Harga Gabah di Bojonegoro Turun g
A
A
A
BOJONEGORO - Harga gabah di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, sejak sepekan lalu turun menjadi berkisar Rp3.600- Rp3.700 per kilogram gabah kering panen (GKP), yang semula sempat mencapai Rp4.200 per kilogram KGP, kata beberapa petani setempat.
Seorang petani di Desa Sidodadi, Kecamatan Balen, Bojonegoro, Hartono mengatakan, turun harga gabah di wilayahnya dipengaruhi belum ada pembelian gabah dan beras yang dilakukan Bulog Subdivre III Bojonegoro. Selain itu, lanjut dia, musim hujan juga mempengaruhi harga jual gabah karena kadar air gabah yang dihasilkan meningkat.
”Turunnya harga gabah juga berlaku tidak hanya di Kecamatan Balen, tapi juga tanaman padi di Kecamatan Sukosewu dan Kapas,” katanya dibenarkan petani lainnya asal Desa Sidobandung, Kecamatan Balen, Basyari.
Menurut dia, harga gabah berkisar Rp3.600-Rp3.700 per kilogram GKP itu tergolong masih rendah, karena seharusnya harga normal gabah dengan kondisi seperti sekarang Rp4.200 per kilogram GKP. Ia mengatakan, dengan harga tersebut, keuntungan yang diperoleh petani akan cenderung turun.
Petani diuntungkan dengan meningkatnya produksi yang disebabkan pengaruh kemarau panjang. ”Pengaruh kemarau panjang yang lalu bisa meningkatkan produksi tanaman padi,” ujarnya. Ia memperkirakan tanaman padinya seluas 1 hektare yang biasa menghasilkan sekitar 7 ton GKP, kini bisa meningkat menjadi 8 ton GKP. ”Tanaman padi saya 1 hektare panen sepekan lagi,” ucapnya.
Seorang pedaang asal Tuban, Mashuri menjelaskan, harga gabah berkisar Rp3.600- Rp3.700 per kilogram GKP berlaku merata di sebagian wilayah Bojonegoro, dan Tuban, yang tanaman padinya sudah panen. ”Pembeli gabah kebanyakan asal Tuban, selain lokal,” tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari menjelaskan, tanaman padi di daerahnya tertanam sekitar 72 ribu hektare, baik berpengairan teknik, tadah hujan, bahkan lahan kawasan hutan. ”Kami optimistis pada panen raya tanaman padi sekitar sebulan lagi, petani akan memperoleh harga gabah yang memadai,” ujar dia.
Muhammad roqib/ant
Seorang petani di Desa Sidodadi, Kecamatan Balen, Bojonegoro, Hartono mengatakan, turun harga gabah di wilayahnya dipengaruhi belum ada pembelian gabah dan beras yang dilakukan Bulog Subdivre III Bojonegoro. Selain itu, lanjut dia, musim hujan juga mempengaruhi harga jual gabah karena kadar air gabah yang dihasilkan meningkat.
”Turunnya harga gabah juga berlaku tidak hanya di Kecamatan Balen, tapi juga tanaman padi di Kecamatan Sukosewu dan Kapas,” katanya dibenarkan petani lainnya asal Desa Sidobandung, Kecamatan Balen, Basyari.
Menurut dia, harga gabah berkisar Rp3.600-Rp3.700 per kilogram GKP itu tergolong masih rendah, karena seharusnya harga normal gabah dengan kondisi seperti sekarang Rp4.200 per kilogram GKP. Ia mengatakan, dengan harga tersebut, keuntungan yang diperoleh petani akan cenderung turun.
Petani diuntungkan dengan meningkatnya produksi yang disebabkan pengaruh kemarau panjang. ”Pengaruh kemarau panjang yang lalu bisa meningkatkan produksi tanaman padi,” ujarnya. Ia memperkirakan tanaman padinya seluas 1 hektare yang biasa menghasilkan sekitar 7 ton GKP, kini bisa meningkat menjadi 8 ton GKP. ”Tanaman padi saya 1 hektare panen sepekan lagi,” ucapnya.
Seorang pedaang asal Tuban, Mashuri menjelaskan, harga gabah berkisar Rp3.600- Rp3.700 per kilogram GKP berlaku merata di sebagian wilayah Bojonegoro, dan Tuban, yang tanaman padinya sudah panen. ”Pembeli gabah kebanyakan asal Tuban, selain lokal,” tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari menjelaskan, tanaman padi di daerahnya tertanam sekitar 72 ribu hektare, baik berpengairan teknik, tadah hujan, bahkan lahan kawasan hutan. ”Kami optimistis pada panen raya tanaman padi sekitar sebulan lagi, petani akan memperoleh harga gabah yang memadai,” ujar dia.
Muhammad roqib/ant
(ftr)