Bule Aussie Jalan Kaki Kuta-Jakarta Selama Tiga Bulan

Rabu, 18 Februari 2015 - 10:51 WIB
Bule Aussie Jalan Kaki Kuta-Jakarta Selama Tiga Bulan
Bule Aussie Jalan Kaki Kuta-Jakarta Selama Tiga Bulan
A A A
Craig Leslie Hodges akhirnya sampai juga di Kota Pahlawan, Surabaya. Bule Australia kelahiran Adelaide ini kemarin mengakhiri etape pertamanya berjalan kaki menuju Jakarta dari Kuta, Bali, sejak 26 Januari 2015.

Meski membuat target waktu, dosen Universitas Dr Soetomo (Unotomo) Surabaya yang lahir pada April 1972 itu tetap menetapkan rencana empat etape perjalanan. Keempatnya adalah Bali- Surabaya, Surabaya-Yogyakarta, Yogyakarta-Bandung, dan Bandung Jakarta, demi mengusung pesan perdamaian yang menjadi misinya. Untuk menguatkan pesannya, selama perjalanan Craig yang mengajar sejumlah mata kuliah di Unitomo membawa spanduk dengan tulisan Peace Walk With Muslims atau Berjalan Damai dengan Muslim.

Dengan tulisan tersebut, Craig yang pernah menetap di Jepang, London, Vietnam, China, Kamboja, dan Myanmar, ini ingin menunjukkan bahwa umat Islam cinta damai, khususnya di Indonesia. “Saya gelisah, tidak sependapat dengan kebijakan Pemerintah Australia dan Amerika Serikat yang mengeluarkan travel warning untuk Surabaya. Selama enam bulan saya tinggal di Surabaya, masyarakatnya ramah, toleransi antarumat beragama berjalan sangat baik,” kata lajang bercambang ini.

Melalui aksinya itu, Craig seolah ingin membalikkan pandangan negatif negara lain bahwa muslim Indonesia adalah radikal. “Jadi kampanye pesan damai ini bukan untuk orang Indonesia, tapi untuk negara lain, terutama Australia, bahwa muslim di Indonesia cinta damai,” kata Craiq yang kemarin berkaos oblong, celana jeans hitam berpadu sepatu sport ini. Banyak kesan menyenangkan bagi Craig selama menuntaskan etape pertama, Bali- Surabaya.

Dia harus bermalam di masjid, meski dia memeluk Budha. Respons takmir masjid yang disinggahi sangat bersahabat. Bahkan mengapresiasi misi Craig. Tawaran menginap di rumah warga juga berdatangan tentu dengan makan. Bahkan tak jarang ada sukarelawan memberikan donasi uang kepadanya. Meski demikian, Craig juga punya uang pribadi hasil dia bekerja. Tidak jarang dia juga menginap di hotel.

“Semula bawaan saya banyak. Karena berat, kaos yang sudah dikenakan, saya kasihkan ke warga. Untuk ganti, saya juga beli baru. Saya selalu dapat diskon,” tuturnya tersenyum. Untuk celana jeans dan celana dalam, Craig mencucinya di masjid atau rumah warga. Untuk menjemur, bule jangkung ini memanfaatkan bagian atas tas punggung yang dibawanya ketika berjalan.

“Respons petani, nelayan, TNI, Polri, warga cukup bagus. Saya tidak mampir ke instansi karena ini misi saya sebagai masyarakat bawah dan ingin bertemu dengan masyarakat bawah,” tuturnya. Craig juga tidak akan menemui politisi. Dia tidak mau aksinya ditunggangi kepentingan politik. Baginya, politik bisa mengatasnamakan agama bisa membenturkan antarumat beragama. Padahal misinya adalah mengusung pesan damai antarumat.

Kemarin, Craig juga mengajak TNI, Polri, mahasiswa, dan lapisan masyarakat lainnya untuk ikut berjalan sampai tapal batas kota masyarakat itu tinggal. Selanjutnya, dia akan meneruskan sendiri perjalanannya. “Sejak startdi Bali, saya tidak cukur. Sampai Jakarta saya baru akan bercukur. Sampai Jakarta, saya akan ke Monas. Selanjutnya bersama warga Jakarta akan berjalan ke Masjid Istiqlal,” ujarnya.

Rektor Unitomo Bachrul Amiq mengapresiasi upaya Craig mengusung pesan damai. “Aksi Mr. Craig terinspirasi saat jadi dosen tamu di Unitomo yang mayoritas mahasiswanya muslim,” kata Amiq. Sebagai bentuk apresiasi atas upaya Craig, Amiq menugaskan beberapa mahasiswanya untuk mendampingi Craiq hingga titik yang ditentukan.

Soeprayitno
Surabaya
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3004 seconds (0.1#10.140)