Zona Merah Surabaya Utara

Minggu, 03 Mei 2015 - 13:10 WIB
Zona Merah Surabaya...
Zona Merah Surabaya Utara
A A A
Wahyono baru saja senang dengan bisnis baru yang ditekuninya, jual baju bekas online. Bermodal uang sedikit, Wahyono bisa mencukupi uang operasionalnya selama sebulan dan masih bisa menyisikan uang untuk ditabung.

Biasanya pria asal Juanda itu bisa kulakan kemeja flanel tiga kali seminggu dan setiap kali kulakan bisa membawa 20 potong. Namun, itu tidak berlangsung lama sejak baju bekas dipersulit masuk Indonesia. Kini dalam seminggu, dia hanya kulak sekali. Kondisi semakin buruk semenjak Selasa (28/4) saat pasar baju bekas di kawasan Semut, yang tiap pagi biasa buka, dilarang berjualan.

Info yang beredar, pelarangan itu hingga Minggu (3/5). Sementara, di Pasar Gembong jenis flanel yang bagus juga tidak banyak dijual.Wahyono pun memutar otak untuk bisa mendapat flanel bagus. Dari usahanya itu, dia mendapat link, tempat kulak flanel yang bagus di kawasan Jatipurwo, Wonosari. Jumat (1/5) pagi, Wahyono meluncur dari Sidoarjo menuju kawasan Surabaya utara.

Dengan ancar-ancar kawasan Ampel, Wahono tanpa kesulitan tiba di kawasan Jalan Karangtembok. Namun, lokasi tepat Jatipurwo tidak diketahuinya. Dari pada sesat di jalan, Wahyono bertanya kepada sekelompok orang yang nongkrong di tepi jalan. ”Motor aku matikan, turun, lepas helm lalu tanya dengan sopan. Masiyo sudah begitu, ekspresi orang-orang itu sangat tegang,” tutur Wahyono kepada KORAN SINDO JATIMsaat bertemu di warung kopi pertigaan Jalan Gembong-Jalan Kapasari, Sabtu (2/5) siang.

Wahyono mengaku, meski demikian, petunjuk arah yang diberikan orangorang tersebut benar. Sesampai di Jatipurwo Gg V, dia bertanya lagi. Cara Wahyono bertanya juga sama dan cara berkomunikasi warga yang ditemuinya juga sama, terkesan sangat hati-hati dan penuh kewaspadaan. ”Gakada yang tersenyum. Yang satu menjelaskan, sebelahnya itu melihatku dari atas sampai bawah seperti menelisik,” kata Wahyono.

Meski terkesan tidak ramah, tapi petunjuk arah yang diberikan juga benar. Wahyono bisa menemukan rumah penjual flanel yang ditujunya. Kami yang mendengar kisah Wahyono hanya tersenyum. Didik, salah satu surveyor yang sudah terbiasa blusukan di kawasan Surabaya utara pun memiliki pengalaman serupa. ”Ya memang seperti itu karakternya. Aku wis tuwuk ngadepiorang-orang seperti itu.

Mereka memang waspada. Yasepuraneya, karena wilayah itu sering terjadi penggerebekan (pelaku kejahatan),” kata alumnus Sosiologi FISIP Unair ini. Pengalaman serupa dialami Kadirman, karyawan CV Barokah, sebuah perusahaan penerbitan buku di kawasan Jalan Wonosori. ”Ya memang seperti karakter masyarakatnya,” ujar pria alumnus Universitas Wijaya Kusuma ini.

Menurut dia, setiap hari memang masuk kantor, tetapi tidak pernah keluar walau hanya untuk ke warung. ”Lha saat itu aku pergi ke (warung kopi) giras. Semua yang ada di situ langsung ndelokiaku terus,” ujarnya. Bahkan, kata Kadirman, terlihat ada yang kasak-kusuk membicarakannya. Tentu saja kondisi tersebut membuat Kadirman merasa kurang nyaman dan kikuk.

Tidak lama kemudian, Kadirman segera kembali ke tempat kerjanya. Saat melewati kaca, Kadirman baru sadar dengan potongan cepaknya. ”Aku baru sadar, ternyata potonganku koyoangkatan,” ucapnya sambil terkekeh. Terkait kawasan ”merah” itu, Kompol Arbaridi Jumhur dari Tim Cobra Jatanras Direktorat Reskrim Umum Polda Jatim mengakuinya.

”Kawasan itu memang rawan,” kata Jumhur. Dia menerangkan, untuk menangkap tersangka pelaku kejahatan akan menjadi sangat sulit jika sudah masuk ke wilayah Surabaya utara. ”Butuh strategi dan keberanian khusus untuk melakukan penangkapan di wilayah itu. Kalau memungkinkan, lebih baik target (yang akan ditangkap) kita pancing atau tunggu saat keluar dari wilayah tersebut,” katanya.

Pengaruh Tingkat Pendidikan

Berdasar penelitian di Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik Erna Setijaningrum dari Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP Unair, permukiman kaum urban di Surabaya utara terdapat di 10 kelurahan, yaitu kelurahan Ujung, Bulak Banteng, Wonokusumo, Sidotopo Wetan, Tanah Kali Kedinding, Bulak, Dupak, Bongkaran, Sukolilo, dan Moro Krembangan.

Dari kesepuluh wilayah kelurahan tersebut, penduduk urban yang paling banyak berada di Kelurahan Bongkaran dengan jumlah urban sekitar 2.970 KK, yang kemudian diikuti Kelurahan Wonokusumo (2.736 KK), Ujung (970 KK), Moro Krembangan (890 KK), Sidotopo Wetan (666 KK), Bulak Banteng (662 KK), Tanah Kali Kedinding (627 KK), Bulak (300 KK), Dupak (565 KK), dan Kelurahan Sukolilo (155 KK).

Kaum urban yang ada di Surabaya utara hidup berkelompok membentuk suatu komunitas yang khas. Mereka menempati rumahrumah yang padat penduduk di gang-gang kecil dengan sanitasi yang buruk. Hal ini kemudian menciptakan lingkungan kumuh yang sebenarnya tidak layak ditempati. Kaum urban ini sudah bermukim di Surabaya secara turun-temurun selama puluhan tahun.

Sebagian besar kaum urban bekerja di sektor informal seperti buruh, kuli, tukang becak, PKL, serabutan, pemulung, dan pengepul barang bekas. Penghasilan mereka belum dapat digunakan untuk hidup secara layak karena hanya cukup untuk menutupi keperluan sehari-hari.

Berdasarkan data yang diperoleh dari masingmasing RW/RT setempat, total para urban yang tinggal di Surabaya utara sekitar 10.541 KK, yang pada kenyataannya angka ini saat ini pasti jauh lebih besar lagi. Dalam teori ketergantungan, masyarakat miskin kota tersebut dilihat sebagai pendatang miskin yang tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai, sehingga mereka tidak dapat ambil bagian dalam sektor formal.

Satu-satunya kemungkinan bagi mereka adalah bekerja di sektor informal, seperti penjaja makanan, pedagang kecil, pemulung sampah yang tidak membutuhkan keterampilan khusus. Secara budaya, mereka juga memiliki ciri-ciri yang sama dengan golongan lain seperti ingin hidup lebih baik, kerja keras, menyekolahkan anakanaknya.

Di mata golongan yang berkuasa, mereka dipandang rendah, sumber malapetaka kota seperti kejahatan, pelacuran, dan kekotoran. (Sudjatmoko 2003). Jadi, selain hanya membangun taman, masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan Wali Kota Surabaya terpilih nanti.

Zaki zubaidi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1764 seconds (0.1#10.140)