Melatih Keberanian dan Kesabaran
A
A
A
Orang berlatih teater berharap kelak bisa menjadi aktor atau aktris. Lebih dari itu, teater akan melatih keberanian, kesadaran, dan kesabaran. Menurut Ketua Jurusan Teater SMKN 12 Surabaya Harwi Mardianto, melalui pembelajaran teater anak-anak diberi keterampilan lain yang bisa digunakan dalam hidup bermasyarakat.
“Kalau mau menjadi aktor yang bagus tidak harus masuk jurusan teater. Tetapi yang saya tekankan selama belajar teater di SMKN 12 Surabaya ini adalah memperbaiki sikap,” kata Harwi saat latihan bersama anak didiknya kemarin. Lebih lanjut diterangkannya, pembelajaran teater adalah olah rasa yang mampu membuat seseorang memiliki sikap hidup lebih.
“Kalau lulusan teater menjadi aktor sudah biasa. Tetapi kalau tidak menjadi aktor yang baik, justru dibilang jurusan teater kok gitu. Oleh sebab itu, saya menekankan belajar teater bukan menjadi aktor, tetapi menjadi orang yang bisa melakukan apa saja alias tampil lebih berani,” kata Harwi.
Dengan memiliki keberanian, maka seorang anak akan berkembang lebih baik. Keberanian tersebut dilatih melalui pembelajaran, seperti olah tubuh, akting, olah vokal dan masih banyak lagi. Lewat pembelajaran tersebut anak-anak jurusan teater akan dituntut berani tampil, berani bicara, dan berani berekspresi, sehingga secara tidak langsung sikap hidup mereka akan berubah.
“Pertanyaan orang tua kebanyakan adalah ketika lulus bisa jadi apa kalau ambil jurusan teater? Saya menjelaskan pada mereka bahwa anak-anak bisa menjadi apa pun yang mereka mau dan hal ini terbukti. Setelah lulus mereka ada yang kerja jadi penyiar ataupun pekerjaan lain,” ungkap penggagas jurusan teater tingkat SMA di Surabaya dan menjadi satu-satunya sekolah negeri di Jatim yang membuka jurusan teater. Harwi mengakui, meski anak didiknya tidak menjadi aktor dalam panggung teater, hal itu juga sebuah pencapaian luar biasa. Artinya, mereka berani memilih apa yang mereka inginkan.
“Saya lebih suka jika anakanak tampil berani karena mengolah keberanian untuk tampil di depan umum dengan ekspresi bukan sesuatu mudah. Pernah suatu ketika orang tua murid datang ke saya dan sangat senang karena anaknya bisa jadi penyiar, coba kalau dia tidak biasa tampil tentu keberaniannya tidak terlatih,” tuturnya.
Salah satu siswa jurusan teater, Rekno Wulandari Pembudi, mengakui selama menjadi pelajar memang banyak pengalaman yang didapatkannya. Bahkan, tidak hanya belajar akting yang menjadi pelajaran utama di jurusan ini, ternyata secara luas untuk murid jurusan teater juga belajar seni rupa, artistik, musik, tari, fotografi, di luar pelajaran normatif, seperti bahasa Indonesia, PKN, IPS, dan lainnya.
“Walaupun saya ambil jurusan teater, tapi setiap Rabu jam 3 sore, saya siaran di radio RRI. Memang ada dua sisi yang berbeda antara teater dan dunia broadcast. Biasanya, teater identik dengan akting atau seni pertunjukanlah, tapi kalau saya proses selama belajar teater itu, justru mengolah cara berpikir dan kemampuan saya meningkat hingga bisa siaran di RRI,” ujar siswi kelas 12 itu. Siswi lain, seperti Mega Ayu Cahayati dan Mohammad Ibnu Shohib, mengaku lebih senang belajar teater karena mirip bermain tetapi ada ilmu yang didapat.
Meski kadang ditentang orang tua karena sering latihan hingga larut malam atau bahkan tidak pulang, tetapi mereka mampu menjaga sikap. “Saya senang ketika kita di sini seperti keluarga, saling menjaga satu sama lain. Padahal selama ini anak perempuan dengan laki-laki kalau kelihatan bersama selalu dianggap tabu, bahkan bisa dikira aneh. Anggapan seperti itu tidak berlaku di sini, kami sering pulang malam untuk latihan, tetapi mampu menjaga diri,” ujar Shohib.
Mamik Wijayanti
Surabaya
“Kalau mau menjadi aktor yang bagus tidak harus masuk jurusan teater. Tetapi yang saya tekankan selama belajar teater di SMKN 12 Surabaya ini adalah memperbaiki sikap,” kata Harwi saat latihan bersama anak didiknya kemarin. Lebih lanjut diterangkannya, pembelajaran teater adalah olah rasa yang mampu membuat seseorang memiliki sikap hidup lebih.
“Kalau lulusan teater menjadi aktor sudah biasa. Tetapi kalau tidak menjadi aktor yang baik, justru dibilang jurusan teater kok gitu. Oleh sebab itu, saya menekankan belajar teater bukan menjadi aktor, tetapi menjadi orang yang bisa melakukan apa saja alias tampil lebih berani,” kata Harwi.
Dengan memiliki keberanian, maka seorang anak akan berkembang lebih baik. Keberanian tersebut dilatih melalui pembelajaran, seperti olah tubuh, akting, olah vokal dan masih banyak lagi. Lewat pembelajaran tersebut anak-anak jurusan teater akan dituntut berani tampil, berani bicara, dan berani berekspresi, sehingga secara tidak langsung sikap hidup mereka akan berubah.
“Pertanyaan orang tua kebanyakan adalah ketika lulus bisa jadi apa kalau ambil jurusan teater? Saya menjelaskan pada mereka bahwa anak-anak bisa menjadi apa pun yang mereka mau dan hal ini terbukti. Setelah lulus mereka ada yang kerja jadi penyiar ataupun pekerjaan lain,” ungkap penggagas jurusan teater tingkat SMA di Surabaya dan menjadi satu-satunya sekolah negeri di Jatim yang membuka jurusan teater. Harwi mengakui, meski anak didiknya tidak menjadi aktor dalam panggung teater, hal itu juga sebuah pencapaian luar biasa. Artinya, mereka berani memilih apa yang mereka inginkan.
“Saya lebih suka jika anakanak tampil berani karena mengolah keberanian untuk tampil di depan umum dengan ekspresi bukan sesuatu mudah. Pernah suatu ketika orang tua murid datang ke saya dan sangat senang karena anaknya bisa jadi penyiar, coba kalau dia tidak biasa tampil tentu keberaniannya tidak terlatih,” tuturnya.
Salah satu siswa jurusan teater, Rekno Wulandari Pembudi, mengakui selama menjadi pelajar memang banyak pengalaman yang didapatkannya. Bahkan, tidak hanya belajar akting yang menjadi pelajaran utama di jurusan ini, ternyata secara luas untuk murid jurusan teater juga belajar seni rupa, artistik, musik, tari, fotografi, di luar pelajaran normatif, seperti bahasa Indonesia, PKN, IPS, dan lainnya.
“Walaupun saya ambil jurusan teater, tapi setiap Rabu jam 3 sore, saya siaran di radio RRI. Memang ada dua sisi yang berbeda antara teater dan dunia broadcast. Biasanya, teater identik dengan akting atau seni pertunjukanlah, tapi kalau saya proses selama belajar teater itu, justru mengolah cara berpikir dan kemampuan saya meningkat hingga bisa siaran di RRI,” ujar siswi kelas 12 itu. Siswi lain, seperti Mega Ayu Cahayati dan Mohammad Ibnu Shohib, mengaku lebih senang belajar teater karena mirip bermain tetapi ada ilmu yang didapat.
Meski kadang ditentang orang tua karena sering latihan hingga larut malam atau bahkan tidak pulang, tetapi mereka mampu menjaga sikap. “Saya senang ketika kita di sini seperti keluarga, saling menjaga satu sama lain. Padahal selama ini anak perempuan dengan laki-laki kalau kelihatan bersama selalu dianggap tabu, bahkan bisa dikira aneh. Anggapan seperti itu tidak berlaku di sini, kami sering pulang malam untuk latihan, tetapi mampu menjaga diri,” ujar Shohib.
Mamik Wijayanti
Surabaya
(ars)