Lomba Menjahit Bendera dan Berkebaya Tradisional

Kamis, 16 April 2015 - 09:36 WIB
Lomba Menjahit Bendera dan Berkebaya Tradisional
Lomba Menjahit Bendera dan Berkebaya Tradisional
A A A
SURABAYA - Hari Kartini setiap 21 April ditandai dengan beragam peringatan. Ibu-ibu arisan yang tergabung dalam perkumpulan Hot Moms tak ketinggalan mengenang tokoh emansipasi perempuan ini.

Beraneka lomba mereka gelar. Ibu-ibu yang berasal dari perumahan Royal Residence ini pun tampil berkebaya, layaknya RA Kartini. Bertempat di sebuah restoran di kawasan Surabaya, ibuibu gaul ini mengadakan lomba menjahit bendera merah putih.

Salah satu anggota perkumpulan, Atik Fitrianti menjelaskan, hot momsadalah kumpulan arisan para ibu dari perumahan Royal Residence Surabaya. Tujuannya kumpul bareng menjalin keakraban satu dengan yang lainnya. Khusus pada April ini bertepatan Hari Kartini, pertemuan mereka diisi dengan beragam lomba.

“Kami biasa memperingati hari-hari tertentu salah satunya bulan April ini kami merayakan Kartinian. Karena itu, kami mengadakan lomba menjahit bendera. Selain itu, juga saling tukar buku satu sama lain supaya kami tidak hanya kumpul-kumpul saja, tetapi ada sesuatu yang didapat,” kata Atik kepada KORAN SINDO.

Ibu-ibu terlihat antusias dan lomba menjahit bendera tersebut tampak seru. Lomba ini dipilih karena yang menjahit bendera merah putih pada zaman dulu juga perempuan, yakni Fatmawati, istri Presiden Pertama RI Soekarno. Lomba ini sekaligus menunjukkan bahwa perempuan masa kini ternyata bisa menjahit.

Sebab perempuan pada zaman modern biasanya dianggap tidak bisa memasak ataupun menjahit karena lebih fokus pada dunia karier. Namun dengan ada lomba menjahit ini menunjukkan bahwa perempuan sosialita ini ternyata bisa. Keseruan tidak cukup sampai di itu. Para ibu arisan ini juga tampil dengan aneka busana kebaya. Jenis kebaya yang dikenakan pun harus kebaya tradisional agar nuansa klasiknya muncul.

Alhasil, aneka kebaya dari berbagai jenis dan model bermunculan. Misalnya, gaya kebaya kutu baru yang tren dengan belahan di bagian tengah. Kebaya kutu baru juga identik dengan sebutan kebaya Ibu Tien, istri Presiden Kedua RI Soeharto. Selain itu, kebaya Jawa khas Solo maupun Jawa Timuran juga dikenakan oleh beberapa anggota.

Anggota lainnya, Dewi Agung mengungkapkan, kumpul bareng rutin digelar untuk menambah keakraban satu sama lain. Selain itu, juga berbagi info mengenai hal-hal baru sehingga kaum ibu ini tetap gaul dengan berbagai perkembangan yang ada termasuk dunia fashion.

“Setiap kali kumpul kami sharing mengenai masalah bisnis atau sekadar punya rencana bisnis dan masih banyak lagi. Intinya, kami bisa shareberbagai hal. Kayak begini pun menjadi informasi baru bagi kami ternyata ada banyak kebaya tradisional yang warna-warnanya indah. Kalau dulu kan kebaya hanya itu-itu saja,” kata Dewi.

Mamik Wijayanti
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6456 seconds (0.1#10.140)