Sosok yang Konsisten dan Suka Diskusi

Kamis, 05 Maret 2015 - 09:49 WIB
Sosok yang Konsisten dan Suka Diskusi
Sosok yang Konsisten dan Suka Diskusi
A A A
YOGYAKARTA - Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof J Nasikun tutup usia pada Selasa (3/3) pukul 16.00 WIB.

Intelektual yang meninggal di usia 74 tahun ini dikenang sebagai sosok konsisten dan suka berdiskusi. Duka mendalam mewarnai Balairung UGM kemarin siang saat berjalannya prosesi persemayaman mendiang Prof J Nasikun.

Mewakili pihak keluarga almarhum, Supriyanto yang merupakan saudara sepupu mendiang menyampaikan terima kasih kepada UGM karena telah menjadi tempat almarhum mengabdikan diri dan pikiran. Kakak sepupunya itu merupakan orang yang berpendirian teguh dan konsisten, baik itu menyangkut pendapat, pemikiran, maupun tindakan.

Namun, Prof Nasikun tetap bisa menerima pendapat orang lain dengan cara mengajak berdiskusi. “Beliau orangnya cukup terbuka. Suka sekali mengajak berdiskusi. Bahkan kalau kami sudah asyik diskusi bisa sampai berjam-jam. Diskusinya tentang tema umum saja. Biasanya tentang apa yang sedang jadi pemberitaan di media massa, mulai dari politik, sosial, sampai budaya, dan kondisi masyarakat,” ujarnya.

Menurut Supriyanto, kondisi Nasikun telah melemah sejak mendapat serangan stroke pada 2008. Namun, aktivitas otak beliau sepertinya tidak ingin dihentikan. Meski dalam kondisi tubuh sudah tidak mampu berdiri tegak, Nasikun tetap upto date soal segala informasi.

Kebiasaan almarhum mendiskusikan hal apa pun diakui mantan mahasiswa sekaligus koleganya di Sosiologi Fisipol UGM Najib Azka. Najib mengakui, dirinya dan teman-teman di Sosiologi Fisipol UGM benar-benar sangat kehilangan sosok panutan. Menurut dia, Prof Nasikun termasuk intelektual cetakan masa Orde Baru yang kritis. Diskusi-diskusi soal sosiologi hingga politik sering dilakukan di luar kelas.

“Beliau tipe yang sangat egaliter, mau mendengarkan pendapat siapa pun, termasuk mahasiswanya. Beliau sudah dekat dengan siapa pun dan jarang marah. Mahasiswanya pun tidak segan membantah pendapat beliau. Kalau sudah diskusi, seperti tidak ada jarak. Kadang diskusi-diskusi dengan beliau hanya di bawah pohon saja,” ungkapnya.

Najib mengungkapkan, dirinya sangat mengagumi kebersahajaan Nasikun. Setiap ajaran dan pemikirannya sangat berisi dan luar biasa. Bahkan sebagai peneliti, Nasikun bisa menjadi sangat serius dan bersungguhsungguh. Dedikasi yang tinggi terhadap profesi dan keahliannya itu yang diakui Najib sebagai inspirasinya.

“Prof Nasikun termasuk generasi pemula perkembangan ilmu sosiologi di Indonesia. Ajaran beliau kepada saya yang paling berkesan saat menyampai pemikiran George Ritzer tentang sosiologi sebagai ilmu berparadigma ganda. Beliau mampu mengolah dan menjelaskan pemikiran tersebut dengan baik sehingga bisa diterima dengan baik pula oleh mahasiswanya,” pujinya.

Karya Nasikun yang juga melegenda ialah buku berjudul “Sistem Sosial Indonesia”. Tak hanya menjadi buku wajib bagi semua mahasiswa sosiologi di Indonesia, buku tipis tersebut benar-benar mampu menggambarkan pemikiran pengarangnya, yakni sederhana tapi kaya makna. “Sebagai dosen, beliau unik dengan gaya khasnya. Beliau identik dengan tempat kacamata besar yang selalu ada di ikat pinggang dan rambut yang gondrong,” kata Dosen Sosiologi UGM ini.

Sementara Rektor UGM Prof Ir Dwikorita Karnawati PhD mengatakan, UGM sangat berduka karena kehilangan guru, pemimpin, sekaligus salah satu putra terbaik Indonesia. Menurut dia, mendiang telah berperan besar bagi ilmu sosiologi dan antropologi di Indonesia.

Sebagai sosiolog, Nasikun juga diakui telah mendedikasikan waktu dalam hidupnya untuk pengkajian ilmunya. “Bahkan pemikiran beliau tentang wawasan kebangsaan tidak mudah dilupakan. Di mana menurut beliau wawasan kebangsaan dan nasionalisme tidak akan tumbuh tanpa ada peristiwa yang terjadi sebelumnya,” ujarnya.

Bagi UGM sebagai lembaga pendidikan, Nasikun juga memiliki andil besar. Hal ini tampak dalam peran sertanya pada era 90-an karena dia menjadi salah satu intelektual yang mengharuskan UGM memiliki masterplan sebagai institusi kreatif.

Berkat dedikasinya, Nasikun juga pernah diganjar penghargaan sebagai dosen teladan tingkat nasional pada 1988. Nasikun lahir di Cilacap, Jateng pada 28 Oktober 1941. Sejak awal 1970-an, Nasikun sudah mengajar studi sosiologi di UGM.

Dia dikukuhkan sebagai Guru Besar UGM pada 5 Desember 2006 dengan pidato pengukuhan berjudul Membangun Fondasi Etis Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni di Era Globalisasi Pascamodern. Nasikun pensiun dari UGM tanggal 24 Oktober 2011.

Ratih Keswara
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4429 seconds (0.1#10.140)