Sampah Penuhi Pantai di Pesisir Bantul
A
A
A
BANTUL - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bantul kewalahan mengatasi permasalahan sampah dipantai yang timbul akibat banjir akhir pekan lalu.
Minimnya peralatan angkut serta ketergantungannya dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) menjadi penyebab Disbudpar kewalahan mengatasi sampah. Kepala Disbudpar Bantul Bam bang Legowo mengakui, akibat hujan dan banjir yang melanda kawasan DIY pada umumnya, sampah-sampah kiriman memenuhi kawasan pantai. Hampir sepanjang pantai di Bantul dipenuhi dengan sampah.
Sehingga petugas kebersihan yang berjumlah 39 orang dari Disbudpar harus bekerja ekstra keras untuk membersihkannya. “Setiap musim hujan dan banyak pengunjung, sampah memang menjadi persoalan tersendiri,” ujar Bambang, kemarin. Bambang mengatakan, saat ini pihaknya sangat bergantung pada DPU Bantul yang bertugas mengangkut sampah-sampah tersebut.
Sehingga untuk segera menghilangkan sampah dari ka wasan obyek wisata menuju ketempat pembuangan akhir harus menunggu jadwal dari DPU Bantul. Tak hanya itu, sering kali armada-armada tersebut merasa kesulitan untuk mengakses sampah-sampah tersebut karena kemacetan sering melanda jalan-jalan menuju keobjek wisata, terutama dikawasan Pantai Parangtritis dan Depok.
Sering kali sampahsampah tersebut akhirnya menumpuk tinggi di beberapa tempat penampungan sementara di Pa rangtritis. “Sering kali truk sampah itu keluar masuknya sangat susah. Jalannya sempit dan kalau pas kunjungan banyak, macetnya ti dak kepalang,” papar Bambang. Untuk itu, tahun ini pihaknya berencana akan melakukan pengadaan truk sampah sebanyak satu unit.
Dengan adanya truk sampah dari Disbudpar Ban tul dapat dengan leluasa me ngangkut sampah dari obyek wisata tersebut. Terkait dengan personel, pihaknya mengaku sudah ada meskipun jumlahnya belum memadai. Susanto, salah satu warga Parangtritis mengakui banyak wisatawan yang mengeluhkan sampah menumpuk di penampungan.
Sebagai warga asli Parangtritis, Susanto juga merasa risih bahkan terkadang heran karena selama ini di kawasan tersebut sudah ada petugas kebersihan yang statusnya sudah pegawai negeri sipil (PNS). “Itu sudah ada pegawainya kok bisa sampah tidak tertangani,”ujar pria yang bekerja di sebuah bank ini.
Erfanto linangkung
Minimnya peralatan angkut serta ketergantungannya dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) menjadi penyebab Disbudpar kewalahan mengatasi sampah. Kepala Disbudpar Bantul Bam bang Legowo mengakui, akibat hujan dan banjir yang melanda kawasan DIY pada umumnya, sampah-sampah kiriman memenuhi kawasan pantai. Hampir sepanjang pantai di Bantul dipenuhi dengan sampah.
Sehingga petugas kebersihan yang berjumlah 39 orang dari Disbudpar harus bekerja ekstra keras untuk membersihkannya. “Setiap musim hujan dan banyak pengunjung, sampah memang menjadi persoalan tersendiri,” ujar Bambang, kemarin. Bambang mengatakan, saat ini pihaknya sangat bergantung pada DPU Bantul yang bertugas mengangkut sampah-sampah tersebut.
Sehingga untuk segera menghilangkan sampah dari ka wasan obyek wisata menuju ketempat pembuangan akhir harus menunggu jadwal dari DPU Bantul. Tak hanya itu, sering kali armada-armada tersebut merasa kesulitan untuk mengakses sampah-sampah tersebut karena kemacetan sering melanda jalan-jalan menuju keobjek wisata, terutama dikawasan Pantai Parangtritis dan Depok.
Sering kali sampahsampah tersebut akhirnya menumpuk tinggi di beberapa tempat penampungan sementara di Pa rangtritis. “Sering kali truk sampah itu keluar masuknya sangat susah. Jalannya sempit dan kalau pas kunjungan banyak, macetnya ti dak kepalang,” papar Bambang. Untuk itu, tahun ini pihaknya berencana akan melakukan pengadaan truk sampah sebanyak satu unit.
Dengan adanya truk sampah dari Disbudpar Ban tul dapat dengan leluasa me ngangkut sampah dari obyek wisata tersebut. Terkait dengan personel, pihaknya mengaku sudah ada meskipun jumlahnya belum memadai. Susanto, salah satu warga Parangtritis mengakui banyak wisatawan yang mengeluhkan sampah menumpuk di penampungan.
Sebagai warga asli Parangtritis, Susanto juga merasa risih bahkan terkadang heran karena selama ini di kawasan tersebut sudah ada petugas kebersihan yang statusnya sudah pegawai negeri sipil (PNS). “Itu sudah ada pegawainya kok bisa sampah tidak tertangani,”ujar pria yang bekerja di sebuah bank ini.
Erfanto linangkung
(bbg)