Gedung Madrasah Ambruk
A
A
A
MOJOKERTO - Sejumlah siswa Madrasah Aliyah (MA) Miftahul Ulum, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, tidak bisa lagi nyaman dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar (KBM).
Kondisi ini terjadi setelah dua ruang kelas mereka ambruk diterpa angin.Sudah dua pekan lebih siswa kelas X dan XI harus mengungsi di ruang kelas lain untuk KBM. Dua ruangan kelas mereka tidak lagi bisa difungsikan pascaambruk Minggu (13/4) lalu.
Bangunan hasil bantuan program blockgrant dari Kementerian Agama (Kemenag) pusat tahun 2011 itu mengalami rusak parah. Bagian atap dengan rangka galvalum itu ambruk hampir 80%. Kerusakan ini juga memorak-porandakan seisi kelas. Sejak ambruknya dua ruangan akibat hujan deras dan terpaan angin kencang itu, siswa juga tidak berani mengevakuasi meja dan bangku belajar dan peralatan KBM lainnya di ruangan itu. Kondisi atap masih rawan ambruk susulan.
Siswa khawatir jika dua bangunan yang terpisah dari ruangan kelas lain itu kembali ambruk dan menelan korban. Kepala MA Miftahul Ulum Nurachmad mengatakan, peristiwa ambruknya dua ruangan kelas itu terjadi tepat pada Minggu malam. Beruntung, insiden itu terjadi saat siswa tidak menggunakannya untuk KBM. ”Malam itu hujan deras dan angin kencang. Masih beruntung terjadinya malam hari sehingga tidak memakan korban,” ucap Nurachmad kemarin. Dia mengatakan, sejak insiden ini, KBM untuk kelas X dan XI terpaksa diungsikan di ruangan milik kelas XII. Siswa di dua kelas itu terpaksa secara bergantian menggunakannya untuk belajar.
”Ada satu kelas yang nganggur karena untuk kelas XII sudah ujian. Otomatis kelasnya kurang. Apalagi kalau ada siswa baru nanti,” ujarnya dan menyebut dua lokal bangunan yang ambruk ini dibangun empat tahun silam dengan anggaran Rp198 juta melalui proyek swakelola. Sedianya dua ruang kelas yang ambruk itu akan dimanfaatkan sekolah untuk menyelenggarakan ujian nasional (UN) kesetaraan paket C beberapa PKBM di wilayah Kecamatan Dawarblandong. Dengan kondisi demikian, rencana itu gagal.
”Yang utuh tinggal dinding dan lantainya. Plafonnya ikut jebol tertimpa kerangka galvalum,” ungkap dia sambil mengatakan bahwa ambruknya dua ruangan kelas itu juga dipicu kontur tanah yang labil. Kejadian ini, lanjut Nurachmad, sudah dilaporkan ke Kemenag Kabupaten Mojokerto. Dia berharap segera ada perbaikan, meski sejauh ini pihak sekolah masih bisa mengatasi KBM total 75 siswa di sekolahnya. ”Untuk kelas X berjumlah 28 siswa, sementara kelas XI ada 32 siswa.
Terpaksa memanfaatkan satu kelas yang masih ada,” tandasnya. Kejadian bangunan sekolah baru yang ambruk rata-rata menggunakan kerangka galvalum. Insiden seperti ini tidak hanya karena kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Lebih dari itu, kejadian seperti ini karena pengerjaan konstruksi yang tidak sesuai spesifikasi, seperti ketebalan galvalum yang harus digunakan.Di Kabupaten Mojokerto banyak bangunan untuk sekolah dasar (SD) yang mengalami kerusakan parah.
Dari total 386 lembaga, 129 sekolah di antaranya mengalami kerusakan. Dari angka itu, sebanyak 15 sekolah dalam kategori rusak berat, 67 rusak sedang dan 47 sekolah rusak ringan. Perbaikan secara masif untuk sekolah rusak ini juga belum tampak dilakukan. Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Mojokerto Yoko Priono mengatakan, tahun ini pihaknya mulai memberikan standar bangunan untuk rehab maupun pembangunan gedung sekolah baru. Standar itu salah satunya tidak menggunakan kayu untuk kusen pintu dan jendela serta galvalum untuk rangka atap.
”Untuk kusen pintu dan jendela, harus memakai galvanis tebal agar tak cepat rusak. Sementara rangka atap menggunakan rangka baja, bukan galvalum,” kata Yoko dan menyebut standar itu diminta Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa.
Tritus julan
Kondisi ini terjadi setelah dua ruang kelas mereka ambruk diterpa angin.Sudah dua pekan lebih siswa kelas X dan XI harus mengungsi di ruang kelas lain untuk KBM. Dua ruangan kelas mereka tidak lagi bisa difungsikan pascaambruk Minggu (13/4) lalu.
Bangunan hasil bantuan program blockgrant dari Kementerian Agama (Kemenag) pusat tahun 2011 itu mengalami rusak parah. Bagian atap dengan rangka galvalum itu ambruk hampir 80%. Kerusakan ini juga memorak-porandakan seisi kelas. Sejak ambruknya dua ruangan akibat hujan deras dan terpaan angin kencang itu, siswa juga tidak berani mengevakuasi meja dan bangku belajar dan peralatan KBM lainnya di ruangan itu. Kondisi atap masih rawan ambruk susulan.
Siswa khawatir jika dua bangunan yang terpisah dari ruangan kelas lain itu kembali ambruk dan menelan korban. Kepala MA Miftahul Ulum Nurachmad mengatakan, peristiwa ambruknya dua ruangan kelas itu terjadi tepat pada Minggu malam. Beruntung, insiden itu terjadi saat siswa tidak menggunakannya untuk KBM. ”Malam itu hujan deras dan angin kencang. Masih beruntung terjadinya malam hari sehingga tidak memakan korban,” ucap Nurachmad kemarin. Dia mengatakan, sejak insiden ini, KBM untuk kelas X dan XI terpaksa diungsikan di ruangan milik kelas XII. Siswa di dua kelas itu terpaksa secara bergantian menggunakannya untuk belajar.
”Ada satu kelas yang nganggur karena untuk kelas XII sudah ujian. Otomatis kelasnya kurang. Apalagi kalau ada siswa baru nanti,” ujarnya dan menyebut dua lokal bangunan yang ambruk ini dibangun empat tahun silam dengan anggaran Rp198 juta melalui proyek swakelola. Sedianya dua ruang kelas yang ambruk itu akan dimanfaatkan sekolah untuk menyelenggarakan ujian nasional (UN) kesetaraan paket C beberapa PKBM di wilayah Kecamatan Dawarblandong. Dengan kondisi demikian, rencana itu gagal.
”Yang utuh tinggal dinding dan lantainya. Plafonnya ikut jebol tertimpa kerangka galvalum,” ungkap dia sambil mengatakan bahwa ambruknya dua ruangan kelas itu juga dipicu kontur tanah yang labil. Kejadian ini, lanjut Nurachmad, sudah dilaporkan ke Kemenag Kabupaten Mojokerto. Dia berharap segera ada perbaikan, meski sejauh ini pihak sekolah masih bisa mengatasi KBM total 75 siswa di sekolahnya. ”Untuk kelas X berjumlah 28 siswa, sementara kelas XI ada 32 siswa.
Terpaksa memanfaatkan satu kelas yang masih ada,” tandasnya. Kejadian bangunan sekolah baru yang ambruk rata-rata menggunakan kerangka galvalum. Insiden seperti ini tidak hanya karena kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Lebih dari itu, kejadian seperti ini karena pengerjaan konstruksi yang tidak sesuai spesifikasi, seperti ketebalan galvalum yang harus digunakan.Di Kabupaten Mojokerto banyak bangunan untuk sekolah dasar (SD) yang mengalami kerusakan parah.
Dari total 386 lembaga, 129 sekolah di antaranya mengalami kerusakan. Dari angka itu, sebanyak 15 sekolah dalam kategori rusak berat, 67 rusak sedang dan 47 sekolah rusak ringan. Perbaikan secara masif untuk sekolah rusak ini juga belum tampak dilakukan. Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Mojokerto Yoko Priono mengatakan, tahun ini pihaknya mulai memberikan standar bangunan untuk rehab maupun pembangunan gedung sekolah baru. Standar itu salah satunya tidak menggunakan kayu untuk kusen pintu dan jendela serta galvalum untuk rangka atap.
”Untuk kusen pintu dan jendela, harus memakai galvanis tebal agar tak cepat rusak. Sementara rangka atap menggunakan rangka baja, bukan galvalum,” kata Yoko dan menyebut standar itu diminta Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa.
Tritus julan
(ars)