan kepada mahasiswa yang terlibat perusakan kaca mobil di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).
Selain itu, sanksi akan dijatuhkan kepada mahasiswa yang membuat mahasiswa lain terluka hingga harus dilarikan ke rumah sakit. “Sanksi terhadap yang merusak sanksinya ganti. Mereka harus tanggung jawab, sekecil apa pun harus diberi catatan. Kita kampus intelektual muda. Saya yakin mereka bisa selesaikan masalah sendiri,” tandas alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Joni mengaku sudah menerima laporan singkat pemicu tawuran, yakni diawali saling ejek antardua kelompok. Bagi Joni, seharusnya hati mahasiswa boleh panas, tapi kepala harus tetap dingin. Joni menilai semua ini bagian demokrasi, proses pendewasaan mahasiswa di kampus. Meski demikian, dia tetap menyesalkan terjadinya tawuran.
Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Eko Budi Djatmiko menambahkan, TPP sejak dibentuk sesaat setelah kejadian, esok harinya langsung bekerja. “Nanti siang (kemarin) saya undang ketua BEM, Hima (Himpunan Mahasiswa) tingkat jurusan untuk bertemu,” kata Eko Budi.
Terkait keberadaan mahasiswa yang terluka, Eko Budi mengaku belum berpikiran membawa masalah ini ke kepolisian. Semua menunggu hasil kerja TPP. Sementara itu, dari penelusuran pada sejumlah mahasiswa, tawuran melibatkan mahasiswa Teknik Mesin dengan Teknologi Kelautan.
“Awalnya saling olok, saling hina kemudian terjadi tawuran. Ada yang melempar helm, ada yang memecahkan kaca mobil,” tutur salah seorang mahasiswa yang minta namanya tidak ditulis.
Soeprayitno
Sebaliknya, pihak rektorat yang dipimpin Prof Joni Hermana sebagai rektor baru membentuk Tim Penyelesaian Pelanggaran (TPP). Hingga kemarin, TPP terus memanggil mahasiswa lintas jurusan, terutama Fakultas Teknologi Kelautan; dan Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin, yang terlibat bentrok saat futsal antarfakultas berlangsung.
TPP berupaya mencari penyebab pasti tawuran, menyelesaikan sekaligus memberi sanksi bagi mahasiswa yang dinilai menjadi biang dalam kampus yang harusnya menjadi “rumah” kaum intelek itu. Pembentukan TPP disampaikan Rektor ITS Prof Joni Hermana, di sela-sela hari pertama pelaksanaan Marine Icon 2015 di Kalimas, area Monumen Kapal Selam (Monkasel) Surabaya, kemarin.
“Biasa (ribut) namanya anakanak, namanya keluarga. Sudah selesaikan itu, moga tak ada lagi,” kata Joni saat dikonfirmasi KORAN SINDO JATIM kemarin. Menurut dia, meski kerja TPP belum kelar, sanksi sudah pasti akan diberikan kepada mahasiswa yang terlibat perusakan kaca mobil di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).
Selain itu, sanksi akan dijatuhkan kepada mahasiswa yang membuat mahasiswa lain terluka hingga harus dilarikan ke rumah sakit. “Sanksi terhadap yang merusak sanksinya ganti. Mereka harus tanggung jawab, sekecil apa pun harus diberi catatan. Kita kampus intelektual muda. Saya yakin mereka bisa selesaikan masalah sendiri,” tandas alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Joni mengaku sudah menerima laporan singkat pemicu tawuran, yakni diawali saling ejek antardua kelompok. Bagi Joni, seharusnya hati mahasiswa boleh panas, tapi kepala harus tetap dingin. Joni menilai semua ini bagian demokrasi, proses pendewasaan mahasiswa di kampus. Meski demikian, dia tetap menyesalkan terjadinya tawuran.
Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Eko Budi Djatmiko menambahkan, TPP sejak dibentuk sesaat setelah kejadian, esok harinya langsung bekerja. “Nanti siang (kemarin) saya undang ketua BEM, Hima (Himpunan Mahasiswa) tingkat jurusan untuk bertemu,” kata Eko Budi.
Terkait keberadaan mahasiswa yang terluka, Eko Budi mengaku belum berpikiran membawa masalah ini ke kepolisian. Semua menunggu hasil kerja TPP. Sementara itu, dari penelusuran pada sejumlah mahasiswa, tawuran melibatkan mahasiswa Teknik Mesin dengan Teknologi Kelautan.
“Awalnya saling olok, saling hina kemudian terjadi tawuran. Ada yang melempar helm, ada yang memecahkan kaca mobil,” tutur salah seorang mahasiswa yang minta namanya tidak ditulis.
Soeprayitno
(ftr)