PGN Operasikan SPBG di Surabaya

Selasa, 10 Maret 2015 - 09:30 WIB
PGN Operasikan SPBG di Surabaya
PGN Operasikan SPBG di Surabaya
A A A
SURABAYA - PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau PGN memperbanyak jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di Jawa Timur (Jatim) salah satunya di Surabaya.

Kali ini PGN mengeluarkan dana investasi USD2,2 juta untuk membangun SPBG. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan 16 SPBG yang ada di Indonesia, mulai dari Surabaya, Jakarta, Bekasi, dan Bogor. Pembangunan ini dilakukan sebagai komitmen PGN untuk menjadi garda terdepan dalam program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG).

“PGN terus berupaya memperluas pemanfaatan gas bumi kepada pelanggan, mulai dari rumah tangga, UKM, komersial (mal, hotel, rumah sakit), industri, pembangkit listrik, dan transportasi,” kata General Manager PGN SBU Distribusi WilayahII, Wahyudi Anas disela-sela peresmian SPBG di Jalan Ratna, Ngagel, Surabaya, kemarin. Untuk sektor transportasi, PGN membangun infrastruktur pengisian BBG, baik berupa SPBG dan Mobile Refueling Unit (MRU).

Surabaya menjadi kota target utama karena kota ini memiliki tingkat kesadaran pemakaian BBG dibandingkan dengan daerah lain. SPBG Surabaya yang berada di Jalan Ngagel ini dibangun dengan biaya PGN dengan kapasitas 0,5-1 MMSCFD atau 15.000 hingga 30.000 liter setara premium (lsp) per hari. Harga gas per lsp dibanderol Rp4.500. “Keberadaan SPBG Ngagel ini menunjukkan komitmen kuat dari PGN untuk mendukung program pemerintah dalam konversi BBM ke BBG,” ujarnya.

Direktur Utama PT Gagas Energi Indonesia, Danny Praditya mengatakan, Gagas Energi Indonesia atau PGN Gagas adalah anak usaha PGN yang menjalankan bisnis infrastruktur gas bumi untuk transportasi (SPBG dan MRU). Tahun ini, PGN akan menambah satu lagi SPBG di Surabaya. Selain itu, PGN juga menyuplai gas untuk tiga SPBG milik mitra PGN di Surabaya. Saat ini PGN sudah memiliki MRU yang siap ditempatkan di Surabaya. “Kami masih berkoordinasi dengan Wali Kota Surabaya untuk mendapatkan lokasi yang pas untuk MRU PGN,” ujarnya.

Danny mengatakan, untuk memperkenalkan penggunaan BBG di kendaraan, PGN telah menghibahkan 25 unit konverter kit bagi kendaraan dinas di Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dalam mendukung pemerintah daerah terhadap pemanfaatan energi ramah lingkungan dan dukungan kepada program langit biru.

Selama ini PGN SBU Distribusi Wilayah II secara konsisten menggunakan BBG di 100 unit kendaraan operasional, yang dalam praktiknya mampu menghemat biaya penggunaan energi sebesar 44% dibanding menggunakan BBM. Komitmen ini juga merupakan bentuk dukungan PGN untuk membantu pemerintah mengurangi ketergantungan pada impor BBM. “Kami juga membantu angkutan umum untuk mendapatkan konverter kit gratis. Ini kami lakukan untuk menciptakan pasar,” kata dia.

Sementara untuk memperluas infrastruktur pengisian BBG, PGN melakukan dengan tiga cara. Cara tersebut adalah membangun SPBG dan MRU, bekerjasama dengan BUMD, dan membangun stasiun pengisian bahan bakar terintegrasi (SPBT) dengan bekerja sama dengan SPBU. DidalamSPBTituterdapat tempat pengisian bahan bakar minyak dan bahan bakar gas.

Hingga saat ini PGN telah membangun lima SPBG, yaitu di Pondok Ungu (Bekasi), Ketapang (Jakarta), Bogor, Surabaya, dan Cilegon. Adapun MRU PGN ada di IRTI Monas, Waduk Peluit, dan Cengkareng. Tahun ini PGN akan membangun 16 SPBG di Sukabumi, Jakarta, Bekasi, Bogor, Batam, Lampung, Surabaya, dan Riau. Adapun kerja sama dengan BUMD sudah dijalin dengan PT Jakarta Propertindo (BUMD milik Pemprov DKI Jakarta).

PGN dan Jakarta Propertindo akan membangun 20 SPBG dalam 2 tahun ke depan. Kerja sama lainnya dengan BUMD Tangerang Selatan, yaitu mengadakan MRU di BSD Tangerang Selatan. Direktur Umum Taxi Zebra, Adhi Pujianto mengatakan, pihaknya akan menjadikan BBG menjadi bahan bakar taksinya. Untuk tahap awal, ada sekitar 300 kasi dari 400 taksi yang akan memakai BBG.

“BBG memiliki tingkat efisien mencapai 15%, kami akan memakai untuk semua taksi,” katanya. Dalam pemakaian ini, Adhi menegaskan, pihaknya keberatan dalam pengadaan konverter kit karena harga yang dipatok sebesar Rp16 juta untuk satu unit. Untuk menyediakan anggaran ini, pihaknya akan menanamkan investasi besar. “Kami ingin ada keringanan dalam pembelian,” ungkap dia.

Arief ardliyanto
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8701 seconds (0.1#10.140)