ITS Miliki Gedung Riset Mobil Listrik
A
A
A
SURABAYA - Indonesia sudah banyak modal sebagai produsen mobil listrik, bahkan mampu mewujudkan program Mobil Listrik Nasional (Molina) secara massal.
Masih adanya ketersediaan bahan bakar minyak dan belum seriusnya pemerintah menerapkan program Molina dalam arti sebenarnya membuat mobil bertenaga listrik yang selama ini ada sebatas sebagai objek riset. Meski demikian, sejumlah kampus dalam negeri terus menyiapkan serta mengembangkan teknologi mobil listrik. Ini untuk mengantisipasi jika bahan bakar tak terbarukan benar-benar langka.
Ancaman habisnya bahan bakar fosil menjadi salah satu latar belakang Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya terus melengkapi sarana prasarana (sarpras) gedung riset mobil listrik. Gedung yang kemarin diresmikan Rektor ITS Triyogi Yuwono ini diklaim sebagai satusatunya gedung, bengkel, laboratorium riset mobil listrik terlengkap di Tanah Air.
Tentu ini menjadi kebanggaan sivitas maupun alumni yang tergabung dalam Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS), bahkan seluruh masyarakat Indonesia. Gedung yang berada di sektor selatan kampus ini merupakan program sekaligus proyek ITS atas dana pemerintah. Tepatnya, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Mohammad Nuh DEA mantan rektor ITS sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
Di pemerintahan Presiden Joko Widodo sekarang, gedung baru diresmikan. Ini seiring selesainya renovasi pada bangunan yang dulunya merupakan bengkel mesin bagi mahasiswa. Yang dikerjakan dalam gedung tersebut tak sebatas mobil listrik, tetapi juga mobil tenaga surya, motor listrik. Modifikasi mobil juga dilakukan.
Salah satunya, keberadaan mobil CJ-7 yang oleh dosen dan mahasiswa disulap menyerupai Rubicon, Hummer, Land Rover, atau mobil double handle (double gardan) lain. Mobil yang pengadaan hingga modifikasinya ini hasil keroyokkan IKA ITS Jakarta Raya disumbangkan pada Satuan Keamanan Kampus (SKK) ITS untuk patroli.
Mobil merah ini kemarin menjadibuktiyangkesekianbahwa ITS mampu membuat mobil sendiri. Diruntut ke belakang, ITS sebelumnya membuat mobil tenaga listrik, yakni Ezzy, tenaga surya mulai widya wahana 1, 2, 3, hingga sapu angin. Bis tenaga listrik juga mampu dibuat. ”Dua tahun lalu kondisi bengkel mesin ini sangat buruk. Saat Pak Nuh (Mohammad Nuh) datang dengan kapasitas menteri pendidikan dan kebudayaan pernah mengkritik.
Bengkel yo bengkel tapi sawang (rumah laba-laba) yo dibersihkan,” kata Nur Yunianto, Ketua Tim Riset Mobil Listrik ITS menirukan ucapan Nuh saat itu. Namun, kondisi bengkel yang asal-asalan tak berlangsung lama. Ini setelah cairnya dana riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) senilai Rp20 miliar turun.
Selain untuk renovasi yang memakanwaktupengerjaanlima bulan, dana itu juga untuk investasi peralatan. ”Gedung ini merupakan pusat mobil listrik dan mobil konvensional terlengkap se- Indonesia. Untuk (engineering, prototiping, uji performance yang didukungduaunitdinamometer, sarana scanning gambar hingga fabrikasi,” rinci Nur, lagi. Di lantai atas gedung juga didukung peralatan.
”Sebelumnya bengkel juga dapat dana dari Dikti pada tahun 2012 dan 2013 sebesar Rp5 miliar untuk penelitian dan membuat mobil Ezzy,” katanya. Gedung itu menelan total dana investasi Rp25 miliar. Rinciannya, dana penelitian Dikti Kemendikbud Rp5 miliar pada 2012-2013, LPDP Rp20 miliar pada 2014-2015, dana BOPTN Rp1,5 miliar, serta dana mandiri (sponsorshipdan donasi).
Gedung Riset Mobil Listrik dilengkapi sarana pendukung lain. Singkatnya, one stop solution for advanced automotive engineering. Sarana yang ada, peralatan uji mobil listrik dan atau konvensional, composite fabrication, 3 D scanner dan 3 D photogravimetry, peralatan fabrikasi komponen dan lainnya. Sumber daya manusia (SDM) meliputi 10 dosen, 5 riset asisten, 2 mekanik, dan 20 mahasiswa berbagai jurusan.
”Kita sering dengar mobnas (mobil nasional) yang tidak ada ujung pangkalnya. Indonesia mampu (membuat), tapi tidak diberi kesempatan. Padahal Rp300 triliun/tahun perputaran uang dari otomotif di Indonesia. Semua lari ke luar negeri (negara produsen),” sambung Nur. Adi Prasetya, perwakilan IKA ITS berterima kasih atas diresmikannya gedung riset mobil listrik.
”Alumni Jakarta Raya harapannya ke depan bisa bantu riset-riset ITS. Tidak hanya soal mobil listrik, tapi bantuan lain. Karena itu saat Pak Nur Yunianto usul mobil ini disumbangkan ke SKK ITS, saya langsung menyetujui,” kata Adi seraya menunjuk mobil jeep merah.
Rektor ITS Triyogi Yuwono meyakinkan lembaga pendidikannya serius mengembangkan mobil tenaga surya maupun listrik. ”Cuma saya tidak bisa jawab ketika wartawan tanya soal sejauhmana keseriusan pemerintah,” kata Triyogi yang bakal mengakhiri masa tugas sebagai rektor.
Soeprayitno
Masih adanya ketersediaan bahan bakar minyak dan belum seriusnya pemerintah menerapkan program Molina dalam arti sebenarnya membuat mobil bertenaga listrik yang selama ini ada sebatas sebagai objek riset. Meski demikian, sejumlah kampus dalam negeri terus menyiapkan serta mengembangkan teknologi mobil listrik. Ini untuk mengantisipasi jika bahan bakar tak terbarukan benar-benar langka.
Ancaman habisnya bahan bakar fosil menjadi salah satu latar belakang Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya terus melengkapi sarana prasarana (sarpras) gedung riset mobil listrik. Gedung yang kemarin diresmikan Rektor ITS Triyogi Yuwono ini diklaim sebagai satusatunya gedung, bengkel, laboratorium riset mobil listrik terlengkap di Tanah Air.
Tentu ini menjadi kebanggaan sivitas maupun alumni yang tergabung dalam Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS), bahkan seluruh masyarakat Indonesia. Gedung yang berada di sektor selatan kampus ini merupakan program sekaligus proyek ITS atas dana pemerintah. Tepatnya, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Mohammad Nuh DEA mantan rektor ITS sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
Di pemerintahan Presiden Joko Widodo sekarang, gedung baru diresmikan. Ini seiring selesainya renovasi pada bangunan yang dulunya merupakan bengkel mesin bagi mahasiswa. Yang dikerjakan dalam gedung tersebut tak sebatas mobil listrik, tetapi juga mobil tenaga surya, motor listrik. Modifikasi mobil juga dilakukan.
Salah satunya, keberadaan mobil CJ-7 yang oleh dosen dan mahasiswa disulap menyerupai Rubicon, Hummer, Land Rover, atau mobil double handle (double gardan) lain. Mobil yang pengadaan hingga modifikasinya ini hasil keroyokkan IKA ITS Jakarta Raya disumbangkan pada Satuan Keamanan Kampus (SKK) ITS untuk patroli.
Mobil merah ini kemarin menjadibuktiyangkesekianbahwa ITS mampu membuat mobil sendiri. Diruntut ke belakang, ITS sebelumnya membuat mobil tenaga listrik, yakni Ezzy, tenaga surya mulai widya wahana 1, 2, 3, hingga sapu angin. Bis tenaga listrik juga mampu dibuat. ”Dua tahun lalu kondisi bengkel mesin ini sangat buruk. Saat Pak Nuh (Mohammad Nuh) datang dengan kapasitas menteri pendidikan dan kebudayaan pernah mengkritik.
Bengkel yo bengkel tapi sawang (rumah laba-laba) yo dibersihkan,” kata Nur Yunianto, Ketua Tim Riset Mobil Listrik ITS menirukan ucapan Nuh saat itu. Namun, kondisi bengkel yang asal-asalan tak berlangsung lama. Ini setelah cairnya dana riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) senilai Rp20 miliar turun.
Selain untuk renovasi yang memakanwaktupengerjaanlima bulan, dana itu juga untuk investasi peralatan. ”Gedung ini merupakan pusat mobil listrik dan mobil konvensional terlengkap se- Indonesia. Untuk (engineering, prototiping, uji performance yang didukungduaunitdinamometer, sarana scanning gambar hingga fabrikasi,” rinci Nur, lagi. Di lantai atas gedung juga didukung peralatan.
”Sebelumnya bengkel juga dapat dana dari Dikti pada tahun 2012 dan 2013 sebesar Rp5 miliar untuk penelitian dan membuat mobil Ezzy,” katanya. Gedung itu menelan total dana investasi Rp25 miliar. Rinciannya, dana penelitian Dikti Kemendikbud Rp5 miliar pada 2012-2013, LPDP Rp20 miliar pada 2014-2015, dana BOPTN Rp1,5 miliar, serta dana mandiri (sponsorshipdan donasi).
Gedung Riset Mobil Listrik dilengkapi sarana pendukung lain. Singkatnya, one stop solution for advanced automotive engineering. Sarana yang ada, peralatan uji mobil listrik dan atau konvensional, composite fabrication, 3 D scanner dan 3 D photogravimetry, peralatan fabrikasi komponen dan lainnya. Sumber daya manusia (SDM) meliputi 10 dosen, 5 riset asisten, 2 mekanik, dan 20 mahasiswa berbagai jurusan.
”Kita sering dengar mobnas (mobil nasional) yang tidak ada ujung pangkalnya. Indonesia mampu (membuat), tapi tidak diberi kesempatan. Padahal Rp300 triliun/tahun perputaran uang dari otomotif di Indonesia. Semua lari ke luar negeri (negara produsen),” sambung Nur. Adi Prasetya, perwakilan IKA ITS berterima kasih atas diresmikannya gedung riset mobil listrik.
”Alumni Jakarta Raya harapannya ke depan bisa bantu riset-riset ITS. Tidak hanya soal mobil listrik, tapi bantuan lain. Karena itu saat Pak Nur Yunianto usul mobil ini disumbangkan ke SKK ITS, saya langsung menyetujui,” kata Adi seraya menunjuk mobil jeep merah.
Rektor ITS Triyogi Yuwono meyakinkan lembaga pendidikannya serius mengembangkan mobil tenaga surya maupun listrik. ”Cuma saya tidak bisa jawab ketika wartawan tanya soal sejauhmana keseriusan pemerintah,” kata Triyogi yang bakal mengakhiri masa tugas sebagai rektor.
Soeprayitno
(bbg)