Banjir Lumpuhkan Pantura
A
A
A
PASURUAN - Curah hujan tinggi yang mengguyur kawasan selatan Pasuruan sejak Kamis (30/4) malam, mengakibatkan banjir di bagian hilir daerah aliran sungai (DAS) Welang dan Kedung Larangan.
Sebanyak lima kecamatan di Kabupaten Pasuruan dan satu kecamatan di Kota Pasuruan, terendam banjir dengan ketinggian mencapai 1,5 meter. Kelima kecamatan yang terendam, yakni Kraton, Pohjentrek, Bangil, Beji, dan Grati.
Sementara di Kota Pasuruan, banjir menggenangi Kecamatan Gadingrejo. Banjir ini mengulang kejadian serupa pada Februari lalu. Selain merendam sedikitnya 4.890 rumah warga, banjir juga menggenangi jalur pantura yang menghubungkan Surabaya– Probolinggo. Ribuan kendaraan dari kedua arah, terjebak kemacetan selama sepuluh jam, mulai pukul 01.00–11.00 WIB.
Untuk menghindari kemacetan, petugas kepolisian mengalihkan jalur pantura memutar melalui jalur Pohjentrek–Purwosari– Pandaan–Gempol. Sementara pengemudi truk yang telanjur terjebak banjir, memilih memarkirkan kendaraannya di ujung genangan banjir, sehingga mengular sejauh tiga kilometer (km) di sekitar kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara Raci, Kabupaten Pasuruan.
Menurut Anam, warga Gadingrejo, banjir kiriman ini mulai mengalir dan merendam permukiman warga pada Kamis (30/4) tengah malam. Beberapa jam kemudian, genangan banjir mulai merambat dan merendam jalur pantura. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, petugas menutup jalur pantura, dan mengalihkan arus lalu lintas melalui jalur selatan Pasuruan.
“Genangan banjir bergerak cepat merendam perkampungan. Warga segera mengungsi mencari tempat yang lebih aman. Sementara sebagian warga lain bertahan di rumah untuk mengamankan harta bendanya,” tutur Anam, kemarin. Meski jalur pantura tergenang hingga menyentuh ketinggian 100 cm, sejumlah pengendara masih nekat melintasinya. Pengendara sepeda motor memanfaatkan jasa becak dan gerobak untuk mengangkut kendaraannya melintasi genangan banjir.
Mereka rela membayar ongkos angkut sebesar Rp10.000 demi menghindari risiko kendaraannya harus mogok kemasukan air. Setelah sepuluh jam tergenang, jalur pantura akhirnya bisa dilalui kendaraan besar sekitar pukul 11.15 WIB.
Namun, karena masih terjadi genangan, petugas kepolisian memberlakukan contra flow untuk mengurai kemacetan panjang. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana, mengatakan, telah menurunkan perahu karet untuk mengevakuasi korban banjir menuju posko penampungan. BPBD juga telah membuka dapur umum dan memberikan bantuan logistik berupa nasi bungkus kepada korban banjir.
Namun, Bakti tetap mengingatkan warga yang berada di kawasan rawan bencana agar tetap waspada, mengingat curah hujan yang tinggi meski musim hujan bakal segera berakhir. BNPD mengimbau agar warga segera melapor pada petugas jika mengetahui tanda-tanda terjadi bencana alam.
Arie yoenianto
Sebanyak lima kecamatan di Kabupaten Pasuruan dan satu kecamatan di Kota Pasuruan, terendam banjir dengan ketinggian mencapai 1,5 meter. Kelima kecamatan yang terendam, yakni Kraton, Pohjentrek, Bangil, Beji, dan Grati.
Sementara di Kota Pasuruan, banjir menggenangi Kecamatan Gadingrejo. Banjir ini mengulang kejadian serupa pada Februari lalu. Selain merendam sedikitnya 4.890 rumah warga, banjir juga menggenangi jalur pantura yang menghubungkan Surabaya– Probolinggo. Ribuan kendaraan dari kedua arah, terjebak kemacetan selama sepuluh jam, mulai pukul 01.00–11.00 WIB.
Untuk menghindari kemacetan, petugas kepolisian mengalihkan jalur pantura memutar melalui jalur Pohjentrek–Purwosari– Pandaan–Gempol. Sementara pengemudi truk yang telanjur terjebak banjir, memilih memarkirkan kendaraannya di ujung genangan banjir, sehingga mengular sejauh tiga kilometer (km) di sekitar kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara Raci, Kabupaten Pasuruan.
Menurut Anam, warga Gadingrejo, banjir kiriman ini mulai mengalir dan merendam permukiman warga pada Kamis (30/4) tengah malam. Beberapa jam kemudian, genangan banjir mulai merambat dan merendam jalur pantura. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, petugas menutup jalur pantura, dan mengalihkan arus lalu lintas melalui jalur selatan Pasuruan.
“Genangan banjir bergerak cepat merendam perkampungan. Warga segera mengungsi mencari tempat yang lebih aman. Sementara sebagian warga lain bertahan di rumah untuk mengamankan harta bendanya,” tutur Anam, kemarin. Meski jalur pantura tergenang hingga menyentuh ketinggian 100 cm, sejumlah pengendara masih nekat melintasinya. Pengendara sepeda motor memanfaatkan jasa becak dan gerobak untuk mengangkut kendaraannya melintasi genangan banjir.
Mereka rela membayar ongkos angkut sebesar Rp10.000 demi menghindari risiko kendaraannya harus mogok kemasukan air. Setelah sepuluh jam tergenang, jalur pantura akhirnya bisa dilalui kendaraan besar sekitar pukul 11.15 WIB.
Namun, karena masih terjadi genangan, petugas kepolisian memberlakukan contra flow untuk mengurai kemacetan panjang. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana, mengatakan, telah menurunkan perahu karet untuk mengevakuasi korban banjir menuju posko penampungan. BPBD juga telah membuka dapur umum dan memberikan bantuan logistik berupa nasi bungkus kepada korban banjir.
Namun, Bakti tetap mengingatkan warga yang berada di kawasan rawan bencana agar tetap waspada, mengingat curah hujan yang tinggi meski musim hujan bakal segera berakhir. BNPD mengimbau agar warga segera melapor pada petugas jika mengetahui tanda-tanda terjadi bencana alam.
Arie yoenianto
(ars)