Kongres PSSI Berpotensi Rusuh

Sabtu, 18 April 2015 - 10:53 WIB
Kongres PSSI Berpotensi Rusuh
Kongres PSSI Berpotensi Rusuh
A A A
SURABAYA - Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 2015 di Hotel JW Marriott Surabaya hari ini berpotensi rusuh. Saking besarnya potensi chaos , rencana Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) untuk membuka kongres pun akhirnya batal.

Kepastian JK batal hadir di Surabaya diterima panitia KLB PSSI sekitar pukul 18.00 WIB tadi malam. Sesuai penjelasan dalam surat yang diterima, JK menyatakan secara bersamaan ada acara Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, Jawa Barat. Bukan hanya JK, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi juga memilih langsung kembali ke Jakarta, meski tadi malam sudah berada di Surabaya.

Imam rencananya mendampingi JK dalam pembukaan KLB. “Sudah ada pemberitahuan resmi, wapres tidak jadi datang,” ujar Ketua Panitia Lokal KLB PSSI 2015, Ali Affandi. Meski batal dibuka eapres, panitia memastikan KLB PSSI tetap dibuka sesuai agenda semula pukul 09.00 WIB. Ali juga menegaskan tidak ada perubahan agenda dalam KLB.

“Tidak ada perubahan agenda. Agenda utamanya pemilihan ketua PSSI. Kita berharap semuanya berjalan lancar sampai saat ini sudah sebagai besar peserta hadir di Surabaya, proses registrasinya masih berjalan,” ujarnya.

Ketua Pemilihan KLB PSSI, Dhimam Abror mengatakan, proses pemilihan ketua PSSI akan dilakukan dengan voting tertutup sesuai dengan electoral code dan statuta PSSI. “Peraih suara terbanyak di pemilihan ketua PSSI dan wakil ketua PSSI akan langsung terpilih sebagai ketua umum. Bisa jadi ada putaran kedua jika suaranya sama,” ujarnya.

Sementara pemilihan Exco PSSI berbeda hitungan karena menerapkan aturan 50 plus 1. “Ada 12 nama yang harus dipilih para voter. Bisa langsung kita ketahui besok hasilnya, siapa saja yang akan terpilih baik Exco, ketua umum PSSI, dan wakilnya,” ujarnya. Saat ini ada sembilan calon ketua umum PSSI periode 2015-2019 yang terdaftar, yaitu Achsanul Qosasi, Benhard Limbong, Subardi, La Nyalla Mattalitti, Muhammad Zein, Djohar Arifin, Sarman, Syarif Bastaman, dan Joko Driyono.

Gelagat panasnya lokasi KLB PSSI sudah dicium sejumlah pihak beberapa hari terakhir. Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengaku melihat tanda-tanda makin menguat saat terjadi insiden pemukulan terhadap Komisaris PT Persebaya Indonesia, Sales Ismail Mukadar, saat menjadi narasumber talk show salah satu televisi swasta di Graha Pena, Surabaya.

Karena itu, Neta melihat potensi rusuh cukup besar hingga memungkinkan terjadi bentrok massa. “Kami meminta Wakil Presiden Jusuf Kalla juga membatalkan kedatangannya sebab bisa mempermalukan kredibilitasnya,” ujar Neta melalui siaran pers. Pascainsiden pemukulan terhadap Saleh Mukadar, bonekmania, sebutan pendukung Persebaya, mengancam membalas pelakunya.

Selain melapor ke Polda Jatim, para Bonek juga mengancam bakal mengepung Hotel JW Marriott. Dengan situasi ini, Saleh mendukung agar lokasi kongres dipindahkan. “Kasihan orang-orang lain yang tidak ikut bersalah,” ucapnya.

Menurut Saleh, kondisi saat ini berbeda jauh dengan Kongres PSSI 2014 yang juga digelar di Kota Surabaya. Saat itu kongres berlangsung lancar meski Bonek juga melakukan demonstrasi. “Tapi di kongres besok (hari ini) pasti chaos . Kalau terjadi chaos , polisi harus bertanggung jawab,” ucapnya.

Sementara Polrestabes Surabaya menjamin KLB bakal berlangsung aman. Sebanyak 700 personel dikerahkan untuk mengamankan KLB PSSI tersebut. Mereka tersebar di sejumlah titik dan khusus di lokasi acara, yaitu Hotel JW Marriott ditempatkan 500 personel.

Kasubbag Humas Polrestabes Surabaya Kompol Widjanarko menyatakan, pola pengamanan menggunakan sistem berlapis tiga ring dan menyiagakan polisi berseragam lengkap serta berpakaian preman dari satuan reserse kriminal (satreksrim). Dia juga memastikan KLB PSSI menerima izin pelaksanaan KLB PSSI sejak 14 April 2015.

Serahkan Diri

Sementara kemarin, Nurdin Longgari, pelaku pemukulan terhadap Saleh Mukadar, menyerahkan diri ke Polda Jatim sekitar pukul 17.00 WIB. Nurdin mengakui memukul Saleh secara spontan lantaran emosi yang tak terkontrol.

Dia melihat Saleh menyebarkan provokasi yang membuat warga Surabaya tidak solid. “Saya ingin Surabaya ini kondusif, tidak terpecah,” katanya yang kemudian masuk ke ruang pemeriksaan dan menjalani pemeriksaan oleh penyidik.

Peristiwa pemukulan terhadap Saleh terjadi pada Kamis (16/4) malam. Saleh yang saat itu menjadi narasumber acara bertajuk Journalist Club mengambil tema dualisme klub Persebaya Surabaya. Bersama Saleh, ada pula mantan Ketua Umum Persebaya Arif Afandi, mantan pelatih Persebaya Fredy Mully, dan pengamat sepak bola Andy Slamet.

Saat acara sedang berlangsung dan disiarkan live melalui televisi, tiba-tiba masuk tiga orang berbadan kekar. Produser acara, Guntur Nara Persada mengatakan, orang-orang itu masuk dengan emosi dan sempat membanting vas bunga yang menjadi properti dalam acara itu. Beberapa orang yang memakai topi itu terus marahmarah di tengah acara tersebut dan salah satu di antara mereka melayangkan pukulan ke wajah Saleh Mukadar.

Sekelompok orang itu juga sempat akan memukul Arif Afandi namun batal. “Mereka memaksa supaya menghentikan acara,” kata Guntur. Orang tersebut sempat mengatakan bahwa dialog itu memecah belah orang Surabaya. Tidak lama setelah itu, mereka meninggalkan studio itu.

Akibat peristiwa itu, pembawa acara memutuskan untuk menutup diskusi yang disiarkan secara live meski durasi penayangannya masih ada. “Kami laporkan atas penyerangan dan aksi premanisme oknum tak dikenal terhadap salah satu narasumber dalam program journalist club SBO TV,” kata Guntur.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Surabaya mengecam keras penyerangan ke ruang talk show milik SBO TV ini. Ketua AJI Surabaya Prasto Wardoyo mengatakan kejadian itu menunjukkan betapa rentannya kemerdekaan pers di Indonesia.

Menurut dia, penyerangan terhadap SBO TV bisa terjadi kepada semua media massa. Bagi masyarakat, kata dia, penyerangan ini juga mengancam hak-hak masyarakat mendapatkan informasi. “Insiden ini membuka mata kita bahwa pers dalam ancaman kelompok anarkis,” katanya, kemarin.

Dia mengatakan, penyerbuan ini adalah bentuk dari perlawanan kelompok tertentu terhadap kebebasan pers dan melanggar UU Nomor 40/1999 tentang Pers. Seharusnya di era seperti sekarang ini, masyarakat terutama ormas bisa memahami fungsi dan peran pers. Ada mekanisme yang mengatur bila ada pihak-pihak merasa dirugikan.

“Pers bukan panggung segelintir orang untuk menyerang orang lain. Pers berfungsi sebagai kontrol sosial. Ketika kita melakukan fungsi itu, bukan ini (penyerbuan) jawaban bagi pers. Perselisihan pers diselesaikan melalui mekanisme pers juga,” katanya.

Rachmad tomy/ Lutfi yuhandi/ ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6342 seconds (0.1#10.140)