Robot Unair Tumbangkan ITS
A
A
A
SURABAYA - Universitas Airlangga (Unair) terus menambah panjang daftar prestasi yang diraih mahasiswanya. Setelah Paduan Suara Universitas Airlangga (PSUA) menyabet gelar juara di kancah internasional, mahasiswa Sekolah Vokasi Unair, yang setara D-1, D-2, dan D-3, tidak mau ketinggalan.
Mereka yang berasal dari Jurusan Otomasi Sistem Instrumentasi (OSI) pada 2 Mei lalu menjadi juara I lomba robot pada event Kontes Robot Indonesia (KRI) 2015 Regional IV. Event yang berakhir bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ini digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
”Alhamdulillah, kami dapat juara satu lomba robot berkaki,” tutur Muhammad Haris, salah seorang mahasiswa Vokasi Unair yang tergabung dalam Airlangga Strike Team Robotica and Instrumentation (Astrai), saat ditemui di kampus kemarin.
Robot Tim Astrai mampu memadamkan api yang berada dalam ruangan. Prestasi ini cukup membanggakan lantaran mampu menggeser gelar juara yang selama ini disabet mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) maupun PENS. ”Kami menang karena strategi. Robot dari ITS pergerakannya cepat. Namun, saat ada juri, robot ITS langsung padamkan api. Kalau robot kami tidak. Justru ketika tidak ada juri, robot padamkan api,” tuturnya.
Kerja selama beberapa bulan terbayar dengan gelar juara. ”Mulai Desember 2014, kami bikin hardware selama sebulan, dilanjut software empat bulan. Software lama karena merancang gerakan robot dalam memadamkan api,” tukasnya. Astrai juga membuat beberapa robot ala tokoh pewayangan. Ada Mega Tantra yang menyerupai tokoh Gatot Kaca, serta robot penari yang mampu menampilkan beberapa gerakan.
Selama pembuatan, Tim Astrai harus mengungsi di gedung Fakultas Pertanian. Tujuannya mencari tempat luas untuk menggelar arena robot. Untuk membuat robot berkaki itu, mahasiswa merogoh kocek hingga Rp25 juta. ”Kami persiapan mengikuti event di Yogyakarta, 11-14 Juni 2015. Pekerjaan rumah kita memperbaiki servo supaya pergerakan robot lebih cepat,” sebutnya.
Mahasiswa yang selama ini sukses membuat robot prihatin karena tidak ada satu pun perusahaan di Tanah Air yang memproduksi karya secara massal. ”Kecewa tidak ada perusahaan yang merespons karya mahasiswa. Pemerintah harus mendorong,” pungkasnya.
Prestasi ini diapresiasi Unair melalui Wakil Rektor II Prof M Nasih yang menjanjikan memberikan apresiasi. Prestasi ini diapresiasi pihak rektorat melalui Wakil Rektor II Prof M Nasih. ”Prestasi ini harus diapresiasi kampus (Unair). Terlebih, ini merupakan prestasi nasional untuk event Kontes Robot Indonesia,” kata Nasih.
Nasih yang membidangi keuangan akan memikirkan bagaimana apresiasi yang tepat bagi mahasiswa yang tergabung dalam Astrai. ”Harapannya, Tim Astrai ke depan bisa menjuarai kontes robot lagi, bukan saja nasional, tapi internasional,” sambung pria asal Gresik ini.
Nasih berharap Astrai bisa mengikuti kompetisi di Jepang yang menjadi basis robotika, termasuk di Eropa. ”Harapannya kelak bisa ikut lomba. Bukan saja di Jepang, melainkan juga Eropa yang menjadi pusat robot,” ucapnya.
Soeprayitno
Mereka yang berasal dari Jurusan Otomasi Sistem Instrumentasi (OSI) pada 2 Mei lalu menjadi juara I lomba robot pada event Kontes Robot Indonesia (KRI) 2015 Regional IV. Event yang berakhir bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ini digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
”Alhamdulillah, kami dapat juara satu lomba robot berkaki,” tutur Muhammad Haris, salah seorang mahasiswa Vokasi Unair yang tergabung dalam Airlangga Strike Team Robotica and Instrumentation (Astrai), saat ditemui di kampus kemarin.
Robot Tim Astrai mampu memadamkan api yang berada dalam ruangan. Prestasi ini cukup membanggakan lantaran mampu menggeser gelar juara yang selama ini disabet mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) maupun PENS. ”Kami menang karena strategi. Robot dari ITS pergerakannya cepat. Namun, saat ada juri, robot ITS langsung padamkan api. Kalau robot kami tidak. Justru ketika tidak ada juri, robot padamkan api,” tuturnya.
Kerja selama beberapa bulan terbayar dengan gelar juara. ”Mulai Desember 2014, kami bikin hardware selama sebulan, dilanjut software empat bulan. Software lama karena merancang gerakan robot dalam memadamkan api,” tukasnya. Astrai juga membuat beberapa robot ala tokoh pewayangan. Ada Mega Tantra yang menyerupai tokoh Gatot Kaca, serta robot penari yang mampu menampilkan beberapa gerakan.
Selama pembuatan, Tim Astrai harus mengungsi di gedung Fakultas Pertanian. Tujuannya mencari tempat luas untuk menggelar arena robot. Untuk membuat robot berkaki itu, mahasiswa merogoh kocek hingga Rp25 juta. ”Kami persiapan mengikuti event di Yogyakarta, 11-14 Juni 2015. Pekerjaan rumah kita memperbaiki servo supaya pergerakan robot lebih cepat,” sebutnya.
Mahasiswa yang selama ini sukses membuat robot prihatin karena tidak ada satu pun perusahaan di Tanah Air yang memproduksi karya secara massal. ”Kecewa tidak ada perusahaan yang merespons karya mahasiswa. Pemerintah harus mendorong,” pungkasnya.
Prestasi ini diapresiasi Unair melalui Wakil Rektor II Prof M Nasih yang menjanjikan memberikan apresiasi. Prestasi ini diapresiasi pihak rektorat melalui Wakil Rektor II Prof M Nasih. ”Prestasi ini harus diapresiasi kampus (Unair). Terlebih, ini merupakan prestasi nasional untuk event Kontes Robot Indonesia,” kata Nasih.
Nasih yang membidangi keuangan akan memikirkan bagaimana apresiasi yang tepat bagi mahasiswa yang tergabung dalam Astrai. ”Harapannya, Tim Astrai ke depan bisa menjuarai kontes robot lagi, bukan saja nasional, tapi internasional,” sambung pria asal Gresik ini.
Nasih berharap Astrai bisa mengikuti kompetisi di Jepang yang menjadi basis robotika, termasuk di Eropa. ”Harapannya kelak bisa ikut lomba. Bukan saja di Jepang, melainkan juga Eropa yang menjadi pusat robot,” ucapnya.
Soeprayitno
(ftr)