Berburu Batuk Akik di Sungai Leles Subang
A
A
A
SUBANG - Sungai Leles atau Cipanyairan, di perbatasan Desa Margahayu dengan Cidadap, Kecamatan Pagaden Barat, Subang, setiap harinya kian ramai diserbu para pencari bahan batu akik.
Pencarian batu yang berlangsung nyaris setiap hari di sungai yang terkenal angker karena berdekatan dengan pemakaman itu, dilakukan mereka sejak pagi hingga sore.
Selain warga sekitar, baik dewasa maupun anak-anak, para pemburu batu banyak berasal dari luar daerah Subang, seperti Indramayu, Cirebon, Bandung, Sumedang, bahkan Jakarta.
Kali ini, perburuan batu akik tidak hanya dilakukan di dasar sungai, melainkan meluas dan merambah ke tebing sungai yang diatasnya persis terdapat hamparan pesawahan.
Upaya pencarian bahkan sudah mulai dilakukan dengan cara menggali (mengeksplorasi) tebing dan dasar sungai disaat airnya sedang surut. Penggalian menggunakan alat sederhana, seperti cangkul, golok atau alat lainnya. Beberapa pencari juga membawa palu untuk memecah bebatuan.
"Kalau gak digali, susah dapat bahan batu yang bagus. Soalnya batu-batu yang ada di permukaan dasar sungai sudah habis oleh pencari lainnya," tutur Adang (40), pencari batu asal Kota Subang, Minggu (12/4/2015).
Pemburu batu lainnya, Sukma (35), warga Cirebon, mengaku tahu sungai ini sering dijadikan lokasi mencari bahan batu akik dari pemberitaan di media dan lewat rekannya. Dia memburu batu untuk kebutuhan koleksi pribadi.
"Batu-batu di sini bagus-bagus kualitasnya. Kebanyakan jenisnya fosil dan pancawarna, solar juga ada," ucapnya.
Sementara itu, akibat aktivitas perburuan batu yang meluas ini, sejumlah pemilik sawah di sepanjang aliran sungai mengeluhkan kerusakan. Pasalnya, penggalian tebing sungai untuk mencari batu mengakibatkan bantaran sungai kian terkikis, hingga merusak sebagian areal pesawahan.
"Lahan sawah kami jadi tergerus, longsor, gara-gara tebing sungainya digali oleh warga yang nyari batu. Kalau (penggalian batu) dibiarkan terus, areal sawah bisa habis, dan sungai ini bisa rusak," keluh Koyim (55), petani setempat.
Dia mengaku, sudah memperingatkan para pencari batu agar tidak melakukan penggalian di tebing yang di atasnya terhampar areal pesawahan. Bahkan, dirinya sempat memagar pematang sawah dengan bambu untuk menghalangi jalan masuk pemburu batu.
Tapi, hasilnya nihil. "Gak digubris, tetap saja banyak yang nyari batunya dengan menggali tebing sungai. Bosan negurnya," pungkasnya.
Pencarian batu yang berlangsung nyaris setiap hari di sungai yang terkenal angker karena berdekatan dengan pemakaman itu, dilakukan mereka sejak pagi hingga sore.
Selain warga sekitar, baik dewasa maupun anak-anak, para pemburu batu banyak berasal dari luar daerah Subang, seperti Indramayu, Cirebon, Bandung, Sumedang, bahkan Jakarta.
Kali ini, perburuan batu akik tidak hanya dilakukan di dasar sungai, melainkan meluas dan merambah ke tebing sungai yang diatasnya persis terdapat hamparan pesawahan.
Upaya pencarian bahkan sudah mulai dilakukan dengan cara menggali (mengeksplorasi) tebing dan dasar sungai disaat airnya sedang surut. Penggalian menggunakan alat sederhana, seperti cangkul, golok atau alat lainnya. Beberapa pencari juga membawa palu untuk memecah bebatuan.
"Kalau gak digali, susah dapat bahan batu yang bagus. Soalnya batu-batu yang ada di permukaan dasar sungai sudah habis oleh pencari lainnya," tutur Adang (40), pencari batu asal Kota Subang, Minggu (12/4/2015).
Pemburu batu lainnya, Sukma (35), warga Cirebon, mengaku tahu sungai ini sering dijadikan lokasi mencari bahan batu akik dari pemberitaan di media dan lewat rekannya. Dia memburu batu untuk kebutuhan koleksi pribadi.
"Batu-batu di sini bagus-bagus kualitasnya. Kebanyakan jenisnya fosil dan pancawarna, solar juga ada," ucapnya.
Sementara itu, akibat aktivitas perburuan batu yang meluas ini, sejumlah pemilik sawah di sepanjang aliran sungai mengeluhkan kerusakan. Pasalnya, penggalian tebing sungai untuk mencari batu mengakibatkan bantaran sungai kian terkikis, hingga merusak sebagian areal pesawahan.
"Lahan sawah kami jadi tergerus, longsor, gara-gara tebing sungainya digali oleh warga yang nyari batu. Kalau (penggalian batu) dibiarkan terus, areal sawah bisa habis, dan sungai ini bisa rusak," keluh Koyim (55), petani setempat.
Dia mengaku, sudah memperingatkan para pencari batu agar tidak melakukan penggalian di tebing yang di atasnya terhampar areal pesawahan. Bahkan, dirinya sempat memagar pematang sawah dengan bambu untuk menghalangi jalan masuk pemburu batu.
Tapi, hasilnya nihil. "Gak digubris, tetap saja banyak yang nyari batunya dengan menggali tebing sungai. Bosan negurnya," pungkasnya.
(san)