Siola Jadi Tempat Diskusi UKM Kreatif
A
A
A
SURABAYA - Pelaku industri kreatif di Surabaya hampir mencapai angka 2.000. Mayoritas masih dalam skala Usaha Kecil Menengah (UKM). Untuk itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini akan menjadikan Siola sebagai tempat diskusi UKM kreatif.
Tidak semua bisnis yang digeluti UKM berjalan mulus sehingga harus berhenti di tengah jalan. Umumnya kendala yang ditemui adalah kurangnya strategi pemasaran sehingga membuat hasil produksi tak laku saat dilempar ke pasaran. Untuk melancarkan pemasaran produk milik pelaku industri kreatif tersebut, sejumlah anak muda kreatif menggelar kegiatan tatarupa yang didukung oleh pemkotSurabaya.
Selain itu hadir pula dua pembicara dari Vaith Design yakni Bing Fei dan Asosiasi Desainer Grafis Indonesia Surabaya Chapter (ADGI SUB). Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini dalam sambutannya menyebutkan bahwa di dunia ini yang akan langgeng adalah perubahan karena itu memang harus turut mengikuti perkembangan zaman.
“Saya pun terus melihat perkembangan apa saja yang disukai anak muda asal positif tentu kita dukung, salah satunya seperti ini. Apalagi kegiatan ini membantu kemajuan UKM kita,” katanya. Risma juga menyebut, ke depan ia juga ingin mengubah Siola menjadi lokasi street up atau tempat berkumpulnya anak muda untuk saling bertukar ide kreatif. “Asalkan kita kreatif, Insya Allah tidak akan kelaparan, karena itu UKM selalu kita dukung apalagi hasilnya memang positif. Makanya, semoga ke depan Siola itu dapat dikembangkan supaya menjadi tempat berkumpulnya anak muda kreatif,” tandas Risma.
Menurut CEO kreatif.com Mayumi Haryoto, penyebab tak berhasilnya pelaku UKM dalam memasarkan produknya yakni terkait branding yang kemudian berpengaruh pada packing atau kemasan sebuah produk. “Sangat ironi sekali, suatu ketika saya menemukan kopi asli Indonesia dijual ke Jepang kemudian di sana di olah lagi dan dilempar lagi ke pasar Indonesia setelah kemasan dan brandingtentunya. Alhasil laku di pasaran dengan harga tinggi pula, padahal aslinya ya kopi itu dari Indonesia juga,” kata Mayumi saat dijumpai dalam acara talkshowTatarupa.
Kegiatan yang berlangsung di Spazio lantai 7 tersebut mendatangkan 10 UKM terpilih yang sebelumnya telah diseleksi oleh Pemkot Surabaya. Salah satu UKM yang beruntung adalah Monika Harijati. Perempuan paruh baya ini selama ini dikenal sebagai pembuat bakery namun pasarannya hanya seputaran kawasan rumahnya saja. Setelah bergabung dengan tatarupa dan mendapat binaan mengenai packing hingga cara mem-branding maka produknya bisa dipasarkan lebih luas, bahkan bisa dijual dengan harga lebih tinggi.
“Saya misal jual roti dengan harga Rp1.000 di masyarakat, tapi sama anak-anak mahasiswa ini justru dibeli dengan harga Rp2.000. Selain itu, kami juga di bina bagaimana membuat kemasan yang menarik sehingga sampai sekarang produk saya ini pemasarannya sudah cukup luas,” papar Monika.
Mamik wijayanti
Tidak semua bisnis yang digeluti UKM berjalan mulus sehingga harus berhenti di tengah jalan. Umumnya kendala yang ditemui adalah kurangnya strategi pemasaran sehingga membuat hasil produksi tak laku saat dilempar ke pasaran. Untuk melancarkan pemasaran produk milik pelaku industri kreatif tersebut, sejumlah anak muda kreatif menggelar kegiatan tatarupa yang didukung oleh pemkotSurabaya.
Selain itu hadir pula dua pembicara dari Vaith Design yakni Bing Fei dan Asosiasi Desainer Grafis Indonesia Surabaya Chapter (ADGI SUB). Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini dalam sambutannya menyebutkan bahwa di dunia ini yang akan langgeng adalah perubahan karena itu memang harus turut mengikuti perkembangan zaman.
“Saya pun terus melihat perkembangan apa saja yang disukai anak muda asal positif tentu kita dukung, salah satunya seperti ini. Apalagi kegiatan ini membantu kemajuan UKM kita,” katanya. Risma juga menyebut, ke depan ia juga ingin mengubah Siola menjadi lokasi street up atau tempat berkumpulnya anak muda untuk saling bertukar ide kreatif. “Asalkan kita kreatif, Insya Allah tidak akan kelaparan, karena itu UKM selalu kita dukung apalagi hasilnya memang positif. Makanya, semoga ke depan Siola itu dapat dikembangkan supaya menjadi tempat berkumpulnya anak muda kreatif,” tandas Risma.
Menurut CEO kreatif.com Mayumi Haryoto, penyebab tak berhasilnya pelaku UKM dalam memasarkan produknya yakni terkait branding yang kemudian berpengaruh pada packing atau kemasan sebuah produk. “Sangat ironi sekali, suatu ketika saya menemukan kopi asli Indonesia dijual ke Jepang kemudian di sana di olah lagi dan dilempar lagi ke pasar Indonesia setelah kemasan dan brandingtentunya. Alhasil laku di pasaran dengan harga tinggi pula, padahal aslinya ya kopi itu dari Indonesia juga,” kata Mayumi saat dijumpai dalam acara talkshowTatarupa.
Kegiatan yang berlangsung di Spazio lantai 7 tersebut mendatangkan 10 UKM terpilih yang sebelumnya telah diseleksi oleh Pemkot Surabaya. Salah satu UKM yang beruntung adalah Monika Harijati. Perempuan paruh baya ini selama ini dikenal sebagai pembuat bakery namun pasarannya hanya seputaran kawasan rumahnya saja. Setelah bergabung dengan tatarupa dan mendapat binaan mengenai packing hingga cara mem-branding maka produknya bisa dipasarkan lebih luas, bahkan bisa dijual dengan harga lebih tinggi.
“Saya misal jual roti dengan harga Rp1.000 di masyarakat, tapi sama anak-anak mahasiswa ini justru dibeli dengan harga Rp2.000. Selain itu, kami juga di bina bagaimana membuat kemasan yang menarik sehingga sampai sekarang produk saya ini pemasarannya sudah cukup luas,” papar Monika.
Mamik wijayanti
(ars)