Harga Murah Jadi Alat Rekrut Pasien

Senin, 16 Maret 2015 - 13:07 WIB
Harga Murah Jadi Alat Rekrut Pasien
Harga Murah Jadi Alat Rekrut Pasien
A A A
GRESIK - Meninggalnya M Gathfan Habibi, 5, korban dugaan malapraktik menyisakan fakta menarik.

Kali ini cerita tentang bagaimana duet dr Yanuar Syam dan dr Diki Tampubolon menggaet pasien. Duo dokter yang menangani Habibi sebelum koma dan akhirnya meninggal dunia itu ternyata kerap mencari pasien pribadi di RSUD Ibnu Sina. Modusnya saat dr Yanuar praktik di rumah sakit pemerintah itu, setiap pasien yang antre bedah didekati dan diberi kartu nama.

Mereka kemudian dialihkan ke klinik pribadi dr Yanuar Syam dan dr Diki di Jalan Panglima Sudirman (Pangsud) Gresik. Di klinik ini pasien dijanjikan tidak memerlukan antre terlalu lama untuk proses pembedahan seperti di RSUD Ibnu Sina. Selain itu, pasien juga dapat menegosiasi harga layanan bedah.

Itu pun negosiasi harganya dapat dilakukan sebelum waktu bedah disepakati. Bila bedah ambien di RSUD Ibnu Sina tarifnya sekitar Rp8 juta, maka di klinik dr Yanuar harga bisa di bawahnya. Salah satu korban modus itu adalah keluarga Habibi. Saat itu keluarga Habibi kontrol di RSUD Ibnu Sina dan disarankan oleh dr Yanuar untuk ditangani di Klinik Pangsud.

Tertarik dengan janji kecepatan penanganan dan harga miring, orang tua Habibi pun sepakat mengalihkan perawatan buah hati mereka ke klinik dr Yanuar dan dr Diki. Saat diputuskan untuk operasi biopsi, dr Yanuar menyarankan tindakan dilakukan di RSIA Nyai Ageng Pinatih. Padahal pihak keluarga meminta operasi di RS Semen Gresik atau Petrokimia.

“Saya minta operasi di RS Semen Gresik atau Petrokimia, tapi dijawab dr Yanuar tidak punya jam praktik. Saya disarankan di RSIA Nyai Ageng Pinatih,” kata Pitono, orang tua Habibi, salah satu korban dugaan malapraktik dr Yanuar dan dr Diki yang saat ini ditangani Polres Gresik.

Orang tua Habibi ternyata bukan satu-satunya “korban” dr Yanuar dan dr Diki. Ada banyak korban dugaan malapraktik, hanya mereka tidak banyak berani mengungkapkan ke media. “Keluarga saya pernah operasi di RSIA, yaitu operasi ambien. Sempat mengalami kritis, tapi sudah baikan,” kata Wahyu, 45, warga Kecamatan Dukun, Gresik.

Dari penelusuran KORAN SINDO JATIM, klinik milik dr Yanuar dan dr Diki di Panglima Sudirman cukup ramai dikunjungi pasien. Di klinik yang lokasinya di gang masuk antara dua rumah dinas wakil ketua DPRD Gresik tampak puluhan pasien yang mengantre hingga sore.

Padahal praktik dr Yanuar Syam hanya dibatasi sekitar pukul 14.00 WIB. “Saya mau mengantar suami saya kontrol. Seminggu lalu operasi ambien,” kata salah satu pasien yang ikut antre saat itu.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kabupaten Gresik dr Bambang Priyadi saat dikonfirmasi mengatakan, memang benar dr Yanuar Syam adalah satu-satunya dokter bedah punya izin praktik. Hanya izin praktik bedah itu untuk operasi kecil, semisal khitan. Sementara untuk operasi bedah tergolong besar tidak diperbolehkan. “Tapi izinnya itu dari IDI Surabaya. Sebab dr Yanuar itu anggota IDI Surabaya, baru saja mengurus menjadi anggota IDI Gresik. Kalau dr Diki sampai saat ini bukan anggota IDI Gresik, tetapi anggota IDI Surabaya,” katanya.

Sayangnya, dr Yanuar Syam belum bisa dikonfirmasi. Ponsel yang dihubungi tidak diangkat, meski ada nada sambung. Hari ini rencananya penyidik Polres Gresik akan memeriksa dr Yanuar Syam dan dr Diki Tampubolon.

Keduanya akan diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan malapraktik kepada M Gathfan Habibi. “Kami akan meminta keterangan terkait dengan proses biopsi kepada korban. Keduanya yang mengetahui proses operasi biopsi yang dilakukan ke korban,” ujar Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Iwan Heri Purwanto.

Dalam kasus yang dinaikkan menjadi penyidikan itu, polisi juga bakal memeriksa Dirut RSIA Nyai Ageng Pinatih dr Achmad Zayadi dan Kepala Dinkes dr Soegeng Widodo. Keduanya akan diperiksa pada Rabu (18/3) mendatang. “Keduanya akan diperiksa bersamaan,” ujar AKP Iwan.

Sekadar informasi, Habibi sejak kecil mempunyai benjolan di paha kanan. Lantaran selalu mengeluh sakit saat capek, Pitono berniat mengoperasi benjolan di paha Habibi itu. Setelah mendatangi praktik dr Yanuar, disepakati operasi dilaksanakan di RSIA Nyai Ageng Pinatih.

Permintaan orang tua Habibi untuk melaksanakan operasi di RS Semen Gresik atau Petrokimia ditolak. Operasi pun dilaksanakan pada 2 Januari 2015 di RSIA Nyai Ageng Pinatih. Setelah operasi, Habibi mengalami kondisi kritis dan koma. Dalam kondisi badan membiru, Habibi dirujuk ke RSUD Ibnu Sina. Namun, Habibi tak juga siuman sampai 1,5 bulan hingga meninggal pada Sabtu (14/3) lalu.

Dari pemeriksaan RSU dr Soetomo, Habibi dinyatakan mengalami mati batang otang akibat salah obat bius.

Ashadi ik
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7659 seconds (0.1#10.140)