Korban Penyekapan Masih Trauma

Senin, 23 Februari 2015 - 12:14 WIB
Korban Penyekapan Masih Trauma
Korban Penyekapan Masih Trauma
A A A
BANTUL - LAA, 18, siswa SMA yang menjadi korban penyekapan dan penyiksaan gerombolan perempuan mengaku tak terima dengan perlakuan para pelaku. Dia menginginkan agar para pelaku yang telah menyiksanya dihukum seberat-beratnya dan mendapat ganjaran sama dengan perlakuan mereka kepada dirinya.

LAA juga membantah semua keterangan para pelaku yang sempat diungkapkan kepada awak media dan petugas. LAA membantah dirinya pernah melempar makanan kepada Pt, 19, siswa Kejar Paket C di Yogyakarta di depan umum. LAA juga menepis dirinya pernah mengeroyok tersangka Wl, 19, siswa sebuah SMA di Yogyakarta.

“Tidak benar itu cerita mereka, itu bohong dan akal-akalan mereka,” tuturnya. LAA mengaku masih mengalami sakit di kemaluannya akibat dimasukkan botol bir oleh para tersangka. Sampai saat ini dia masih trauma dan belum pergi ke sekolah. Sehari-harinya dia lebih senang mengurung dirinya di dalam kamar dan jarang berkomunikasi dengan orang lain kecuali dengan pihak keluarga.

Pendamping korban dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Bantul Lembar Diah Ayu mengatakan, LAA, yang menjadi korban penganiayaan oleh teman-temannya sendiri kini terguncang jiwanya ketika kembali mengingat peristiwa penganiayaan terhadap dirinya. Hari-harinya kini dijalani hanya di dalam rumah saja di Berbah, Sleman Yogyakarta.

“Kami berusaha mendampinginya,” ujarnya. Menurut Diah, kondisi korban hingga saat ini masih terguncang jiwanya. Korban masih menutup diri dan kerap menangis serta lebih sering mengurung diri di rumah. Korban merasa sangat terguncang jiwanya karena penganiayaan yang dilakukan oleh teman terdekatnya sendiri yang selama ini sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri. Bahkan ada dari salah satu pelaku yang sudah dianggap sebagai adik dan sering menginap di rumahnya.

Takut kepada Ratih

Sementara itu, salah seorang tersangka laki-laki, Rizal, 21, ketika dimintai keterangan mengapa turut melakukan penganiayaan, dia mengaku takut kepada Ratih. Dalam penganiayaan tersebut, Riza hanya memegangi tangan korban dan tidak turut melakukan pengeroyokan. Warga Kota Yogyakarta ini mengaku baru sekitar seminggu ikut nongkrong bersama Ratih dan kawan-kawan di kos tersebut.

Dia mengaku tidak mengenal Ratih, otak dari penyiksaan tersebut, dan setiap kali ditanya perihal Ratih, dia selalu berputar-putar tidak pernah memberikan keterangan secara pasti. Dia hanya mengaku mengenal Linggar, 18, pemilik kamar kos tempat penganiayaan tersebut.

“Kos itu (lokasi penganiayaan) lokasinya enak karena cukup tersembunyi dan memang jadi basecamp kami,” ungkapnya. Rizal datang ke kamar kos tersebut, Kamis (12/2) malam sekitar pukul 19.00. Oleh Ratih ia diperintahkan untuk memegangi kaki korban dengan membelakangi posisi korban. Dia mengaku tidak tahu apa saja yang telah dilakukan teman-temannya, karena ia memang hanya memegangi kakinya dengan posisi membelakanginya.

Rizal menyerahkan diri ke Polres Bantul pada Jumat (22/2) sekitar pukul 10.00 WIB diantar oleh keluarga. Sebelumnya, dia sempat pergi ke Bandung karena pergi ke rumah saudaranya. Penyekapan dan penyiksaan yang dilakukan oleh gerombolan Ratih, janda asal Kecamatan Kasihan ini bukannya tidak diketahui oleh penghuni kos lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Nia, penghuni kamar kos yang lain.

Nia mengaku mengetahui penyekapan dan penyiksaan tersebut, namun memilih diam saja. Pasalnya, ia juga mengaku merasa benci dengan korban LAA, karena pernah dikeroyok oleh korban bersama teman-temannya. “Saya diam saja, wong saya benci dengan dia (LAA),” tutur Nia.

Nia membantah Ratih adalah orang yang kejam dan tidak peduli dengan orang lain. Karena baginya, Ratih justru sudah dianggap saudara sendiri. Ratih merupakan sosok orang yang baik, bahkan sering menolongnya. Ratih sering membuatkannya makan pagi ketika tidak sempat beli sarapan sebelum pergi ke kampus. “Korban justru yang berbuat ulah, bahkan mengirim voice note (suara) di BBM berbunyi ‘ple (keple=PSK)’ pada Ratih. Mungkin karena itu mbak Ratih marah,” kata Nia.

Erfanto linangkung
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5654 seconds (0.1#10.140)