Warga Minta Pipa Minyak Mentah Sering Dicek
A
A
A
BOJONEGORO - Warga Desa Tambakmerak, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro, meminta pihak PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Asset 4 Field Cepu dan PT Geo Cepu Indonesia (GCI) selaku pengelola sumur minyak tua Kawengan, mengecek rutin pipa penyaluran minyak mentah dari Kedewan ke Pusat Penampungan Produksi (PPP) Menggung, Cepu, Blora, Jawa Tengah.
Menurut Tohari, 60, tokoh masyarakat Desa Tambakmerak, pipa berdiameter 5 dim yang dipakai untuk menyalurkan minyak mentah atau biasa disebut lantung itu kondisinya banyak yang berkarat dan tua. Ia khawatir apabila keadaan pipa besi itu tidak sering dicek maka putusnya pipa yang menyemburkan minyak mentah bisa terulang kembali. “Kalau tidak salah usia pipa besi yang dipakai menyalurkan minyak mentah itu sudah lebih 25 tahun,” ujarnya.
Ia mengatakan, jika PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dan PT GCI sering mengecek pipa besi itu akan lebih bagus mengingat pipa itu rentan putus terutama di sambungannya. “Pipa yang terpasang di pinggir jalan itu mudah putus atau rusak ketika terkena banjir atau tanah longsor,” ujarnya.
Menurut warga lainnya, Mundhori, sekecil apa pun insiden yang ada kaitan dengan minyak itu sangat berbahaya lantaran mudah terbakar. Terlebih, jalur pipa itu melintasi permukiman dan lahan pertanian. “Untuk itu, warga meminta PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dan PT GCI melakukan upaya sebaik mungkin agar pipa minyak tetap aman,” ujarnya.
Hubungan Masyarakat (Humas) PT GCI, Danu Sukoco saat dimintai keterangan belum memberikan jawaban. Sebelumnya, Danu menyatakan, pihak rekanan akan berupaya memperbaiki sebaik mungkin agar tidak terjadi kebocoran lagi saat diterjang longsor. “Itu salah satu upaya kami,” ujar Danu beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, pipa penyaluran minyak mentah dari wilayah sumur minyak tua Kawengan, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, menuju kilang Pusat Penampungan Produksi (PPP) Menggung, Cepu, Blora, Jawa Tengah, terputus. Akibatnya, pipa besi dengan diameter 5 dim itu menyemburkan minyak mentah di sekitarnya.
Pipa minyak mentah itu milik PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Asset 4 Field Cepu selaku pemegang wilayah pertambangan sumur tua Kawengan di Kecamatan Kedewan. Setiap hari minyak mentah atau biasa disebut oleh masyarakat setempat sebagai lantung itu disalurkan melalui pipa.
Putusnya sambungan pipa itu lantaran sebelumnya jalan raya poros Kecamatan Kasiman- Malo, tepatnya di kawasan Desa Tambakmerak, Kecamatan Kasiman, tergerus air hujan hingga meluber ke jalan. Karena tidak kuat menahan empasan air hujan serta beban kendaraan yang melintas, sehingga tanah berada di pinggir jalan raya merekah dan longsor bersamaan dengan pipa tertanam di pinggir jalan itu.
Saat itu pula sambungan pipa terputus dan menyemburkan minyak mentah di pinggir jalan. Produksi minyak mentah di kawasan sumur minyak tua di wilayah Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, mencapai 700 barel per hari (bph). Produksi itu dihasilkan lebih dari 200 sumur tersebar di wilayah Kecamatan Malo dan Kedewan.
Setiap satu sumur itu mampu menghasilkan sekitar 10-30 barel per hari. Kegiatan pengeboran minyak di lapangan dilakukan kelompok penambang minyak tradisional berjumlah sekitar 20-40 orang.
Muhammad roqib
Menurut Tohari, 60, tokoh masyarakat Desa Tambakmerak, pipa berdiameter 5 dim yang dipakai untuk menyalurkan minyak mentah atau biasa disebut lantung itu kondisinya banyak yang berkarat dan tua. Ia khawatir apabila keadaan pipa besi itu tidak sering dicek maka putusnya pipa yang menyemburkan minyak mentah bisa terulang kembali. “Kalau tidak salah usia pipa besi yang dipakai menyalurkan minyak mentah itu sudah lebih 25 tahun,” ujarnya.
Ia mengatakan, jika PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dan PT GCI sering mengecek pipa besi itu akan lebih bagus mengingat pipa itu rentan putus terutama di sambungannya. “Pipa yang terpasang di pinggir jalan itu mudah putus atau rusak ketika terkena banjir atau tanah longsor,” ujarnya.
Menurut warga lainnya, Mundhori, sekecil apa pun insiden yang ada kaitan dengan minyak itu sangat berbahaya lantaran mudah terbakar. Terlebih, jalur pipa itu melintasi permukiman dan lahan pertanian. “Untuk itu, warga meminta PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dan PT GCI melakukan upaya sebaik mungkin agar pipa minyak tetap aman,” ujarnya.
Hubungan Masyarakat (Humas) PT GCI, Danu Sukoco saat dimintai keterangan belum memberikan jawaban. Sebelumnya, Danu menyatakan, pihak rekanan akan berupaya memperbaiki sebaik mungkin agar tidak terjadi kebocoran lagi saat diterjang longsor. “Itu salah satu upaya kami,” ujar Danu beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, pipa penyaluran minyak mentah dari wilayah sumur minyak tua Kawengan, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, menuju kilang Pusat Penampungan Produksi (PPP) Menggung, Cepu, Blora, Jawa Tengah, terputus. Akibatnya, pipa besi dengan diameter 5 dim itu menyemburkan minyak mentah di sekitarnya.
Pipa minyak mentah itu milik PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Asset 4 Field Cepu selaku pemegang wilayah pertambangan sumur tua Kawengan di Kecamatan Kedewan. Setiap hari minyak mentah atau biasa disebut oleh masyarakat setempat sebagai lantung itu disalurkan melalui pipa.
Putusnya sambungan pipa itu lantaran sebelumnya jalan raya poros Kecamatan Kasiman- Malo, tepatnya di kawasan Desa Tambakmerak, Kecamatan Kasiman, tergerus air hujan hingga meluber ke jalan. Karena tidak kuat menahan empasan air hujan serta beban kendaraan yang melintas, sehingga tanah berada di pinggir jalan raya merekah dan longsor bersamaan dengan pipa tertanam di pinggir jalan itu.
Saat itu pula sambungan pipa terputus dan menyemburkan minyak mentah di pinggir jalan. Produksi minyak mentah di kawasan sumur minyak tua di wilayah Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, mencapai 700 barel per hari (bph). Produksi itu dihasilkan lebih dari 200 sumur tersebar di wilayah Kecamatan Malo dan Kedewan.
Setiap satu sumur itu mampu menghasilkan sekitar 10-30 barel per hari. Kegiatan pengeboran minyak di lapangan dilakukan kelompok penambang minyak tradisional berjumlah sekitar 20-40 orang.
Muhammad roqib
(ftr)