OP Gencar, Harga Beras Tetap Mahal

Selasa, 03 Maret 2015 - 12:21 WIB
OP Gencar, Harga Beras Tetap Mahal
OP Gencar, Harga Beras Tetap Mahal
A A A
MALANG - Harga beras di pasaran masih relatif tinggi. Operasi pasar khusus beras yang dilakukan di beberapa kota sejak beberapa hari terakhir, ternyata belum berdampak serius terhadap penurunan harga beras di Jawa Timur.

Masih tingginya harga beras di pasaran ini lebih karena sulitnya para pedagang pengecer mendapatkan beras dari pedagang grosir. “Kami kemarin sudah dapat beras, tapi harganya masih tinggi, yakni sekitar Rp10.500 per kg untuk jenis medium. Sementara sekarang sudah tidak ada lagi berasnya,” ujar pedagang beras di Pasar Sukun Malang, Abdul Goni, 47.

Senin (2/3), di sejumlah pasar tradisional di Kota Malang digelar operasi pasar khusus beras, di antaranya di Pasar Bunulrejo dan Pasar Sukun. Beras yang dijual dalam operasi pasar tersebut jenis medium dengan harga Rp7.300 per kg. Abdul Goni mengaku, ada pasar murah ini hanya menurunkan harga beras sekitar Rp50 per kg.

Kondisi sama juga dirasakan Budi, 36. Pedagang eceran beras di Arjosari, Kota Malang, ini mengaku mendapatkan beras untuk dijual lagi pada Sabtu (28/2). Harga beras yang dijualnya mencapai Rp10.520 per kg untuk jenis medium. “Sulit mendapatkan beras jenis medium. Adanya hanya jenis terendah yang kini harganya mencapai antara Rp9.500-10.000 per kg,” ungkapnya.

Pemilik UD Angger di Jalan Sunandar Priyo Sudarmo No 26, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Lilik Sugianto mengaku, kondisi pasokan beras yang diterimanya mengalami kelangkaan sejak dua pekan lalu. “Hari ini (kemari) baru dapat kiriman dari Ponorogo untuk jenis medium harganya hanya turun Rp500 per kg,” ujarnya.

Biasanya, dia mendapatkan kiriman beras dari luar Kota Malang sekitar 1-1,5 ton per hari. Beras tersebut dijual secara eceran langsung kepada para konsumen. Diakuinya, dalam dua pekan ini banyak pembeli kecewa karena saat akan membeli beras ternyata beras habis. Kalaupun ada beras, jenisnya paling rendah dan konsumen tidak mau membeli.

Kekosongan beras juga terjadi di Pabrik Pengolahan Beras Parikesit di Jalan Kolonel Sugiono No 16 Kota Malang. Pabrik yang biasa menampung gabah dari petani sebanyak 2-3 ton per hari tersebut, sejak dua pekan ini tidak melakukan produksi karena tidak ada gabah dari petani. “Katanya gabah banyak yang rusak, maka mereka tidak kirim gabah,” ujar Eli Tiani, karyawan Pabrik Pengolahan Beras Parikesit.

Terakhir sebelum ada kekosongan kiriman gabah, harga gabah basah dari petani diakuinya mengalami kenaikan. Sebelumnya hanya Rp4.000 per kg naik menjadi Rp5.000 per kg. “Apabila diolah menjadi beras, bobotnya akan turun hingga 50 persen sehingga apabila dapat gabah 3 ton, nanti akan menjadi beras sekitar 1,5 ton. Beras ini kami pasarkan di Kota Malang saja,” katanya.

Di Jember pantauan di lapangan harga beras kualitas super masih berkisar di angka Rp11.000 per kilogram. Harga beras jenis ini mengalami kenaikan dari harga semula Rp9.800 per kilogram. Sementara harga beras medium berkisar Rp10.000 per kilogram dan harga beras kualitas biasa berkisar Rp9.000 per kilogram.

Kasi Perdagangan Dalam Negeri Disperindag ESDM Pemkab Jember, Eko Wahyu Septantono mengatakan, kenaikan harga bahan pokok itu bukan karena stok beras di Jember menipis. Menurut dia, persediaan beras di Jember pada musim panen tahun 2014 mengalami surplus, bahkan sebagian beras tersebut dikirim Bulog ke luar Pulau Jawa.

“Stok beras cukup untuk memenuhi kebutuhan warga di Jember, bahkan di beberapa penggilingan beras stok berlimpah,” kata Eko di Jember, kemarin. Dia menilai kenaikan harga beras di pasaran lebih karena aksi beli kepanikan masyarakat. “Untuk kenaikan harga beras, kami akan menggandeng pihak Bulog melakukan operasi pasar untuk stabilisasi harga beras di pasaran,” katanya.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menilai mahalnya harga beras di pasaran salah satunya dipicu keterlambatan penyaluran beras miskin (raskin) di Indonesia. Secara nasional sampai Maret ini, penyaluran raskin baru mencapai 45%. Selain itu, kenaikan harga beras juga dipicu mundurnya musim panen dan keterlambatan kepala daerah menyetorkan SPA (surat permintaan alokasi) ke Bulog.

“Di Bekasi dan Gresik adalah penyaluran raskin mencapai 100%, akibatnya kenaikan harga beras dapat dikontrol tidak melebihi Rp500 per kilogram. Memang kami melakukan studi komparasi atas kenaikan beras dengan penyaluran raskin,” ujarnya kepada wartawan seusai penyerahan raskin 2015 di Kelurahan Bedilan, Kabupaten Gresik, kemarin.

Di Jawa Timur penyaluran raskin cukup rendah. Sampai saat ini baru mencapai 46%, padahal di Jawa Timur jumlah rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTSPM) cukup tinggi secara nasional. Kendati begitu, Ketua Umum PP Muslimat itu optimistis penyaluran raskin secara nasional pada periode Maret ini dapat dituntaskan, sehingga dapat mendorong kenaikan harga beras yang cukup signifikan.

Apalagi pada periode Maret ini, juga akan terjadi panen nasional. “Dengan pola ini kami optimistis kenaikan harga beras dapat ditekan. Kami juga berharap penyaluran raskin akan tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah,” kata dia. Kepala Bulog Divre Jatim Witono mengatakan, bila penyaluran raskin di Jawa Timur setiap bulan mencapai 42 ribu ton. Dengan demikian penyaluran raskin selama setahun mencapai 502 ribu ton per tahun.

Sementara kondisi stok beras di Bulog cukup dan tidak kekurangan. “Kami minta masyarakat jangan panik. Karena secara keseluruhan stok beras di Bulog masih mencukupi. Apalagi Maret ini akan terjadi panen,” katanya. Sementara upaya Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diperindag) Kabupaten Mojokerto untuk menstabilkan harga beras melalui operasi pasar (OP) justru menuai kecaman.

Pasalnya, beras yang dijual dinilai tak layak. Kemarin, Disperindag Kabupaten Mojokerto menggelar OP di Pasar Raya dan Pasar Niaga Baru Kecamatan Mojosari. Petugas tak bisa menghabiskan stok beras IR 64 sebanyak 1 ton dalam OP tersebut lantaran sepi peminat dari pembeli. Itu tak luput dari buruknya kualitas beras yang dijual dengan harga Rp7.200 per kilogram.

Sejak pukul 07.00 WIB OP dibuka, awalnya banyak pembeli menyerbu. Namun, kebanyakan dari mereka urung membeli beras dengan paket 5 kilogram itu. Urungnya pembelian beras OP ini tak luput dari kualitas beras yang buruk. Hingga pukul 11.00 WIB, petugas terpaksa menutup OP kendati masih banyak beras yang belum terjual.

Suliana, salah satu pembeli di Pasar Raya Mojosari mengungkapkan, urung membeli beras OP lantaran beras tersebut tak layak dibeli. Dengan harga Rp7.200 per kilogram, beras ini dianggap mahal. “Kalau kualitasnya seperti ini, di pasaran bisa lebih murah. Buat apa OP kalau beras yang dijual jelek,” ungkapnya. Sepi pembeli juga terjadi saat petugas melakukan OP di Pasar Niaga Baru Mojosari.

Hingga OP ditutup, petugas masih menyisakan stok yang banyak dari 1 ton yang disediakan. Ratarata calon pembeli juga urung membeli beras lantaran kondisinya dianggap tak layak. Saat dikonfirmasi Kepala Perum Bulog Sub Divre Surabaya Selatan Budhi Ganefiantara mengatakan, pihaknya memberikan beras OP dengan kualitas sesuai dengan aturan, yakni beras dengan kualitas medium sehingga kualitas ini tak bisa disamakan dengan beras yang umumnya dikonsumsi masyarakat kelas atas.

“Jelas beda dengan kualitas premium. Untuk OP memang menggunakan beras medium,” ujar Budhi Ganefiantara dihubungi kemarin. Dia mengaku akan mengecek kualitas beras yang dikeluhkan konsumen itu. Ditanya soal kemungkinan mengganti jenis beras untuk OP, Budhi mengaku bakal mempertimbangkan. “Ya, nanti (OP selanjutnya) bisa diberi kualitas lebih bagus. Kita akan cek stoknya sebelum diberikan untuk OP,” katanya.

Yuswantoro/P juliatmoko/Solichan arif/Arie yoenianto/Roqib/Ashadi ik
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5519 seconds (0.1#10.140)