Terowongan Stasiun Tobo Belum untuk Umum
A
A
A
BOJONEGORO - Pembangunan jalan terowongan bawah tanah (underpass ) Stasiun Tobo di Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, sudah rampung 100%.
Namun, terowongan itu belum difungsikan untuk masyarakat umum atau calon penumpang kereta api. Menurut Kepala Stasiun Tobo, Djoko Utomo, sebenarnya terowongan sudah bisa dilewati pengendara motor maupun pejalan kaki. Namun, dia belum berani membuka untuk umum lantaran terowongan itu masih dalam pengawasan dan garansi dari Satuan Kerja (Satker) PT Kereta Api Indonesia (KAI) selama dua tahun.
“Untuk saat ini yang diperbolehkan lewat hanya orang yang ada kepentingan dengan Stasiun Tobo,” ujarnya. Terowongan Stasiun Tobo sepanjang 30 meter dengan lebar 3,2 meter dan tinggi 4 meter itu selesai dibangun pada November 2014. Namun, me-nurut Djoko, hingga kini rencana mengaktifkan Stasiun Tobo untuk pemberhentian dan pemberangkatan penumpang masih sebatas wacana.
Sebab dari aspek bisnis hal itu belum memungkinkan karena animo masyarakat naik kereta dari Stasiun Tobo belum terlalu besar. “Selain itu, jarak antara Stasiun Tobo dan Stasiun Cepu terlalu dekat. Memberhentikan kereta api sebanyak dua kali pada jarak yang relatif dekat bisa merugikan,” ujarnya.
Stasiun Tobo merupakan berada di wilayah paling barat Bojonegoro. Stasiun ini dulu pernah menjadi tempat pemberhentian dan pemberangkatan penumpang kereta api di jalur utara Bojonegoro. Namun, sejak direhabilitasi dan proyek jalur rel ganda dilaksanakan, Stasiun Tobo ini beralih fungsi menjadi stasiun pengawas.
Setiap hari ada sekitar 58-60 kereta api barang dan penumpang yang melintas di jalur utara ini. Kereta api yang melintas di jalur utara ini bertambah banyak seiring dioperasikan jalur rel ganda. Kini setiap 15 menit sekali ada kereta api yang melintas kebanyakan merupakan kereta api yang mengangkut logistik.
Muhammad roqib
Namun, terowongan itu belum difungsikan untuk masyarakat umum atau calon penumpang kereta api. Menurut Kepala Stasiun Tobo, Djoko Utomo, sebenarnya terowongan sudah bisa dilewati pengendara motor maupun pejalan kaki. Namun, dia belum berani membuka untuk umum lantaran terowongan itu masih dalam pengawasan dan garansi dari Satuan Kerja (Satker) PT Kereta Api Indonesia (KAI) selama dua tahun.
“Untuk saat ini yang diperbolehkan lewat hanya orang yang ada kepentingan dengan Stasiun Tobo,” ujarnya. Terowongan Stasiun Tobo sepanjang 30 meter dengan lebar 3,2 meter dan tinggi 4 meter itu selesai dibangun pada November 2014. Namun, me-nurut Djoko, hingga kini rencana mengaktifkan Stasiun Tobo untuk pemberhentian dan pemberangkatan penumpang masih sebatas wacana.
Sebab dari aspek bisnis hal itu belum memungkinkan karena animo masyarakat naik kereta dari Stasiun Tobo belum terlalu besar. “Selain itu, jarak antara Stasiun Tobo dan Stasiun Cepu terlalu dekat. Memberhentikan kereta api sebanyak dua kali pada jarak yang relatif dekat bisa merugikan,” ujarnya.
Stasiun Tobo merupakan berada di wilayah paling barat Bojonegoro. Stasiun ini dulu pernah menjadi tempat pemberhentian dan pemberangkatan penumpang kereta api di jalur utara Bojonegoro. Namun, sejak direhabilitasi dan proyek jalur rel ganda dilaksanakan, Stasiun Tobo ini beralih fungsi menjadi stasiun pengawas.
Setiap hari ada sekitar 58-60 kereta api barang dan penumpang yang melintas di jalur utara ini. Kereta api yang melintas di jalur utara ini bertambah banyak seiring dioperasikan jalur rel ganda. Kini setiap 15 menit sekali ada kereta api yang melintas kebanyakan merupakan kereta api yang mengangkut logistik.
Muhammad roqib
(ars)