Mahasiswa Ubaya Bagikan 1.400 Alquran
A
A
A
SURABAYA - Angka buta huruf Alquran di Indonesia, terutama di Jawa Timur, cukup tinggi. Beberapa pihak menyampaikan fakta ini sesuai dengan hasil surveinya.
Fakta ini menarik perhatian Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) Universitas Surabaya (Ubaya). Salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) itu pun menggelar Ubaya Islamic Festival yang berlangsung mulai kemarin. Salah satu rangkaian kegiatannya adalah membantu menyukseskan program pemerintah dalam pemberantasan buta Alquran.
Kegiatan ini diwujudkan dengan pembagian 1.400 Alquran ke musala dan rumah anak yatim di daerah yang kekurangan Alquran. Secara simbolis penyerahan dilakukan di Seminar Room Gedung International Village Kampus Tenggilis Ubaya. Pembagian Alquran ini merupakan kali pertama dilakukan UKKI selama tahun terakhir.
”Pemikiran kali pertama karena teman-teman panitia dan dosen yang menginginkan ada sebuah terobosan dalam syiarnya UKKI. Dengan pembagian ini kami berharap membumikan Alquran dan semua orang mulai membiasakan membaca Alquran setiap hari,” ungkap Muhammad Nugraha Eka Wardana, mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ekonomika selaku panitia.
Pertimbangan lain karena panitia ingin mencoba mensinergikan program pemerintah untuk masyarakat. Area pendistribusian Alquran terbagi dalam titik internal kampus, seperti cleaning service , petugas kebun, dan lainnya. Sementara pihak eksternal, seperti beberapa panti asuhan, pesantren, maupun masjid-masjid dan musala di daerah yang kekurangan Alquran.
Data acuan bersumber dari salah satu lembaga sosial yang kami tunjuk untuk bekerja sama sekaligus membantu penyebarannya. Tidak hanya itu, panitia juga menyurvei tersendiri kemudian memetakan. Teknis pembagiannya adalah pihak panitia turun langsung ke lapangan bersama lembaga sosial yang ditunjuk ke lokasi tertentu.
”Besar harapan kami, usaha pemberantasan buta Alquran dapat berhasil, walau hasilnya baru dipantau jangka panjang. Paling tidak kami dari UKKI mampu memberikan solusi dari permasalahan ini,” katanya. Total Alquran yang tidak sedikit ini diperoleh dari para sumbangan berasal dari mana saja, umum, maupun internal Ubaya. Sumbangan boleh berupa Alquran langsung, namun ada juga menyumbang uang.
”Dari uang yang terkumpul, digunakan panitia untuk membeli Alquran sehingga ada pemerataan pembagian di setiap musala maupun anak yatim yang ditunjuk,” katanya. ”Kami menganggap kegiatan UKKI membagi 1.400 Alquran sebagai hal sangat positif karena Alquran merupakan sumber inspirasi bagi seluruh umat Islam.
Manfaat Alquran jauh lebih awet daripada bagibagi makanan yang sekali habis,” lkata Stevanus Sugiharto selaku Direktur Pengambangan Kemahasiswaan Ubaya yang membawahi bidang kemahasiswaan. Rangkaian Islamic Festival ini sudah diawali dengan kegiatan Seminar Keputrian pada Sabtu (14/3) menghadirkan Yulia Rachman.
Soeprayitno
Fakta ini menarik perhatian Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) Universitas Surabaya (Ubaya). Salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) itu pun menggelar Ubaya Islamic Festival yang berlangsung mulai kemarin. Salah satu rangkaian kegiatannya adalah membantu menyukseskan program pemerintah dalam pemberantasan buta Alquran.
Kegiatan ini diwujudkan dengan pembagian 1.400 Alquran ke musala dan rumah anak yatim di daerah yang kekurangan Alquran. Secara simbolis penyerahan dilakukan di Seminar Room Gedung International Village Kampus Tenggilis Ubaya. Pembagian Alquran ini merupakan kali pertama dilakukan UKKI selama tahun terakhir.
”Pemikiran kali pertama karena teman-teman panitia dan dosen yang menginginkan ada sebuah terobosan dalam syiarnya UKKI. Dengan pembagian ini kami berharap membumikan Alquran dan semua orang mulai membiasakan membaca Alquran setiap hari,” ungkap Muhammad Nugraha Eka Wardana, mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ekonomika selaku panitia.
Pertimbangan lain karena panitia ingin mencoba mensinergikan program pemerintah untuk masyarakat. Area pendistribusian Alquran terbagi dalam titik internal kampus, seperti cleaning service , petugas kebun, dan lainnya. Sementara pihak eksternal, seperti beberapa panti asuhan, pesantren, maupun masjid-masjid dan musala di daerah yang kekurangan Alquran.
Data acuan bersumber dari salah satu lembaga sosial yang kami tunjuk untuk bekerja sama sekaligus membantu penyebarannya. Tidak hanya itu, panitia juga menyurvei tersendiri kemudian memetakan. Teknis pembagiannya adalah pihak panitia turun langsung ke lapangan bersama lembaga sosial yang ditunjuk ke lokasi tertentu.
”Besar harapan kami, usaha pemberantasan buta Alquran dapat berhasil, walau hasilnya baru dipantau jangka panjang. Paling tidak kami dari UKKI mampu memberikan solusi dari permasalahan ini,” katanya. Total Alquran yang tidak sedikit ini diperoleh dari para sumbangan berasal dari mana saja, umum, maupun internal Ubaya. Sumbangan boleh berupa Alquran langsung, namun ada juga menyumbang uang.
”Dari uang yang terkumpul, digunakan panitia untuk membeli Alquran sehingga ada pemerataan pembagian di setiap musala maupun anak yatim yang ditunjuk,” katanya. ”Kami menganggap kegiatan UKKI membagi 1.400 Alquran sebagai hal sangat positif karena Alquran merupakan sumber inspirasi bagi seluruh umat Islam.
Manfaat Alquran jauh lebih awet daripada bagibagi makanan yang sekali habis,” lkata Stevanus Sugiharto selaku Direktur Pengambangan Kemahasiswaan Ubaya yang membawahi bidang kemahasiswaan. Rangkaian Islamic Festival ini sudah diawali dengan kegiatan Seminar Keputrian pada Sabtu (14/3) menghadirkan Yulia Rachman.
Soeprayitno
(bhr)