Diabetes Melitus Tak Harus Ditangani Dokter Spesial

Minggu, 12 April 2015 - 10:10 WIB
Diabetes Melitus Tak Harus Ditangani Dokter Spesial
Diabetes Melitus Tak Harus Ditangani Dokter Spesial
A A A
SURABAYA - Penderita diabetes melitus atau penyakit gula tidak harus ditangani dokter spesialis. Dokter umum di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) bisa menangani secara baik.

Demikian disampaikan sejumlah dokter ahli penyakit dalam yang konsen terhadap penanganan penyakit gula dalam seminar dan workshop Manajemen Komprehensif Diabetes Melitus dan Komplikasinya: Fokus pada Penggunaan Insulin, di Gedung Serbaguna, Rumah Sakit Angkatan Laut (Rumkital) Dr Ramelan, Surabaya, kemarin.

Kegiatan ini diikuti dokter di fasilitas kesehatan (faskes) TNI AL di Surabaya dan Sidoarjo dengan 100 peserta. Ketua Komite Medik Rumkital Dr Ramelan dr Herjunianto mengatakan, penderita diabetes melitus jika sakit (menderita penyakit lain) akan memiliki tingkat keparahan lebih tinggi dibanding orang lain yang tidak menderita diabetes melitus.

Penderita diabetes melitus 6%-12% akan menderita gangguan ginjal dibanding orang bukan diabet. Mereka yang punya diabetes melitus harus discrenning penyakit komplikasinya, yakni bisa jantung, ginjal dan lainnya. “Rata-rata pasien mengaku mendadak terkena diabetes melitus padahal sejak lima tahun sebelumnya sudah menderita, cuma tidak disadari,” sambungnya.

Herjunianto menceritakan, mertuanya yang terkena diabetes sejak usia 40 tahun dan baru meninggal pada usia 80 tahun karena sepuh. Panjangnya usia itu karena mertuanya sangat ketat mengontrol gula darah dan olahraga. “Untuk dokter yang bisa menangani pasien diabetes ada standar penanganan. Untuk menangani diabetes, dokter harus pada level 4. Jika diabetes disertai penyakit komplikasi gagal ginjal dan yang menangani adalah dokter level 3, pasien harus dirujuk,” ungkapnya.

Setelah ditangani, pengawasan lanjutan bisa diteruskan dokter di bawah level 4 atau dokter umum sekalipun, termasuk pemberian insulin. “Lain jika ada kasus per kasus, seperti tensi tidak turun-turun, gula darah juga, maka harus dirujuk. Untuk pasien dengan penyakit kanker level dua juga harus dirujuk,” papar dokter berpangkat kolonel laut (K) ini.

Sementara itu, pakar diabetes melitus dengan gangren (diabetic food) Rumkital Dr Ramelan dr Pandji Moeljono menambahkan, dari seminar ini diharapkan dokter bisa mengelola pasien diabetes lebih baik lagi. “Sebelumnya sudah baik, tetapi dari seminar dan workshop ini agar dokter umum mampu mengobati diabetes melitus dengan insulin,” kata dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hang Tuah (UHT) Surabaya ini.

Dokter umum bisa tangani pasien diabetes melitus, kecuali yang memiliki komplikasi berat, yaitu koma karena gula darah tinggi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal dan lainnya. “Kalau gula tidak dikontrol baik, itu penyebab gagal ginjal. Untuk mencegah, gula darah harus dijaga dan berat badan harus ideal,” kata Pandji.

Pandji yang juga dosen di FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ini mengingatkan mereka yang gula darahnya mencapai 100, maka sudah memasuki lampu kuning pertama. Sedangkan mereka yang dua jam pertama setelah makan gula darahnya mencapai 140, sudah memasuki lampu kuning kedua.

Soeprayitno
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8258 seconds (0.1#10.140)