Tiga Ribu PPRC TNI Menuju Poso
A
A
A
MALANG - Ancaman gerakan radikal bersenjata di sejumlah wilayah NKRI masih tinggi. Salah satu daerah yang paling berpotensi menjadi medan latihan kelompok-kelompok radikal bersenjata ini adalah Poso.
Mengantisipasi kondisi itu, 3.000 personel dari Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI menggelar latihan gabungan pasukan elite dari matra darat, laut, dan udara. Latihan tersebut digelar dalam bentuk Tactical Floor Game(TFG) dengan sandi Operasi Anoa Laut 2015. Seluruh kekuatan dari pasukan elite TNI dikerahkan dalam kegiatan ini.
Para prajurit akan melakukan simulasi pertempuran nyata di darat, laut, dan udara. Panglima TNI Jenderal Moeldoko memimpin langsung persiapan gelar TFG itu di Markas Divisi Infanteri II Komando Strategis TNI AD (Kostrad) Singosari. “Ada 3.000 personel gabungan pasukan elite TNI yang terlibat dalam kegiatan ini.
Mereka akan bermain di daerah yang relatif seperti kondisi sesungguhnya dalam pertempuran,” tuturnya. Wilayah Poso menjadi pilihan utama dalam gelar latihan ini. Menurutnya, hal ini karena daerah itu masih menjadi daerah operasi pasukan Polri. Daerah itu berindikasi potensial menjadi medan latihan perang bagi kelompok-kelompok radikal bersenjata yang bisa membahayakan kedaulatan NKRI.
Pasukan yang diterjunkan merupakan pasukan dari satuan- satuan elite TNI wajib selalu siaga dalam menghadapi berbagai medan pertempuran. Termasuk menghadapi pertempuran di medan gerilya. Moeldoko dengan tegas mengingatkan pasukan TNI yang terlibat dalam kegiatan ini agar waspada dan menjaga disiplin dalam latihan. Dengan begitu, dapat menekan sekecil mungkin kecelakaan dalam setiap kegiatan.
Kewaspadaan perlu dilakukan untuk mengantisipasi munculnya kelompok-kelompok radikal bersenjata yang selama ini diduga terlatih melakukan perang gerilya di hutan dan gunung-gunung di Poso. “Dalam medan pertempuran, jangan pernah ragu. Apabila ada musuh, harus segera disikat,” ucapnya.
Secara tegas jenderal bintang empat penyandang gelar akademis sebagai doktor ini menyatakan, tidak menginginkan secuil pun wilayah NKRI dijadikan tempat latihan kelompok- kelompok radikal yang mengancam kedaulatan negara. Saat ini pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Polri terkait latihan ini.
Mengingat sebelum digelar latihan bersama PPRC, pasukan Polri telah lebih dahulu selama dua bulan menggelar operasi di wilayah Poso. “Saya ingin melatih para prajurit TNI sehingga bisa lebih detail memahami medan pertempuran,” ucapnya.
Yuswantoro
Mengantisipasi kondisi itu, 3.000 personel dari Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI menggelar latihan gabungan pasukan elite dari matra darat, laut, dan udara. Latihan tersebut digelar dalam bentuk Tactical Floor Game(TFG) dengan sandi Operasi Anoa Laut 2015. Seluruh kekuatan dari pasukan elite TNI dikerahkan dalam kegiatan ini.
Para prajurit akan melakukan simulasi pertempuran nyata di darat, laut, dan udara. Panglima TNI Jenderal Moeldoko memimpin langsung persiapan gelar TFG itu di Markas Divisi Infanteri II Komando Strategis TNI AD (Kostrad) Singosari. “Ada 3.000 personel gabungan pasukan elite TNI yang terlibat dalam kegiatan ini.
Mereka akan bermain di daerah yang relatif seperti kondisi sesungguhnya dalam pertempuran,” tuturnya. Wilayah Poso menjadi pilihan utama dalam gelar latihan ini. Menurutnya, hal ini karena daerah itu masih menjadi daerah operasi pasukan Polri. Daerah itu berindikasi potensial menjadi medan latihan perang bagi kelompok-kelompok radikal bersenjata yang bisa membahayakan kedaulatan NKRI.
Pasukan yang diterjunkan merupakan pasukan dari satuan- satuan elite TNI wajib selalu siaga dalam menghadapi berbagai medan pertempuran. Termasuk menghadapi pertempuran di medan gerilya. Moeldoko dengan tegas mengingatkan pasukan TNI yang terlibat dalam kegiatan ini agar waspada dan menjaga disiplin dalam latihan. Dengan begitu, dapat menekan sekecil mungkin kecelakaan dalam setiap kegiatan.
Kewaspadaan perlu dilakukan untuk mengantisipasi munculnya kelompok-kelompok radikal bersenjata yang selama ini diduga terlatih melakukan perang gerilya di hutan dan gunung-gunung di Poso. “Dalam medan pertempuran, jangan pernah ragu. Apabila ada musuh, harus segera disikat,” ucapnya.
Secara tegas jenderal bintang empat penyandang gelar akademis sebagai doktor ini menyatakan, tidak menginginkan secuil pun wilayah NKRI dijadikan tempat latihan kelompok- kelompok radikal yang mengancam kedaulatan negara. Saat ini pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Polri terkait latihan ini.
Mengingat sebelum digelar latihan bersama PPRC, pasukan Polri telah lebih dahulu selama dua bulan menggelar operasi di wilayah Poso. “Saya ingin melatih para prajurit TNI sehingga bisa lebih detail memahami medan pertempuran,” ucapnya.
Yuswantoro
(bbg)