Beli Bensin Campur di SPBU

Minggu, 05 April 2015 - 10:11 WIB
Beli Bensin Campur di SPBU
Beli Bensin Campur di SPBU
A A A
ni membuat penjual bensin eceran di tepi jalan tidak hanya menyediakan satu jenis bensin premium, tapi juga ada bensin campur. Bensin campur, ini juga salah satu ”jenis” bahan bakar yang tidak ada di negeri lain.

Bensin campur ini disediakan untuk melayani kebutuhan bahan bakar motor dengan jenis mesin 2 tak serta skuter Vespa. Bensin campur juga merupakan bukti kepiawaian bangsa ini menyiasati kerusakan yang terjadi pada motornya. Bensin campur merupakan bahan bakar jenis premium yang dicampur dengan oli samping. Jika motor dalam kondisi normal, tentu saja premium dan oli samping sudah ada wadahnya sendirisendiri untuk kemudian dicampur secara otomatis saat akan masuk ke ruang mesin pembakaran.

Bensin campur sangat gampang dikenali saat dipajang di kios pinggir jalan. Warnanya merah, biru atau hijau, tergantung warna oli yang dicampurkan. Menjelang 2.000-an, motor bermesin 2 tak semakin tergusur dari pasaran. Produsen motor Yamaha dan Suzuki mulai membidik pangsa pasar 4 tak. Hal ini berdampak pada penjualan bensin eceran. Mereka tak lagi menyediakan bensin campur, hanya premium. Tapi apakah bensin campur itu kini benarbenar tidak digunakan masyarakat?

Ternyata bensin campur tetap digunakan sebagian masyarakat. Mereka juga bisa mendapatkan bensin campur tersebut nyaris di seluruh SPBU. Salah satu bukti, dari beberapa kali kejadian, yang berawal dari Kamis (2/4), ketika itu Supra kuning kesayangan baru keluar dari bengkel karena harus servis rutin dan mengganti beberapa onderdil yang aus karena tua. Indikator bahan bakar menunjuk ke warna merah, empty. Perjalanan pun harus tertunda sejenak karena harus mengisi bahan bakar di SPBU Sidotopo.

Antrean kendaraan selalu panjang di SPBU dekat rel kereta api tersebut. Beberapa menit kemudian, tinggal antre satu motor lagi. Di depan ada motor matik keluaran terbaru, masih kinyiskinyis. “Pertamax Rp10.000,” ujar pengendara itu. Petugas SPBU pun mengambil slang yang lain, sebab sebelumnya melayani pembelian premium. Indikator pompa menunjuk nominal Rp10.000. “Bensine(premium) Rp20.000,” ucapnya.

Petugas SPBU pun bergeser mengambil slang dari mesin pompa premium dan mengisi motor 150 CC itu. Giliran, Supra kuning diisi tangkinya. Semenjak selisih harga premium dan pertamax tidak terlalu jauh, motor keluaran tahun 1998 itu menggunakan bahan bakar pertamax.

“Semuanya full pertamax, nggakcampur bensin (premium)?” kata petugas sedikit sangsi mungkin karena melihat kondisi Supra kuning yang kotor tak pernah dicuci. Sambil mengisi tangki, dia mengakui kini banyak pengendara yang membeli bensin campuran, pertamax dan premium. Usai tangki bensin penuh, kami pun melanjutkan perjalanan menuju batas kota. Di tepi jalan, tampak kios bensin. Hanya menjual premium. Tak lagi menyediakan bensin campur. Oalah, kalau mau beli bensin campur ternyata di SPBU.

Efek Pertamax Campur Premium

Fenomena bensin campur, pertamax dan premium, ini tidak hanya di Surabaya tapi hampir terjadi di semua wilayah. Pertamina telah memberi saran kepada masyarakat agar tidak melakukannya. “Kami sangat tidak menganjurkan penggunaan pertamax, baik yang 92, Bio Pertamax ataupun Pertamax Plus, dicampur dengan premium,” kata Assisten Manager Brand Comumnication Pertamax Pertamina Muhammad Reza.

“Kadar oktan pertamax lebih baik dari premium, lalu ada kandungan zat adiktif dalam pertamax yang tidak membuat tangki bensin sampai mesin berkarat. Sementara kandungan adiktif dalam pertamax membuat optimal ruang bakar mesin,” kata Reza Senada, Ahmad Yusuf, pemilik Yusuf Motor Jalan Barata Jaya mengatakan sebaiknya masyarakat tidak mencampur pertamax dan premium.

“Pilih saja salah satunya daripada malah kehilangan keunggulan pertamax,” kata mantan kepala mekanik bengkel AHASS ini. “Kalau jarang-jarang sebenarnya tidak terlalu bermasalah karena perbedaan premium dengan pertamax itu ada di kadar oktannya, Premium oktannya 88 dan pertamax itu 92,” ungkapnya. Pertamax sebenarnya lebih mempercepat pembakaran mesin. Apabila dicampur sesekali, itu tidak terlalu bermasalah.

Namun, jangan terlalu sering karena beberapa zat adiktif yang ada pada pertamax seperti antikarat akan sia-sia fungsinya jika dicampur dengan premium yang notabene masih mengandung timbal. Artinya, pencampuran kedua jenis bahan bakar ini hanya akan menghasilkan nilai oktan yang sedikit lebih tinggi dari premium saja. Mengenai harga lebih mahal yang harus dibayar menjadi kurang bermanfaat.

Yusuf juga memberikan saran agar mesin mobil dan motor saat ini memang lebih baik menggunakan pertamax dibandingkan premium. “Ojo dipadakno koyo bensin campur ae,” katanya sambil tertawa.

Zaki zubaidi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6900 seconds (0.1#10.140)